*Catatan Nasril.
Manado - Hampir semua kita mengenal atau pernah mendengar cerita tentang pahlawan Nasional Tuanku Imam Bonjol, meski kisah perjuangannya sampai diasingkan dari tanah Minang tidak tau detail, tapi setidaknya kita telah mengenal sosok itu sejak duduk di bangku sekolah Dasar.
Menurut cerita dari penjaga makam, yang merupakan keturunan kenlima dari pengawal setia tuanku Imam Bonjol bahwa beliau diasingkan ke Desa Lota, Pineleng, Kabupaten Minahasa pada tahun 1839, ikut bersamanya sorang pengawal setia.
"Tuanku imam Bonjol sampai dengan akhir hidupnya, tidak menikah sehingga tidak mempunyai keturunan disini, yang menikah hanyalah pengawal setianya yang menikahi gadis Minahasa dan muallaf sehingga penyebaran agama Islam di Minahasa saat itu berkembang," ujarnya kepada kami, kontingen Aceh pada Kompetisi Sains Madrasah (KSM) dan Madrasah Young Researcher (MYRES) 2019 di Manado hari ini, Jum'at (20/9) saat berziarah ke makam pahlawan Nasional Tuanku Imam Bonjol di Desa Lotta, Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
Makam tersebut terletak tidak jauh dari kota Manado, hanya sekitar sekitar 40 sd 45 menit ke arah jalan Tomohon, berada di bangunan seperti rumah adat minang bercat putih 15 meter x 7 meter, di dinding ada gambar ilustrasi imam Bonjol menunggangi kuda yang menggambarkan perjuangannya melawan penjajah Belanda. Disana, sebagian Kontingen berdoa di makam tersebut.
Di batu nisannya bertuliskan Peto Syarif Ibnu Pandito Bayanuddin bergelar Tuanku Imam Bonjol Pahlawan Nasional. ia Lahir tahun 1774 di Tanjung Bungo/Bonjol Sumatera Barat, wafat tanggal 6 November 1854 di Lota Minahasa dalam pengasingan Kolonial Belanda karena berperang menentang penjajahan.
Selain makam, sekitar 90 meter ke belakang ada sebuah batu besar yang diyakini dulu digunakan Imam Bonjol untuk shalat dan disebelahnya juga mushalla sehingga para penziarah dapat melaksanakan shalat disana.
Menurut penjaga makam, saban hari ramai dikunjungi wisatawan dari beberapa wilayah di luar Sulawesi Utara. Bahkan, pengunjung mancanegara pun sering kali mampir untuk melihat tempat peristirahatan terakhir sang pahlawan.
Banyak pelajaran berharga dari kisah dan cerita mereka yang tau tentang sosok Tuanku di Imam Bonjol, meski diasingkan ke kota paling jauh dan minoritas tak menyulut semangatnya untuk berjuang dan juga menyebar kan Islam. []