[Kanwil | Muhammad Yakub Yahya] Ada dua cara yang harus dipilih untuk merampungkan ritual haji, yakni Nafar Awal atau Nafar Tsani.
Sekilas soal Nafar, memang ada dua jenis Nafar (meninggalkan Mina dan berniat untuk tidak kembali lagi ke Mina) yang boleh dilakukan dengan memilih salah satu berdasarkan situasi dan kondisi yang mengiringinya, Awal dan Tsani.
Yang phon, meninggalkan Mina pada 12 Dzulhijjah selepas matahari tergelincir, selesai melontar jumrah ula-wustha-kubra, telah bermalam selama 2 malam di Mina yaitu 11 sd 12 Dzulhijjah dan berniat tidak kembali lagi ke Mina serta mengakhirinya dengan Thawaf Wada’ di Masjidil Haram tanpa bermalam lagi pada 13 Dzulhijjahnya inilah yang dimaksud dengan Nafar Awal.
Bedanya dengan yang keudua, Nafar Tsani adalah dilakukan seperti biasa yaitu melempar jumrah. Setelah menjalani masa menginap (mabit) di Mina selama dua malam, jamaah haji Indonesia yang melakukan nafar awal mulai meninggalkan Mina untuk kembali ke pemondokan di Makkah dan melaksanakan Tawaf Ifadlah. Adapun jamaah yang memilih melakukan nafar tsani akan kembali ke pemondokan Makkah dan melakukan Tawaf Ifadlah pada Selasa (7/10) kemarin.
“Jumlah jamaah yang memilih Nafar Awal pada musim haji tahun ini sekitar 50-60 persen dari 156 ribu orang jamaah haji Indonesia. Sisanya, yang melakukan Nafar Tsani sekitar 40-50 persen,” terang Wakil Ketua PPIH Indonesia di Arab Saudi, Arsyad Hidayat, Senin (6/10).
Keduanya, jelas Arsyad, boleh dilakukan oleh jamaah haji dan tidak berdosa. Perbedaannya hanya terletak pada waktu pelaksanaannya. Untuk Nafar Awal, mereka harus menyelesaikan lontar tiga jumrah sebelum Maghrib pada tanggal 12 Dzulhijjah.
“Jadi, mereka harus menyelesaikan lontar jumrah pada tanggal tersebut. Kalau kelewat sampai Maghrib atau Isya, mereka harus menyempurnakan menjadi Nafar Tsani,” papar Arsyad.
Untuk proses berikutnya, setelah menyelesaikan salah satu dari dua nafar tersebut, kata dia, jamaah haji Gelombang I yang berjumlah sekitar 50 ribu orang mulai mempersiapkan kepulangan dari Makkah melalui Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah pada Kamis (9/10) atau 16 Dzulhijjah 1435 H.
Sebelum meninggalkan Kota Makkah, PPIH berkoordinasi dengan masing-masing ketua kloter untuk memastikan bahwa jamaah haji sudah melakukan Thawaf Wada’ (Perpisahan).
Sedangkan, sekitar 100 ribu orang jamaah haji Gelombang II berangkat ke Madinah pada 14 Oktober 2014 atau 20 Dzulhijjah 1435 H untuk menjalani Shalat Arbain di Masjid Nabawi. Rata-rata, mereka menetap sembilan hari selama di pemondokan di Madinah.
Sehubungan itu, Pinmas Kemenag RI Drs Zubaidi MEd, dalam laporan per Selasa sore (7/10), yang kami terima menginformasi: Jamaah haji Indonesia yang diberangkatkan pada gelombang pertama, akan tinggal di Makkah dalam beberapa waktu mempersiapkan proses kepulangan mereka melalui Jeddah. Pemulangan jamaah haji gelombang pertama dari Makkah melalui bandara King Abdul Aziz International Airport (KAIA) akan dimulai pada Kamis (9/10).
Jamaah haji Indonesia yang diberangkatkan pada gelombang kedua, setelah menyelesaikan seluruh rangkaian rukun dan wajib hajinya, akan diberangkatkan secara bertahap menuju Madinah untuk melakukan proses ibadah Arbain (melaksanakan salat wajib berjamaah dalam 40 waktu secara berturut-turut).
Sampai dengan 2 Oktober lalu, tercatat 85 jamaah haji yang meninggal. Sementara dari tanggal 3-5 Oktober ini, jamaah haji yang meninggal bertambah 30 orang lagi sehingga total jamaah Indonesia yang meninggal berjumlah 105 orang.
Dalam release terakhir yang dikirim ke kanwilaceh@kemenag.go.id bahkan disebutkan bahwa sampai dengan 6 Oktober lalu, tercatat 115 jamaah haji Indonesia yang meninggal.
Termasuk yang terakhir, Muhammad Tahir Zainal, asal Ds. Keujrun Pangou, Darul Aman – Peusangan, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh, Kloter 6 Embarkasi Aceh (BTJ), No Paspor A8092862, meninggal di BPHI Mina pada 4 Oktober 2014.
Ada 261 jamaah sakit dan dirawat di beberapa tempat pengobatan, yaitu: 2 orang di RSAS Jeddah, 4 di RSAS Madinah, 41 di RSAS Makkah, serta 214 di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Daker Makkah. [inmas aceh]
[Foto: Kabid Penais Zawa Kanwil Kemenag Aceh Drs H Bukhari MA didampingi Drs H Abdullah Puteh (IPHI Aceh) dan Drs H Ziauddin (mantan Kepala Sekret Depag Aceh) saat pembibingan Kloter 3 JCH 1435 H, di antaranya mengulas seputar Nafar Awal/Nafar Tsani, di Aula Utama, 20/9]