[Karang Baru/Muhammad Sofyan] Matahari mulai menyembunyikan diri di balik awan hitam, pepohonan di puncak bukit menambah cepatnya perjalan matahari menuju persduannya pada sabtu (20/8), cahanya tak lagi menyengat, lembayung mulai bersemburat dari celah-celah dahan yang menandai senja akan segera menyergap Bandar Pusaka, Kecamatan terujung sebelah barat Aceh Tamiang.

Sepasang suami istri dengan mengendarai sepeda motor merk Vario FI 125 warna putih-biru sedang menyusuri jalan Sekerak-Babo yang berliku, terkadang beraspal mulus, terkadang berlobang sana-sini ada juga jalan tanah berbatu dan berdebu. Sang suami bergegas, menarik pedal gas sepeda motornya dengan sedikit kencang untuk memacu kendaraan melaju cepat di atas rata-rata 70 km/jam, mereka tak ingin kemalaman di jalan. Mereka ingin melihat buah hatinya yang sedang ikut berlaga di Musabaqah Tilawatil Qur-an (MTQ) V Aceh Tamiang di Babo Kecamatan Bandar Pusaka.

Tepat seperti perkiraannya, mereka tiba di rumah salah seorang warga Jambo Rambong (salah satu Kampung di Bandar Pusaka) yang dijadikan Posko Kafilah dari Kecamatan Tenggulun hanya beberapa menit sebelum azan Maghrib dikumandangkan. Usai mekan malam bersama Kafilah Tenggulun yang merupakan tempat tempat putri mereka berjuang dalam kegiatan tersebut, perjalanan dilanjutkan menuju Arena Utama di Kampung Baba, lebih kurang enam kilometer dari pemondokan.

Setibanya di Arena Utama, karena pengunjung belum ada yang masuk ke lokasi perlombaan, mereka melanjutkan perjalanan ke MIN Babo, ada info beberapa orang dari jajaran Kankemenag Tamiang berkumpul di sana, mereka dijamu khusus oleh Kepala MIN Babo untuk makan bersama.

Malam itu mereka ikut acara makan Durian dan dilanjutkan makan ikan Bandeng panggang bersama. Para Kepala Madrasah di Bandar Pusaka menyediakan Durian untuk acara tersebut sedangkan Ikan Bandeng dibawa oleh Kepala MIN Manyak Payed (Musalamina) yang diambil langsung dari Tambak (Kolamnya), belum mengalami proses pendinginan yang terlalu lama sehingga rasanya lebih enak dan nikmat.