CARI
Rekomendasi Keywords:
  • Azhari
  • Kakanwil
  • Hari Santri
  • Halal
  • Islam
  • Madrasah
  • Pesantren

Menikmati “Hijrah” dari Mekah ke Madinah

Image Description
Inmas Aceh
  • Penulis
  • Dilihat 1904
Senin, 2 September 2019
Featured Image

Sore itu, 2 tahun lalu bertepatan dengan  1 Muharram 1439 H musim haji 2017, kami bersiap siap menuju ke kota Rasul, Madinah Al Munawwarah, paginya para jemaah menyelesaikan tawaf perpisahan (Wadaa’) seraya memohon agar kelak diberikan kesempatan untuk mengunjungi lagi dan lagi rumah Allah itu. Cuaca kota Mekah panas, tapi hari itu tidak terlalu menyengat, semua jemaah haji Aceh kloter 4 sudah menaiki Bus dan tiba  giliran kami petugas menuju bus terakhir bersama rombongan ke 9. 

Menaiki bus dan memilih duduk didepan berdekatan dengan sopir seperti permintaan ketua rombongan agar mudah berkomunikasi dengan sopir yang berasal dari bangladesh itu, sementara kawan kawan petugas lain mengisi tempat duduk yang masih kosong di barisan belakang.  

Perlahan, bus berjalan dan mulai meninggalkan kota Mekah, padang pasir, gunung batu dan bangunan segi empat menjadi pemandangan utama yang menemani kami selama perjalanan. Tetiba berdiskui dengan seorang kawan, teringat seribu empat ratus tiga puluh delapan tahun silam, saat sang baginda Rasulullah SAW hijrah dari kota Mekkah menuju Yastrib (Madinah). Beliau meminta Abu Bakar ash-Shiddiq dan seorang pemandu jalan yang bernama Abdullah bin Uraiqit untuk menemaninya, menempuh jarak lebih kurang 500 KM dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk sampai ke tempat tujua,, apalagi melewati medan yang sangat sulit dan transportasi yang masih manual, ditambah lagi dengan musuh yang terus mengejar baginda Rasulullah Saw bersama Sahabat. 

Tentu, peristiwa hijrah Nabi SAW dari Mekah ke Madinah bukanlah  perpindahan biasa, seperti berangkatnya kami saat itu yang telah diatur seindah mungkin, nyaris tak ada hambatan. Akan tetapi Hijrah Baginda Rasulullah SAW adalah perjuangan yang besar, bentuk perlawanan terhadap kaum musyrikin Mekah, sehingga kehilangan nyawa adalah taruhan paling dekat saat itu.

Kawan saya menjelaskan, walau demekian sulit perjalanannya, hijrah tersebut  bukanlah melarikan diri apalagi  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam barulah berhijrah tatkala semua sahabatnya telah berangkat menuju Madinah. 

Sebelum matahari terbenam hari itu, kami masih berdiskusi tentang Hijrahnya baginda Rasulullah SAW. Sempat tertunduk saat ia menjelaskan dimana Rasulullah SAW bersama para sahabatnya mendapat perlakuan buruk dan kasar dari orang-orang Quraisy yang masih kafir. Umat Muslim dikejar-kejar dan dianiaya. Ketika melihat kondisi Makkah tak lagi aman bagi umatnya, Nabi Muhammad SAW mengizinkan sahabatnya untuk hijrah. 

Tentu perjalanan Hijrah saat itu berbeda jauh dengan perjalanan-perjalanan yang dilakukan hari ini, apalagi perjalanan yang kami rasakan hari itu yang telah disiapkan sedemikian indah.

Sebuah kesyukuran bagi kami, dapat mengenang kisah Hijrah seraya melihat langsung jejak yang dilewati ribuan tahun lalu, setidaknya menjadi renungan bagi kami dan dapat membayangkan betapa sulit dan susahnya baginda Rasulullah SAW Hijrah. Keasyikan diskusi tidak terasa perjalanan 5 jam lebih yang kami tempauh. Alhamdulillah kami tiba di kota yang dirindukan, kota yang tenang dan kelembutannya orang orang disana, yaitu kota dan tempat istimewa Baginda Rasulullah SAW, Madinah Al Munawarah.  Allahumma haadzaa haraamu rasuulila waj’alhu waqaayatan minan naari wa amanatan minal ‘adzaabi wa suu’al hisaabi. (Ya Allah, negeri ini adalah tanah haram Rasul-Mu. Maka jadikanlah ia bagiku penjaga dari neraka, aman dari siksa dan buruknya perhitungan di hari kemudian).

Setelah pembagian kamar bagi semua jemaah yang tidak terlalu jauh dari masjid nabawil, barulah sadar, kalau  buku “Keramat” Laporan harian petugas saya tertinggal dalam bus yang membawa kami tadi, sempat kena ceramah dari Sektor dan terpaksa harus menulis laporan dengan tangan, dan beberapa hari kemudian, buku itu diantar oleh sang sopir. Alhamdulillah. []

***Catatan Perjalanan Nasril (TPHI BTJ 04 2017).



Tags: # info
Tentang
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota.
Alamat
Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242
Lainnya
Media Sosial
© 2023 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh
Oleh : Humas Kanwil Aceh