Banda Aceh (Inmas)---Menteri Agama Republik Indonesia, Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi melakukan kunjungan kerja ke Aceh selama tiga hari, mulai dari tanggal 16 s.d 18 November 2019.
Di Aceh Menag Fachrul Razi melaksanakan sejumlah agenda, mulai dari ceramah di Masjid Raya Baiturrahman, Menghadiri Maulid di Unsyiah dan juga hari ini, Minggu (17/11), bersilaturahim dengan para ulama Aceh. Tidak kurang 20 ulama kharismatik hadir dalam acara yang diinisiasi Kanwil Kemenag dan berlangsung di Asrama Haji Aceh itu.
Dalam kesempatan itu, Menag dipeusijeuk atau ditepungtawari. Proses Peusijeuk dilakukan oleh ulama sepuh Aceh Tgk. H. Usman Ali (84). Ulama yang dikenal juga dengan Abu Kuta Krueng ini merupakanĀ Pimpinan Dayah Darul Munawwarah, Pidie Jaya.
Tiba di asrama haji, Menag disambut Tgk H Usman Ali dan lantunan Shalawat Badar disenandungkan para ulama dan ASN Kemenag yang hadir, mengiring perjalanan Menag bersama Tgk H Usman Ali memasuki Aula Arafah.
Di dalam aula, sudah disiapkan kursi untuk Menag dan Ibu yang ikut mendampingi. Setelah Menag dan Ibu duduk berdua seperti dipelaminan, Tgk H Usman memulai prosesi Peusijuek.
Sementara itu, tamu undangan mengiringinya dengan shalawat. Diawali Basmalah, Peusijeuk yang berlangsung khidmat diakhiri doa yang dilangitkan Tgk H Usman Ali.
Kepala Kanwil Kemenag Aceh Daud Pakeh menjelaskan, prosesi Peusijuek (tepung tawar) biasanya pada acara-acara tertentu, khususnya acara adat di Aceh, termasuk penyambutan tamu istimewa. Peusijuek dilakukan oleh tokoh agama/ulama maupun tokoh adat. Proses ini sebagai bentuk ungkapan syukur kepada Allah, serta harapan memperoleh keberkahan dan keselamatan.
Prosesi Peusijuek diawali dengan membaca Basmalah. Setelah itu, orang yang melakukan Peusijuek memercikkan air tepung tawar pada kedua telapak tangan dan ke badan melewati kepala orang yang dipeusijeuk.
Sebelum diakhiri dengan doa memohon keberkahan, orang yang dipeusijuek akan disuapi bu lukat (nasi ketan) oleh tokoh agama/ulama yang melakukan prosesi peusijuek. "Tradisi peusijuek merupakan sebuah kearifan lokal yang sudah berlangsung lama dan masih dipertahankan oleh masyarakat Aceh secara turun-temurun," ujar Daud Pakeh.
Hadir mendampingi Menag, Kakanwil Kemenag Provinsi Aceh Daud Pakeh, Staf Khusus Menag, Munajat, Kapus Lektur M Zein, dan Sesmen Khairul Huda Basyir. [MKD/RN]