[Kanwil | Yakub] Kabid PD Pontren (Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren) Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh H Abrar Zym SAg, mengawali taushiah dengan, 'pentingnya kita mencatat dan menghitung catatan sendiri', sebelum dihitung malaikat kelak, saat mati.
“Terutama di bulan barakah yang dilipatgandakan amalan baik kita, mari kita tingkatkan halaman buku amalan baik yang dicatat detil oleh malaikat itu,” ajak Pak Abrar Zym yang paginya (22/6), mengulangi sebuah dialog antara raja-kakek. Dialog singkat ini mengajarkan kita, yang muda dan tua, yang baru dan yang akan pensiun, agar tetap kerja dan semangat.
“Orang yang senang dengan datangnya Ramadhan, dan beramal siang dan malamnya, dia taat pula seusainya, maka kelak akan menerima buku amalan dengan tersenyum,” jelasnya, sambil mengutip sebuah ayat dalam QS Al-Ghasyiah, “wujuuhuy yawmaidzin naaimah…. ‘hari itu wajah-wajah tersenyum senang….’
“Meskipun wajahnya masam, jika ada yang bernama Naimah, dia berwajah gembira dan penuh senyuman,” candanya, seraya membandingkan, di mushalla Al-Ikhlash Kanwil, ada yang mendapat hadiah dan penghargaan saja, atau diwisuda, dia tersenyum tersungging di depan kamera dan juru kodak, apalagi di akhirat nanti.
Bandingnya lagi, di hadapan para staf, para Kasi/Kasubbag, para Kabid, dan Kabag TU Kanwil, bahwa jika riwayat hidup kita, hanya dibacakan, dibawa sampai pensiun, tapi buku amalan kita bawa sampai mati, ke akhirat.
Lanjut Ustadz Abrar Zym, “Ada yang masuki Ramadhan dia tetap maksiat, tidak senang, dan tidak beramal baik, serta lewat puasa dia beasa aja, maka wajahnya saat menerima buku amalan dengan masam dan malu…..”
Di sini Ustadz yang malamnya tampil di Masjid Raya Baiturrahman, sebelum tarawih malam ke 6 itu, kutip ayat, “wa wujuuhuy yawmaidzin khaasyi’ah….“
Saat jelasakan tipe orang durhaka ini, seraya Ustadz Abrar yang juga aktifis dan mantan Pengurus Iskada Aceh itu, menamsilkan pencuri yang ditangkap dan diselkan polisi. “Dia malu dan menutup wajah di bawah sorotan kamera, tersipu malu. Meskipun ada yang lambaikan tangan, ke pemirsa tanpa malu, misalnya lambaian koruptor yang di-shooting kamera televisi,” sindirnya.
Paginya, di hadapan peserta apel Senin (22/6), dari Staf, para Kasi/Kasubbag, para Kabid, dan para Pembimas di Kanwil Kemenag Aceh, Ustadz Abrar memulai satu kisah, dengan gaya kocaknya:
“Seorang Raja bernama Nusyirwan, pada suatu hari jalan-jalan di pedesaan. Raja dapati seorang kakek yang sedang menanam kurma. Dan raja ingin mengetes ketekunan kakek,” H Abrar memulai.
Tanya Raja dari Kekaisaran Persia itu, “Apa di tangan kakek, dan kek sedang apa di sana?”
“Sebiji kurma, sedang menanam kurma, wahai Tuan Raja,” jawab kakek yang sudah ‘uzur, yang sudah dekat kubur.
“Untuk apa kek, bukankah kakek sudah senja, kurma belum berbunga, kurma belum sempat berbuah, kakek sudah meninggal…,” tanya Raja, penguasa negara yang kini disebut Iran, pada kakek yang tubuh ringkih dan badan sudah bungkuk.
“Tuan Raja, ada dua alasan saya menanam biji ini. Pertama saya teringat amanah Rasulullah SAW yang mengajarkan, bahwa ‘Jika di tanganmu ada biji, dan kamu tahu besok akan kiamat, tanamlah biji itu….’,” jawab kakek yang rambutnya sudah memutih, dan giginya sudah ompong itu.
“Kedua, bukankan yang kita makan sekarang ini buah dari tanaman yang ditanam orang sebelum kita. Salahkah saya wahai Tuan Raja, andai saya menanam agar bisa dinikmati orang sesudah kepergianku?” tanya dan jawab kakek diplomatis.
“Bahwa apa yang kita ukir sekarang, akan dikenang dan dipetik oleh anak cucu kelak, meskipun cucu nanti berebutan memanen hasil kerja kakeknya,” jelas Ustadz Abrar, yang beberapa bulan lalu sempat ke Lebanon, jajaki kerja sama dayah Aceh dengan negara Timur Tengah itu.
“Jangan berdalih, saya ‘kan mau pensiun, untuk apa kerja keras,” sindir Kabid PD Pontren, H Abrar asal Labuhan Haji Aceh Selatan itu, pada peserta apel, di antaranya ada Kabid Urais Binsyar Drs H Hamdan MA, Kabid Penais Zawa Drs H Bukhari MA, dan Kabid PAI Drs H Saifuddin AR.
“Cerdik sekali pemikiran kakek ini,” Raja membatin, dan diserahkannya pada kakek sejumlah dirham, tanda Raja senang dengan tekad dan motivasi dari kakek.
“Iya ‘kan Tuan Raja, baru kita menanam, sudah bisa mengetam hasilnya…,” balas kakek setelah menggenggam dirham, sambil berterimakasih, syukran pada Raja.
H Abrar yang tahun ini dapat amanah sebagai petugas TPHI Aceh, mengakhiri amanat apel perdana, pagi Ramadhan (5 Ramadhan) itu, “Raja tambah senang, dan diserahkannya lagi dirham, lalu diterima kakek, dan balasanya lagi dengan kalimat syukran.”
“Iya ‘kan baru menanam, belum berbuah sudah dapat pensiunan….,” tutup Pak Kabid, yang disertai tawa jamaah apel, sambil hadap kanan dan hadap kiri, masuk ke ruang, karena kantin tutup.
[foto: sebagian jamaah ibu di shaf belakang mushalla al-ikhlash kanwil, zhuhur senin (22/6), saat kabid pd pontren kanwil kemenag aceh berikan taushiah]