CARI
Rekomendasi Keywords:
  • Azhari
  • Kakanwil
  • Hari Santri
  • Halal
  • Islam
  • Madrasah
  • Pesantren

Tetap Jadi Ustadz/ah, Jadilah Guru Favorit

Image Description
Inmas Aceh
  • Penulis
  • Dilihat 1527
Kamis, 10 Maret 2016
Featured Image

[Banda AcehAbu Daud]  "Sapalah anak didik dengan assalaamu’alaikumwarahmatullaahi wabarakaatuh…,” ajak Ustadz H Azhar SAg MA, saat awali pelatihan untuk 120 ustadz/ustadzah TPQ Plus Baiturrahman Banda Aceh, saat sesi praktik mengajar di kelas.

Ustadz Azhar MA, yang juga satu Kasi di Bidang PHU Kanwil Aceh, di aula Baiturrahman, mengajak peserta, awali kata pertama kita di kelas dengan salam, apa pun alasan ustadz/ah, jika bersama murid, di depan kelas, sebagai bentuk sapaan, teladan, dan ibadah.

Penyegaran berkala di TPQ Plus, usai shalat gerhana (kusuf) hingga sore, Rabu (9/3) itu, berlangsung bersama dua pemateri DR H Salman Al-Hafizh MA dan Ustadz H Azhar MA. Sebelumnya Direktur TPQ Plus pimpin doa, juga shamadiyah untuk almarhum/ah keluarga besar TPQ (juga wali murid) yang beberapa bulan ini meninggal dunia.

Ustadz/ah TPQ Plus dibahani materi seputar tahsin, makharijul huruf, spritualitas ustadz/ah, kiat menjadi ustadz favorit, motivasi, penguasaan kelas, dan kiat menarik hati, si anak yang manja.

Sebelum itu, sebagain utadz/ah laksanakan shalat kusuf di Baiturrahman, di masjid kediaman masing-masing. Bahkan banyak yang merangkap sebagai imam di kampungnya. Seusai pelatihan, ustadz/ah lanjutkan dengan mengajar. Sebab TPQ Plus tidak libur, meski tanggal merah, kecuali libur Hari-hari Besar Islam. Anak didik hampir 1000 santri, ngaji Senin Rabu Jumat, atau Selasa Kamis Sabtu.

Menurut Ustadz Salman, yang juga Imam Rawatib Masjid Raya, bahwa pelayan baca al-Quran ialah profesi terbaik. Bahwa hadits Nabi Muhammad SAW yang bermakna, “Sebaik-baik kamu adalah yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya,” moga cukup untuk memotivasi kita, untuk tidak meninggalkan mengajar, tak alpa mengajar baca Al-Quran. Mungkin itu di rumah, privat, TPQ/TPA, dan madrasah, serta sekolah. 

Ajak Ustadz itu, kita harus bangga menjadi pelayan baca Al-Quran. Jangan hanya bangga dengan prediket guru (misalnya guru matematika, fisika, les dan sebagainya) atau profesi lainnya. Jadi, tetap jadi ustadz/ustadzah/guru atau pengajar.

Kita, guru baca Al-Quran bagaikan dokter, mendiagnosa dan mengobati. Misal, ‘dokter’ mendiagnosa lahnul khafi (kesalahan samar, seperti kurang dengung di ikhfa’) dan lahnul jali (kesalahan besar) bacaan. Untuk pemula lahnul khafi, bisa diabaikan dulu.

Insya Allah nanti akan bisa seiring pertumbuhannya. Ini juga menjadi dalih, agar Ustadz/ah tak takut salah mengajar karena belum benar. Silakan belajar teori, tapi utk pengayaan, praktek di lapangan, butuh kreasi Ustadz/ah, mana jalan yang mempercepat bisa, tapi tak menurunkan semangat anak.  

Dalam meng-upgrade santri, lahnul khafi pun harus dibereskan, apalagi dalam sesi pengajaran makharijul dan shifat.Lahn adalah suatu kesalahan atau kondisi yang menyimpang dari kebenaran. Namun diagnosa dulu diri kita masing-masing. Ada perbedaan pengenalan anak dengan dan dewasa. Kepada anak diajarkan langsung, bukan teori. Kepada orang dewasa, boleh dengan teori, banyak teori, di samping praktek juga. 

Tahapannya, guru men-talqin-kan bacaan pada anak, anak meniru saja dulu. Jika besar pelan-pelan baru dengan teori. Jadi, jangan perkenalkan anak: apa, kenapa, dan lainnya, yang penting, ini bacaannya.

Kutip alumni S3 UIN Ar-Raniry Aceh itu, bahwa Imam Ibnu Jazari, dalam Muqaddimah Al-Jaziri disebutkan, “Setiap dhammah tidak akan sempurna dengan memonyongkan bibir. Setiap huruf bawah dengan menurunkan bibir. Setiap yang fatah membuka mulut selebar-lebarnya.” Misalnya, praktikkan A I U, Ah, Ih, Uh. Ahha Ihhi Uhhu… Zha Zhi Zhi, Azh Izh Uzh, Azhzha Izhzhi Uzhzhu, hingga Ya. Huruf Waw saja yang monyong mulut. Selainnya, meski diajarkan monyong, tetap secara kaidah tak monyong.

Di sini, Ustadz Salman, juga singgung teknik menghafal, minimal dengan amaliyatul rabthi, kerja ikat-mengikat. Hafal satu kata, satu ayat sampai lancar. Ayat satu diikat dengan ayat kedua. Sampai ada ikatan besar. Pastikan lancar ikatan besar, yakinkan dulu, dan pindah ke ikatan besar lainnya. Seterusnya.

Kuncinya, sabar, jangan loncat, atau karena terus ingin banyak hafalannya. Mustahil mengandalkan hafalan, tanpa lupa-lupa. Lalu kiat lainnya, rajin khatam Al-Quran. Semakin sering akrab dengan Al-Quran, kian mudah hafalan.

[Daud Syariati pun tertidur di pangkuan salah satu ustadz]

Menurut Salman, mengajar dan mengetahui kualitas diri, itu rahmat. Ada ijtihad yang tidak keluar dari kerangka ilmu tajwid. Untuk sampai pada hasil yang diharapkan, teknis terserah ustadz. Kreativitas hanya pendukung saja.

Metode itu, kreatifitas kita saja. Kewajiban kita, membaca, menghafal, memahami, dan mengamalkan. Ada 32 metode baca Al-Quran, ini yang terdaftar di Kemenag saja, dan ini tesis Ustadz Salam dulu. Berhadapan pada berbagai teori, itu khazanah ilmu saja. Cari teori untuk praktek yang benar. 

Sementara Ustadz Azhar Abdullah SAg MA, lanjutkan, sebenarnya enak menjadi ustadz/ah. Meskipun ujrah sedikit, tapi di akhirat balasan besar. Pahala mengalir terus pada guru. Selama anak mengaji dan kebisaannya karena kita, maka tak ada khilaf ulama, bahwa pahala akan mengalir terus untuk kita.

Jangan tinggalkan lagu yang lama, tanpa memberi solusi, lagu baru. Mengubah anak dengan lagu. Jangan membuat anak, hafalannya menjadi banyak. Misalnya Iqra’ 1 dengan sebuah lagu. Misal, abang tukang bakso, ‘a ba ta tsa ja ha kha da dza ra za sa sya…. ha, dan ya‘.

Jangan pernah membohongi anak, misalnya suara harimau, volume kecil, suara ustadz kecil ‘aummm. Ajaklah anak bercita-cita menjadi dokter atau guru/ustadz/ah. Jangan paksa anak menghafal banyak, apalagi yang tak datang kemarin.

Kiat mengajar klasikal, antara lain, jangan berjalan, saat berdiri hanya dalam lahan yang sejengkal. Senyuman harus tergantung di sudut bibir, lepaskan kapan perlu. Jangan ajarkan anak menjadi sufi, padahal ia masih kecil. Ceritakan anak dengan kisah yang membangkitkan semangat. “Jangan ngajar, jika tak bisa senyum,” katanya.

Bagaimana jika kita jadi ustadz/guru favorit? Jawabnya, jalan keluarnya ialah semua kita harus jadi guru favorit. Menjadi guru favorit, banyak enaknya, antara lain, murid mudah dikasih pemahaman. Anak suka guru, itu pertanda baik. Tujuan akhir, anak bisa mengaji. Guru adakan target per tahun (misalnya bisa shalat, bisa ngaji, dan hafal doa/ayat). Jika target 3, tercapai 3, Allah ridha. Target 3, tercapai 2, kita sukses. Target 3, tercapai 1, kita gagal. Anak akan meneladaninya, maka jangan perlihatkan kecacatan amalan kita.

[muhammad yakub yahya, direktur]

Tags: #
Tentang
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota.
Alamat
Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242
Lainnya
Media Sosial
© 2023 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh
Oleh : Humas Kanwil Aceh