[Banda Aceh| Muhammad Yakub Yahya] Dalam sesi keempat, Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs H Anas M Adam, sosialisasi UN dan USBN. Soal UN, ujar Drs Anas M Adam MPd, kita mengecek pada Kantor Pos yang diedarkan BSMP, dan ternyata mereka menitip soal 25 % untuk UN.
"Sekarang pencetak masih ditender dan dibagi per regioanal. Kita kuatir akan ada masalah dengan UN, sebab ada intrik dan titipan. Belum lagi soal tender dan anggaran yang digabung dari anggaran beberapa provinsi. Entah aturan mana yang dipakai?" tanya Anas.
Anas M Adam, Pengurus MPD Aceh, singgung teknis saat UN. “Polisi tak ada di sekolah saat ujian. Mereka hanya mengamankan soal. Di sekolah itu wewenang PT, dari kampus,” ujar Anas dalam materi “Kebijakan Disdik terhadap USBNPAI”.
Pemateri acara yang penting itu, selain Kakanwil, ada Kabid PAIS Kanwil Kemenag Aceh Drs H Saifuddin, Drs Sulaiman Lt MPd (Juknis USBN 2014), Prof Dr Warul Walidin Ak (Urgensi PAI), Drs H A Rahman Hanafiah (Evaluasi), selain Kakanwil sendiri (Kebijakan Umum Kemenag).
Lanjut Anas, “Ada ujian daerah untuk SD. Kita sedang mempersiapkan tim penulis soal, soal daerah. Sedang kita latih tim itu. Nanti akan membuat soal ujian, dan digabung dengan soal titipan soal yang 25% itu."
Anas M Adam juga sindir dan kutip statemen MenPAN RB RI, “Aceh kini darurat pendidikan, apa yang dimaksud dengan kata itu?” Kadisdik Aceh, yang juga Pengurus Politeknik Venezuella Aceh itu, menyambung bahwa lulusan CPNS kita menyedihkan, jika grade tak diturunkan. “Jadi, mari kita cara untuk dongkrak mutu,” ajak Anas, sebagaimana diinstruksikan Menteri Azwar.
Di Aceh, mutu pendidikan tinggi pun rendah. Yang negeri pun rendah. Bukan hanya di jenjang SD, SMP, SMA/SMK. Sehingga ada keluhan kenapa guru tak lulus-lulus yang ikut tes murni, tes lain, termasuk tes K2, yang berarti mutu pendidikan kita mungkin mundur sekarang. "Ada yang mengaku sudah 23 tahun jadi guru, sebenarnya ilmunya sama dengan 23 tahun lalu," sindirnya.
“Penelitian mengajarkan perhatian anak yang lebih kecil, lebih banyak; makin remaja makin kurang perhatian, ini penelitian,” kutip Kadisdik.
Rahasia umum di sekolah, ada materi yang tak dipahami guru, materi sulit ditinggalkan guru dengan janjian akan disambungkan pekan depan. Minggu depan ditinggalkannya, karena guru memang tak bisa juga. Misal soal kuadrat dan pangkat. “Jadi bukan anak yang tak paham, tapi guru juga tak paham. Masalah pada guru,” katanya.
Berapa anak yang akan mencari guru SMA-nya, yang akan menuntaskan soal masuk PT? Jadi, “Jangan ambil guru yang sama untuk les di sekolah yang sama, tak berhasil. Untuk les cari guru dari lembaga lain,” ajak Drs Anas.
“Jadi, darurat pendidikan itulah 'darurat guru'. Semoga otak guru tak putih, seperti pemutihan itu,” kutip Pak Anas dari Pak Azwar Abubakar, mantan Pj Gubernur Aceh.
Ada guru yang kuliah jarak jauh, yang hanya mendapat pembekalan seadanya (20%), dan diangkat jadi guru. Sebab memang dia diajarkan oleh dosen terbang yang tak penuh masuk.
Sekarang guru agama dan guru PTQ melimpah, maka dicoba siasati pemerataannya. Soal kesejahteraan ‘guru diniah’ sore itu, pernah Anggota Dewan meminta Dinas untuk guru PTQ dibayar sesuai dengan UMR. Namun sekolah, dan Dinsa, mengambil dan membayar dengan standar lain. Sebab pengajar sore, tak bekerja sebagaimana buruh yang penuhi jam kerja.
Untuk pelatihan guru, pada 2013, sudah tersedia dana sejumlah Rp 86 milyar. Pada selanjutnya ada Rp 225 milyar untuk pelatihan guru. Hingga Rp 400 milyar. “Namun, ada guru di Banda Aceh (misal guru olah raga dan agama) yang sudah 18 tahun atau 22 tahun belum Diklat. Sama saja di Simeulue dengan yang dekat dengan pusat Provinsi,” jelas Kadisdik, yang juga akan jelaskan bahwa akan mendiklat ini guru terus, juga untuk guru bantu. Sebab mereka juga berdiri di kelas. [j/l]