[Sigli | Mukhlisuddin] Penghitungan hasil Pemilu Legislatif, Rabu (9/4) belum final, tapi sang calon juara ‘nan mujur’ boleh syukuran atau terima selamatan sekadarnya. Kandidat yang ‘belum untung’, dari hasil quick count, setelah rakyat memilih DPRK, DPRA, DPR RI, DPD RI pun, tak mesti lama mengurut dada, meski ada kemungkinan, setelah hasil real coount diumumkan KPU RI, ‘rezeki lima tahunan’ dan ‘kursi empuk’ memihak padanya, meski cuma ‘sebelah kaki kursi’.
Dari potret di sebuah TPS, di bekas markas militer era DOM dulu, di kawasan Lamlo, Kecamatan Sakti Pidie, ada hal yang unik, yang sebenarnya bukan hanya unik, tapi semacam ‘cemeti’, bukan hanya buat Legislatif, Eksekutif, dan lainnya.
Kotak suara diletakkan di atas keranda jenazah, menjadi sebuah filosofis bagi lagislator yang terpilih nantinya baik ke DPRK Kab. Pidie, DPRA Prov Aceh maupun DPR RI (senator dari parpol) ataupun DPD (senator asal daerah). Untuk dapat merenungi bahwa semuanya akan kembali kepada Allah menjadi jenazah yang akan diusung ke kuburan.
Jadi yang terpilih untuk dapat mengemban amanah sesuai dengan amanah dan konstitusi dan jadilah anggota dewan yang menghormati amanah rakyat. Karena semua akan dipertanggungkawabkan di sisi Allah Swt. Wah… jika hakikat amanah sudah kita cermati, siapa pun akan takut menyia-nyiakan, bukan?
[tgk mukhlisuddin marzuki ma, penyuluh teladan dari kankemenag pijay, pengajar mudi mesra, 082361448002/yyy]
[ket. foto: kotak suara di TPS Gampong Mali Guyui Kec. Sakti, Pidie, atas keranda mayat. foto: mukhlisuddin]