Calang/Lamno-KemenagNews (26/2/2013) Agama kita di Aceh akan hancur dan lenyap apabila: pertama, kita tidak beramal terhadap ilmu yang kita telah ketahui; kedua, kita melakukan sesuatu pekerjaan dengan dasar yang tidak kita ketahui; ketiga, kita tidak mau belajar terhadap sesuatu yang tidak kita ketahui, bahkan kita membiarkan dengan bangga pula, diri kita kekal dalam kebodohan; dan keempat, kita menghalangi orang lain untuk belajar hal yang mereka tidak ketahui. Akibat tingkah angkuh manusia yang malas dan menghalangi orang belajar, maka akan kaburlah dunia keilmuan dan akan hancurlah Aceh tersayang ini. Maka kita harus memiliki kiat-kiat dalam mencari ilmu. Di antaranya ialah kita `meniru` tabiat burung gagak, yaitu jika mencari mangsa ia berangkat pagi-pagi benar, demikian pula kita, jangan tidur usai shubuh, tapi kerja dan belajar apa saja. Juga kita contohi `kesabaran` unta, sabar dalam menanggung beban berat dalam menempuh perjalanan, demikian pula kita sabar dalam menahan pedihnya menuntut ilmu.Kita juga baik mencontohi `kerakusan` babi hutan, yang selalu memburu makanan tanpa puasnya, demikian pula kita mesti ada `kerakusan` atau `loba` terhadap ilmu, giat belajar. Juga kita ambil pelajaran pada `kecemburuan` anjing yang mengejar hingga dapat umpan di mulut kawannya, demikian juga kita, `mengejar` ilmu sampai dapat, meski kejar-kejaran dengan kawan-kawan senasib seperjuangan.Demikian di antara nasehat dari Tgk. Kadir (foto: bangku kedua tengah berpeci hitam), santriwan Budi Mesra, almuni Pembinaan/Workshop Organisasi Santri dan Penulisan Karya Populer Pontren 2012 yang digelar Bidang Pekapontren (Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren) Kanwil Kemenag Aceh, yang berlangsung 31 Oktober - 3 November 2012, di Oasis Hotel Atjeh Banda Aceh, kepada kita, di ujung bulan Rabiul Akhir 1434 H ini, berupa goresan tangan yang redaksi terima. [yakub]