Banda Aceh-KemenagNews (18/10/2012) Guna memboboti pemberitaan yang ideal seputar syariat di Aceh di Aceh, berangkat dari pengabaian etika dalam pemberitaan sebuah kasus oleh media, AJI (Aliansi Jurnalis Independen) perlu menggelar seminar yang memaparkan hasil pemantauan di lapangan. Bekerjasama dengan Ford Foundation melalui sindikasi Cipta Media Bersama, AJI Aceh mengusung tema seminar sehari, “Etika dan Profesionalitas Media” (18/10).Setelah AJI Aceh mendapatkan mandat untuk pemantauan pemberitaan Syariat Islam, juga menggelar pendataan, workshop, dan diskusi, serta seminar. Seminar yang diikuti puluhan peserta, dari unsur media, organisasi media, LSM, ulama, dan pemerintah termasuk Kemenag Aceh itu, bertujuan untuk membangun kerjasama para pemangku kepentingan terhadap upaya mendorong media yang sehat di Aceh, membuka ruang publik untuk memberi masukan bagi perbaikan kualitas jurnalis dan media di Aceh, serta mengembangkan kapasitas media dan jurnalis dalam pemberitaan dengan mengedepankan etika dan norma yang berlaku di Aceh. Demikian paparan Mukhtaruddin Yakub, Manager Program sebelum sesi acara.Mukhtaruddin, mantan jurnalis majalah ibukota dan kini jurnalis SCTV, juga menambahkan, pemateri dalam seminar di Hotel Madinah itu ialah unsur kepolisan (Gustav Leo), Dewan Pers (Bekti Nugroho), dan Ketua AJI Indonesia (Eko Maryadi). “Pemberitaan yang sangat bebas dan nyaris tanpa batas menyebabkan media dan jurnalis manegabaikan etika. Diakui atau tidak, kini media kurang memperhatikan independensi dan keberimbangan sehingga terkesan terjadi penghakiman atau trial by the press. Media dan jurnalis tidak bisa memilih dan memilah antara fakta yang boleh diberitakan atau tidak,” jelas Mukhtaruddin, Direktur Muharram Journalism College, Banda Aceh. [yakub]{Keterangan foto: salah satu media AJI Aceh, “Sharia Newswatch”, edisi 02/2012, yang didistribusikan dalam seminar 18/10/2012}.