[Singkil | Muhammad Yakub Yahya] Menteri Agama (Menag) RI, Drs H Lukman Hakim Saifuddin sekilas selama di Singkil, memutar kembali ‘jarum sejarah’, sehingga 'terang benderang' lahirnya SKB Dua Menteri nomor 8 dan 9 Tahun 2006 itu.
Latar belakang lahirnya SKB Menteri (Menag dan Mendagri), soal regulasi pendirian rumah ibadah juga dirinci jelas Menag, sehingga agama pun, harus maklum, itu bukan produk satu agama mayoritas dan hasil ‘kerja legislatif’ semata.
“Bahwa ada diskusi panjang, belasan kali diskusi, antar tokoh agama Indonesia, sebelum lahirnya SKB itu,” kata Menag. Makanya, ajaknya semua pihak patuhi aturan, juga dalam pendirian rumah ibadah di mana pun. Sebab dihasilkan dari kesepakatan bersama, bukan ‘produk DPR’ semata.
“Di sini memang ada perbedaan tempat ibadah dengan rumah ibadah. Kita bisa ibadah di mana pun, tapi pendirian rumah ibadah ada aturannya,” sambungnya, seraya menunjuk ke lantai aula Sekdakab, ‘di sini kita bisa ibadah dan berdoa’.
“Kasus rumah ibadah bukan hanya di sini, bukan hanya sekarang, bukan dalam bulan ini, dan bukan dalam puluhan tahun ini. Namun itu masalah klasik,” bandingnya dalam acara yang juga hadir Kabalitbang Kemenag RI.
Salah satu pemicu konflik, karena ada yang ingkari aturan yang ada. “Dengan kasus seperti baru-baru itu, kita diajak merenungi dan memahami, serta menyadari, untuk lebih menjalin perdamaian,” katanya, yang juga sempat menyinggung soal konsep negara agama dan negara sekuler.
Meski mayoritas Muslim, Indonesia bukan negara agama. Namun negara mengakui dan mengatur kehidupan beragama.
Di samping itu, dengan Menag jelaskan perbedaan tempat ibadah dan rumah ibadah, sehingga jalan damai mudah ditapaki dan dirajut bersama.
Dalam kunjungan kerja ke Aceh Singkil, Menag Lukman Hakim 'hanya' bersilaturrahmi dengan pemuka dan tokoh agama di Bumi Syekh Abdurrauf itu.
Dalam pertemuan di Singkil, yang sebelumnya membuka Muzakarah Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Menag ajak warga pahami beberapa lintasan sejarah bangsa kita sebagai bangsa yang majemuk, sehingga kebhinnekaan wajib kita jaga.
Menag mengawali ajakan untuk saling memahami dan menghormati, serta berdamai, untuk selanjutnya menyimpulkan penyebab dan solusi atas kasus keagamaan, dan hikmah di balik keriuhan di salah satu desa di Singkil.
Hikmah sunnatullah ‘kenapa kita ini beragam’, juga disebut Menag, guna untuk kita saling melengkapi.
“Kita pelaku sejarah. Mari menoreh atau mencatat sejarah damai. Mari kita wariskan sejarah damai bagi anak cucu. Jangan sampai anak cucu membaca sejarah, di sini ada cacatan kelam pada 2015,” ajaknya.
Sebab, menurut Menag kenyamanan berbangsa dan bekerja hanya didapati dalam sikap saling memahami, dan saling menjaga harmonisasi. Tuhan bisa ciptakan kita beragam, tapi perbedaan juga kehendak Allah Swt.
Di samping itu, Menag juga jelaskan histori, demografi, tipografi, dan psikologi Indonesia yang unik, berbeda dengan Timur Tengah, yang serumpun yakni dominan suku Arab dan dominan Islam.
“Lebih baik ada aturan soal rumah ibadah, jangan sampai mayoritas mengorbankan minoritas,” jelasnya, dalam acara yang digelar setelah Menag dipeusiijuek (tepung tawar) di Pendopo Bupati.
Dan katanya, jika tidak ada aturan maka hukum rimbalah yang berlaku. “Aturan beragama dibuat, agar yang mayoritas menekan yang minoritas,” katanya.
“Ada ajakan mencabut aturan pendirian rumah Ibadah. Boleh cabut SKB dua Menteri, asal ada pengganti yang lebih baik,” sindir Menag, dalam acara di aula Kantor Bupati Singkil, Menag dipandu Bupati H Safriadi SH.
Di samping Menag duduk Anggota DPR Komisi III, H Muslim Aiyub MM dan Wakapolda Aceh Brigjen H Rio Septianda.
Menag hadir di hadapan pejabat provinsi dan kabupaten, para Kakankemenag, para Pembimas, tokoh lintas agama, tamu dan media.
Kakanwil Kemenag Aceh Drs HM Daud Pakeh (yang beberapa hari berada di Singkil, sebelum kedatangan Menag, lalu jemput Menag di Banda Aceh), juga berada di Banda Aceh, saat kedatangan Menag dan acara MPU.
Dan dampingi Kakanwil dari Banda Aceh, Menag tiba sesuai jadwal ke Singki, meski molor karena faktor penerbangan.
Sesampai di Bandara Syekh Abdurrauf, usai zhuhur Senin (26/10), Menag yang tiba dari acara Muzakarah MPU di Banda Aceh, juga disambut Anggota DPR RI H Muslim Ayub MM. Menag dan rombongan tungpangi MAF, yang juga kembali sorenya ke Jakarta via Medan.
Menag yang didampingi Kabalitbang Kemenag RI, Gubernur Aceh dr Zaini Abdullah, Kakanwil, Kepala Badan (Kaban) Kesbangpo Drs H Nasir Zalba dan lainnya, tiba di pendopo, disambut pejabat provinsi dan kabupaten.
Termasuk dari staf Ahli Menag RI Hadi Rahman dan Danlanal di ujung wilayah Aceh itu. Tampak saat penyambutan dan selama acara di Pendopo dan Kantor Bupati, Kapolres Aceh Singkil AKBP Budi Samekto yang baru dicopot Kapolri Jenderal Pol. Badrodin Haiti, efek dari kasus ini. Kapolres barunya AKBP M Ridwan.
Saat kedatangan dan disilakan ke pelaminan, Bupati, Ketua DPRK, MAA, MPU, dan Ketua Tim PKK ikut mem-peusiujuek Menag, sebelum rehat sejenak.
Siswa MAN Singkil yang dikomandoi Halimsyah MA, dan MTsN Singkil juga sambut Menag dan rombongannya. Dan tarian menyambut tamu khas Singkil Dampeng, awali kedatangan rombongan depan pendopo. []