CARI
Rekomendasi Keywords:
  • Azhari
  • Kakanwil
  • Hari Santri
  • Halal
  • Islam
  • Madrasah
  • Pesantren

Mudik; Hati-hati dan Ingat Mati

Image Description
Inmas Aceh
  • Penulis
  • Dilihat 492
Sabtu, 26 Juli 2014
Featured Image

[Meureudu | Muhammad Yakub Yahya]  Setelah Anda shalat Idul Fitri 1435 H, di Blang Padang bersama Imam dari Riyadh Syech Yahya Ahmad Az-Zahrany dan khutbah bersama Khatib M Rafiq Khan, atau shalat di mana pun, lekas bersilaturrahmi, atau ziarahlah.    

Jika mudik, baik sebelum lebaran maupun dalam hari pertama, kedua, atau ketiga lebaran, biasa ada pesan dari khatib-khatib Idul Fitri, seperti ini:

Bahwa saban tahun, angka kematian di jalan raya menanjak. Kita yang sangat hati-hati pun di jalanan, belum cukup untuk menyelamatkan diri dan keluarga, andai saudara kita yang mendahului dan didahului belum cukup waspada. Mari mudik, ingat maut, mari saat mudik merasakan bayang kematian sedang mengintai, bersama Izaril, sang Malik Maut.

Pengamalaman saya mudik, ke Grong-Grong, Beuracan Meureudu, mungkin aneh, singgah lama di samping makam abu, dan sepakat dengan mama, “Jika saya duluan dijemput, berarti itu tanah makam saya, mama…” Meski lebaran, mati tetap disongsong, bukan?

Mungkin di antara kita yang mudik tahun ini, lewat pantai selatan dan utara, jalur barat dan timur, akan ada yang menjemput ajal di perjalanan. Barangkali Izrail sedang menanti kita di Geureutee, mungkin di Seulawah, di Endang-Endang Takengon, atau di jalan lurus buatan donatur asing—semoga saja aman, amin.

Namun pengalaman tahun sebelumnya, mudik atau bukan, berita dari kepolisian, melaporkan kepada kita pembaca: ada saja insiden tabrak dan ditabrak, dari kampung ke kota, dari kota ke kampung, dalam arus mudik atau arus balik, dan bahkan dalam ajang balapan liar.

Moga Allah anugerahi kita aman pulang, dan selamat balik, itu sepenggal doa harian kita. Ada trik praktis untuk selamat, selain patuhi rambu lalu lintas dan ingat slogan “lambat asal selamat.” Kiat itu yaitu dengan doa, sedekah, dan senantiasa awas!

Doa keluar rumah, bismillaahi aamantu billaah tawakkaltu `alallaah laa hawla walaa quwwata illaa billaah —dengan nama Allah, saya beriman kepada Allah, saya tawakkal kepada Allah, tiada daya dan upaya melainkan dengan Allah— itu, wajib kita hayati. Atau bismillaahi majrehaa wamursaahaa innaa rabbii laghafuurur rahiim —dengan nama Allah yang menjalankan kenderaan (laut) ini, sungguh Tuhanku Maha Pengampun dan Penyayang— itu, mesti kita lazimkan.

Sesaat usai start mesin kenderaaan (kereta atau mobil rental, masih terutang kredit, punya perusahaan, milik pribadi atau punya mertua), sebelum masukkan gigi satu, kita tambah lagi dengan doa naik kenderaan, (alhamdulillaah) subhaanal ladzii sakhkharalanaa haadzaa wamaa kunnaa lahuu muqriniinai wa innaa ilaa rabbinaa lamunqalibun —(segala puji bagi Allah) maha Suci Allah yang telah memudahkan ini bagi kami, dan kami tidak berdaya terhadap-Nya, sungguh kami kepada Tuhan kami akan kembali—itu, wajib kita hafal dan hayati.

Ajaib sekali, kata-kata yang di tengah-tengah Alquran, dalam Surat Al-Kahf: ‘walyatalaththaf’. Ini pesan kawan-kawan pemuda gua: ke kota, `mudik’ setelah 309 tahun tidur, masuk pasar, pilih kue yang baik, dan berlemah lembutlah (walyatalaththaf)! Di antara makna yang tersurat (implisit) ialah berlemah lembutlah dengan orang rumah, tetangga, orang di jalanan, dan ke perkampungan.

Makna tersirat (eksplisit), menurut saya, kita yang mengenderai kereta, jalan kaki, kita melangkah dan menetap di mana pun, (numpang atau bermukim, kontrakan atau sama mertua), mesti adaptatif, elastis, fleksibel, waspada, awas, hati-hati, mawas diri, tahu diri, dan apa adanya. Bukan gaya hidup orang yang ‘walyatalaththaf’, jika kaku, keras, ekstrim, pilih-pilih kawan, lupa jalur jalan sendiri, dan gaya yang dibuat-buat. Rotan dan per, umpama hidup yang fleksibel, tidak patah, tapi lentur dan menggelinding.

Walaa tamsyi fil-ardhi marahaa, jangan angkuh di jalanan, diulang Allah dua kali —dalam Surat Al-Isra (perjalanan malam) dan Surat Luqman (Lukman, sang penuntun jalan hidup buat putranya). Lukman, sosok filosof, hukama’, dan guru —walau dibilang kulit hitam, tapi hati putih bak salju— yang mengajarkan sekaligus ‘menertawakan’ hidup kita.

Kesan apa yang terlintas di benak kita saat melintas di jalan raya, mudik atau bukan? Cermin diri ada di mana-mana. Potret kita ada di rumah dan jalan raya. Siapa kita, bisa juga diukur bagaimana kita waktu berada di bawah lampu merah. Hijau, kuning, dan merah, itulah tiga tatanan hidup di simpang jalan. Kita yang melambat di saat lampu kuning, dan mau berhenti, mungkin dianggap ketinggalan, tak lumrah, dan kolot.

Lalu ditabrak atau didahalui oleh pengemudi di belakang kita yang dianggap pemberani, nekat, dan lumah. Padahal hakikatnya kita yang melabrak tanpa kenal merah hijau, sedang mencuri hak jalan saudara yang lain dari arah lain yang sedang lampu hijau.

Di luar jalan, di akhir zaman, sekarang pun banyak keanehan. Yang lumrah, benar, dianggap kampungan dan kolot. Sedangkan yang salah dan nekat tanpa malu dianggap lumrah-lumrah saja. Di jalan sebagian kita merampas hak saudara kita yang jalan kaki, yang sedang lampu hijau, dan yang jalan dengan gigi tiga-empat, dan di luar jalan raya lebih kurang demikian juga, mencuri dan korupsi!Jalan raya, dan rumah yang ditinggal, dan rumah di kampung, adalah ajang bergaya. Kebersahajaan, tenggang rasa, saling memahami, dan mawas diri di jalan dan luar jalan raya, itu mesti.

Sebab arah jalan, kenderaan, mazhab, fiqh, pemikiran, dan baju kita memang berbeda. Sebagaimana berbedanya arah dan laju kendaraan, begitu lampu hijau menyala. ‘Walyatalaththaf’, berlemah lembutlah, selama dalam perjalanan dan setiba dari mudik, sebab ajal kita selalu mengintai, Izrail ada yang menyapa kita. Selamat Idul Fitri 1435 H, mohon maaf lahir dan batin. []

Tags: #
Tentang
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota.
Alamat
Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242
Lainnya
Media Sosial
© 2023 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh
Oleh : Humas Kanwil Aceh