
Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama (KUB) Kementerian Agama RI, M Adib Abdushomad MAg MEd PhD, menegaskan bahwa menjaga kerukunan harus dilakukan sejak dini sebelum konflik muncul dan menimbulkan korban.
“Lebih baik merawat daripada mengobati. Lebih baik memelihara kerukunan sebelum terjadinya konflik daripada baru menyadari pentingnya kerukunan setelah konflik memakan korban,” ujarnya pada Rapat Koordinasi Terpadu Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) se-Aceh Tahun 2025 di Anjong Mon Mata, Banda Aceh, Kamis 20 November 2025.
Ia menambahkan bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan keberagaman sehingga memerlukan kerja bersama dalam menjaga harmoni.
“Indonesia adalah negeri dengan keberagaman luar biasa: lebih dari 17 ribu pulau, ratusan suku bangsa, berbagai agama dan kepercayaan. Keberagaman ini adalah anugerah, tetapi juga bisa menjadi sumber gesekan,” ungkap Adib.
Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa potensi konflik sosial keagamaan sering kali tidak tampak di permukaan.
“Konflik sosial keagamaan ibarat gunung es. Yang kita lihat di permukaan hanyalah sedikit, kasus besar yang terlapor. Namun di bawahnya, jauh lebih banyak konflik kecil yang tidak pernah tercatat, seperti gesekan antarwarga, ujaran kebencian, atau masalah izin rumah ibadah. Justru konflik yang tersembunyi inilah yang berbahaya karena bisa tiba-tiba meledak. EWS membantu kita membaca tanda-tanda kecil ini sehingga dapat diantisipasi sebelum membesar,” tegasnya.
Sementara itu, Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs H Azhari MSi, dalam sambutan pembukaan menekankan pentingnya moderasi dalam beragama.
“Pemahaman keagamaan tidak boleh condong ke ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Kita harus berada pada posisi wasathiyah—di tengah, moderat. Pemahaman yang ekstrem ke salah satu sisi berpotensi memicu konflik. Moderasi adalah kunci bagi kehidupan yang damai dan produktif,” katanya.
Kegiatan Rakor Terpadu FKUB se-Aceh 2025 ini diikuti perwakilan FKUB kabupaten/kota dari seluruh Aceh sebagai upaya memperkuat peran forum dalam deteksi dini dan pencegahan konflik antarumat beragama.[]