[Banda Aceh | Yakub] Saat alat berat (beko) sedang bersuara, dan debu sesekali terbang ke udara dan sekitar Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, petugas pun mengukur kondisi lingkungan sekitarnya.
Memilih lokasi di depan gedung lama, timur mushalla, tiga petugas dari Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Keindahan Kota (DLHK3) Banda Aceh mengukur kualitas udara dan kebisingan. Jarak lokasi survei, letak alat deteksi abu-abu, ke pusat beko bekerja, sekitar 50 menter.
Data yang terekam dari sound level meter, pengukur kebisingan ditransfer ke memori petugas. Saat yang sama, satu jam jelang waktu pulang Rabu (25/1) sore, karyawan sedang bekerja di ruangan, meski pun beberapa tetap kenakan masker.
Menurut tim, pengukuran kualitas udara atau baku mutu, saat ada aktifitas fisik, memang dibutuhkan. Untuk mengetahui proses dan efek yang sedang terjadi di Kanwil dan sekitarannya itu, diundang pihak pelaksana.
Usai tamu dari DLHK3, yang dinasnya ada di depan Disperindag Aceh di Jalan Pocut Baren, Banda Aceh itu, kesimpulan sementara belum bisa diutarakan, karena harus dibawa dulu ke sekretariat.
Meski data sudah didapati, jajaran Dinas LHK3 yang dikepalai Jalaluddin itu, belum bisa disimpulkan, apakah nilai kebisingan mengganggu mengganggu, mengganggu, tidak nyaman, atau menyakitkan.
Bersama Edi Sahputra, komponen udara yang diukur dengan peralatan yang dimilikinya, biasa adalah CO, NO2, PM10, dan SO2. Hasil pengukuran ini dimasukkan dalam laboratorium untuk mendapatkan hasil kualitas udara layak atau tidak untuk dikonsumsi. Sementara, jajaran Kanwil disarankan kenakan masker.
Pembongkaran sudah berlangsung sejak sepekan. Dan sebelum pulang, Kakanwil Drs HM Daud Pakeh, juga sempatkan diri meninjau lapangan voli yang sedang dicor, dan suasana gedung lama yang sedang ada beko di halamannya itu. []