Bireuen (Bahriar Syah/ Frz)— Dalam memahami moderasi beragama, maka hendaknya beragamalah dengan paham wasathaniyah (mengambil jalan tengah) yang memang dari zaman dulu sudah dilakukan oleh orang tua ketika menghadapi suatu permasalahan dalam kehidupan beragama di masyarakat luas.
Demikian antara lain yang disampaikan Wakil Rektor III IAI Al Aziziyah Samalanga, Tgk H Helmi Imran MA saat mengisi materi dalam kegiatan penguatan moderasi beragama bagi Penyuluh Agama Islam (PAI) Angkatan III yang berlangsung pada Kamis (19/5/2022) di Aula Kankemenag Bireuen.
Tgk Helmi yang juga akrab disapa Aba Nisam menambahkan, moderasi juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang terbaik. “Sesuatu yang ada di tengah biasanya berada di antara dua hal yang buruk. Contohnya adalah sifat berani dan sifat dermawan,“ jelas Aba Nisam.
Pada saat terjadi perang uhud lanjut Aba Nisam, ada seorang tokoh yahudi yang bernama Mukhairid bin Nazar yang justru rela mengorbankan hartanya demi kepentingan kaum muslimin.
“Ini juga contoh cara bermoderasi yang memang sudah sejak lama dipraktekkan,“ ungkap Aba Nisam yang juga kandidat doktor ini.
Dengan bermoderasi sambungnya, maka seseorang tidak akan berlaku ekstrim dan tidak berlebih-lebihan saat menjalani ajaran agamanya. Orang yang mempraktikkannya disebut moderat.
“Jadi kunci moderasi adalah tidak berlebih-lebihan, apalagi masalah beragama. Kunci ini penting dipahami supaya setiap orang bisa melakukannya dalam kehidupan sehari-hari,“ lanjutnya.
Di bagian akhir, Aba Nisam mengharapkan agar para PAI dalam melaksanakan tugas di lapangan hendaknya harus mampu atau pandai-pandai dalam menyikapi setiap problematika dalam masyarakat terutama mengidentifikasi setiap potensi konflik yang terkait persoalan agama dan keagamaan.