Sebanyak 13 calon kepala desa (keuchik) dari berbagai gampong dalam wilayah Kecamatan Kuta Cot Glie mengikuti tes kemampuan membaca Al-Qur’an yang dilaksanakan di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kuta Cot Glie mulai Senin, 1 September hingga Rabu, 3 September 2025.

 

 

Tes baca Al-Qur’an ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana kemampuan para calon dalam membaca dan memahami Al-Qur’an. Ini menjadi syarat penting agar keuchik sebagai pemimpin gampong memiliki dasar keagamaan yang kuat serta mampu membimbing masyarakat menuju kehidupan yang religius.

 

 

Nazhir, S.Ag, salah satu penguji sekaligus Penghulu di KUA Kuta Cot Glie, menegaskan pentingnya kemampuan baca Al-Qur’an bagi para calon pemimpin desa.

 

 

“Seorang keuchik harus mampu membaca Al-Qur’an, karena itu merupakan dasar untuk membentuk masyarakat yang taat beragama. Akan sulit bagi seorang pemimpin mengajak warganya kepada kebaikan dan ketaatan, jika membaca Al-Qur’an saja belum mampu,” ujar Nazhir.

 

 

Ia menambahkan, kepala desa yang mampu membaca dan mengamalkan isi Al-Qur’an mencerminkan pribadi yang dekat dengan agama, dan akan lebih mudah dalam membimbing masyarakat ke arah yang lebih baik secara spiritual.

 

 

Senada dengan itu, Darmawan, S.H., Penyuluh Agama Islam di KUA Kuta Cot Glie yang juga menjadi penguji dalam kegiatan tersebut, menyampaikan bahwa pemimpin desa perlu memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an secara baik dan benar.

 

 

“Al-Qur’an adalah petunjuk bagi manusia. Untuk memperoleh petunjuk itu, salah satu caranya adalah dengan mampu membaca dan mengamalkan isinya. Jika keuchik bisa melakukannya, maka insya Allah ia dapat memimpin masyarakat ke jalan yang diridhai Allah,” ujar Darmawan.

 

 

Dalam pelaksanaan tes, setiap calon diminta membaca beberapa ayat suci Al-Qur’an di hadapan tim penguji. Penilaian difokuskan pada kelancaran bacaan, ketepatan tajwid, dan kefasihan dalam melafalkan ayat-ayat suci.

 

 

Kegiatan ini mendapat respons positif dari masyarakat, dan dinilai sebagai langkah strategis dalam menciptakan kepemimpinan desa yang religius, bermoral, dan dapat menjadi panutan di tengah masyarakat.