[Banda Aceh | Muhammad Yakub Yahya]   Salah satu ukuran berhasil sebuah pelatihan misalnya, pesan-kesan, dan keakraban sesama dalam forum atau saat rehat, saat ngopi usai materi. Untuk memecahkan kebekuan misalnya, asal sudah ‘dipancing’, ide liar pun bersahutan. Apalagi jika bertemu peserta dari dua ujung Aceh, Aceh Tamiang dan Simeulue, misalnya.

Misal, saat menanti pemateri Public Speaking, ba’da isya (28/3), di Aula Sulthan Hotel, peserta Pelatihan Keprotokolan, kesempatan bersilaturrahmi seraya berbisik-bisik sesama pun bagus untuk menilai keakraban tadi.

Ada-ada saja tema yang diangkat dalam ‘ceramah tanpa judul’ itu. Sejak soal MH 370, ombak Samudera, ombak Selat Malaka, dan SPD.

Memang sering bermasalah sekali pada transportasi, jika acara di kepulauan seperti Kota Sabang dan Kepulauan Simeulue.

“Kita harus berani menghadap orang besar. Coba peserta acara dari Simeulue usulkan Speedboat untuk kecepatan dan ketepatan ke acara,” usul Muhammad Sofyan, salah satu peserta dari Aceh Tamiang, yang sharing pada rekannya Rini Malahayati, asal Sinabang, saat Rini ‘bercurah hati’ soal sering ketelatan tiba/pulang ke/dari sebuah acara di provinsi.

“Orang kepulauan harus bisa berenang jika ada apa-apa di laut, harus berani naik kapal kecil, sebagaimana kami di Tamiang yang mengandalkan boat kecil ke Malaya,” banding Muhammad Sofyan, admin web kemenag.go.id, dari Kemenag Atam (Aceh Tamiang). [jua]