Banda Aceh (Humas)--Pejabat Fungsional pada Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kanwil Kemenag Aceh H Azhar SAg MA mengisi taushiah Nuzulul Qur'an, di Mushalla Al-Ikhlash Kanwil, Selasa, 19 April 2022.
Di hadapan Plt Kabag TU, para Kabid, dan jamaah, Analis Kebijakan pada Seksi Penyelenggaraan Umrah dan Haji Khusus ini, awali taushiah singkat dengan penggambaran akan kesempurnaan Kitab Suci Al-Qur'an yang diturunkan sebagai petunjuk (al-hudaa), penjelas/penerang (al-bayaan), dan pembeda haq dan batil (al-furqaan).
Juga digambarkan proses penurunan Al-Qur'an, dengan izin Allah Yang Maha Mulia, oleh Malaikat Jibril yang mulia, sejak malam 17 Ramadhan yang mulia.
"Sungguh Rasulullah Muhammad SAW telah menyaksikan Jibril as dalam sosok yang kuat (syadiidul quwaa), dalam bentuk asli pada dua kali: di ufuk yang tinggi (ufuqul a'laa) dan saat kali yang lain tatkala mi'raj, di Sidratul Muntaha. Di mana Sidratul Muntaha itu? Di sisinya ada surga-surga (Jannatul Ma'wa)," gambar ustadz yang juga pernah diamanahkan sebagai petugas haji itu.
"Al-Qur'an telah nuzul dengan sempurna turunnya, 30 juz, 114 surat, dan 6.236 ayat. Tinggal bagaimana sekarang Al-Qur'an ini nuzul ke diri kita, ke dalam kehidupan kita," kata Azhar, yang pekan lalu juga hadir ke Kota Subulussalam sebagai tim Safari Ramadhan Kanwil.
Tgk Azhar mengutip beberapa ayat dan hadits shahih, di antaranya: "Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan, dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar’’ (QS Fathir ayat 32).
Lantas ustadz dalami makna ketiga tipe manusia manakala dihadapkan dengan Al-Qur'an. "Kita renungkan untuk diri kita, ke golongan manakah kita ini termasuk," tanyanya.
Pertama, orang yang dihadapkan pada Al-Qur'an, tapi dia memilih jalan dosa, jalan zhalim/zhulm (zhaalimul linafsih). Badannya tidak cocok dengan kebaikan, melainkan harus ada dosa (fujuur), jalan dusta misalnya.
Yang dimaksud dengan orang yang menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya artinya manusia yang tidak menyadari dirinya sebagai hamba Allah yang memiliki kelebihan, sehingga dia lupa diri juga bahkan lupa kepada Tuhan-Nya (Allah) untuk itu mereka melakukan sesuka hatinya dengan banyak melakukan perbuatan dosa, yang tidak disadari itu merupakan merusak dirinya sendiri dan memasukkan dirinya ke jurang neraka.
"Bahkan dusta meskipun dalam canda, dia hindari," ingatnya.
Kedua, muqtashid (yang pertengahan) artinya antara perbuatan baik dan perbuatan jelek memiliki keseimbangan, sering melakukan ibadah tetapi juga masih melakukan perbuatan jahat (dosa).
Misalnya, rajin shalat bahkan haji tetapi masih melakukan perbuatan nista seperti menipu, bohong, hasud bahkan korupsi.
"Jika dia shalat, dia memilih masbuq, badannya tidak cocok untuk takbiratul ihram bersama imam," contoh dari H Azhar.
Ketiga, saabiqum bil khairaat (yang lebih dahulu berbuat kebaikan) artinya amal perbuatan baiknya lebih banyak dibandingkan perbuatan maksiatnya, mereka sangat hati-hati dalam melangkah dan selalu mendekatkan diri kepada Allah sekuat tenaga karena takut akan siksa-Nya.
"Tipe ketiga ini, dia melangkah ke tempat shalat, saat azan atau sebelum Iqamah," pungkasnya.
Tipe ketiga, ditutup dengan "dengan izin Allah", maka jika kita telah mampu bangun malam, sedekah, dan amal lain, jangan memandang remeh orang yang belum bisa lakukan. Sebab semua amal baik kita dengan izin-Nya.
MC ceramah siang 17 Ramadhan 1443 H ini, Rahkmad Mulyana SAg MSi, Bidang PD Pontren.[yyy]