Musibah yang datang tak siapa pun yang mampu untuk menolak, ia akan datang tanpa pemberitahuan. Maka dari itu selayaknya manusia untuk perlu kehati-hatian. Namun upaya itu memang kadang-kadang menjadi tidak terkendali, apalagi saat penuh dengan kesibukan, banyak masalah yang dihadapi atau pun lainnya.
“Setelah terpeleset, tiba-tiba kaki kanan saya terasa sakit sekali untuk berjalan, dan tak bisa berdiri kecuali dengan cara berpegangan,” cerita Ibu Sumiati, S.Ag yang akrab dipanggil Ibu Sum kepada KemenagNews. Ia merupakan guru MTsN Jagong Kabupaten Aceh Tengah. Ibu Sum terpeleset di kamar mandi rumahnya pada siang hari sekitar jam 14.30, tanggal 17-9-2013 untuk mempersiapkan makan siang.
Pada siang itu memang hari yang sangat menyibukkan baginya, karena pada saat pulang dari madrasah ia tidak langsung pulang ke rumah, melainkan harus menolong Liwa dan Saleh siswa MTsN Jagong yang sepeda motornya mengalami kecelakaan. Ibu Sum mengantarkan ke Puskesmas Jagong, untuk membawa Liwa yang pelipisnya robek dan perlu dijahit.
Sakit pada kakinya membuat Bu Sum khawatir, maka dengan diantar suaminya sore itu juga ia dibawa ke Rumah Sakit Daerah “Datu Beru” Takengon untuk dirontgen. “Ternyata tulang betis saya patah,” ujar Bu Sum sedih. Setelah menunggu tiga hari di rumah sakit, lalu dokter melakukan operasi dengan melakukan pengikatan dengan kawat pada tulang yang patah.
Sekarang Bu Sum sudah bisa berjalan meskipun dengan bantuan penyangga. Panggilan jiwa sebagai guru yang disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa ini terus saja memberi semangat, meskipun harus diantar suaminya yang juga sebagai guru di SMPN 16 Takengon, ia tetap hadir ke madrasah untuk mengajar siswanya
“Saya mohon kepada Pak Kepala untuk boleh mengajar di ruang rapat, anak-anak pada jam pelajaran yang saya ampu agar mendatangi saya di ruang ini, “ ujar Ibu yang alumni Tadris IPS IAIN Ar Raniry. Ia merasa senang, ternyata anak-anak juga patuh dan cenderung tidak membuat keributan. Memang, kesadaran untuk melakukan suatu tugas sebaik-baiknya selalu saja ada jalannya. Sabar, ya Bu... (Ahmad Dardiri/y)