Umat Muslim di Kabupaten Simeulue memadati Masjid Agung Tgk Khalilullah untuk melaksanakan salat Idul Adha. Khutbah Idul Adha disampaikan oleh Ansaruddin SPdI MPd, yang menjabat sebagai Kasubbag TU Kankemenag Simeulue, Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Kabupaten Simeulue, dan Sekretaris Umum Dewan Masjid Kabupaten Simeulue.
Hadir dalam kesempatan tersebut Bupati dan Wakil Bupati Simeulue beserta jajarannya, serta masyarakat Simeulue. Juga unsur Forkopimda Simueulue.
Dalam khutbahnya, Ansaruddin SPdI MPd mengingatkan jamaah tentang keagungan Hari Raya Idul Adha yang diperingati oleh seluruh umat Islam di dunia. Ia menyampaikan bahwa 21 jamaah haji dari Simeulue saat ini sedang berada di Tanah Suci bersama jutaan umat Islam lainnya, dan mendoakan agar mereka mendapatkan haji mabrur serta kembali tanpa dosa seperti baru dilahirkan oleh ibu mereka.
Bagi umat yang tidak menunaikan ibadah haji tahun ini, khatib menekankan pentingnya berkurban. Berkurban adalah bentuk pengagungan terhadap Allah SWT. Ia menjelaskan bahwa ibadah kurban memiliki nilai mendalam, yaitu menyembelih sifat-sifat kebinatangan dalam diri seperti keserakahan, kemalasan, dan ketamakan.
Ansaruddin juga mengutip sabda Nabi Muhammad SAW bahwa hewan kurban akan datang kembali pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, dan bulunya untuk bersaksi serta membela orang yang berkurban di hadapan Allah SWT.
Ansaruddin yang pernah lama berkiprah di Bidang PAI Kanwil Kemenag Aceh, uga menyampaikan bahwa ampunan Allah akan turun kepada orang yang berkurban bahkan sebelum darah hewan kurban menetes ke tanah.
Lebih lanjut, khatib menegaskan bahwa yang sampai kepada Allah bukanlah daging atau darah kurban, melainkan nilai ketakwaan dari orang yang berkurban. Beliau mengajak jamaah untuk mengambil pelajaran dari Nabi Ibrahim as., yang disebut sebagai Khalilullah (kekasih Allah).
Menurut Ansaruddin, Nabi Ibrahim as. adalah teladan bagi umat manusia yang telah "selesai dengan dirinya".
Tgk Ansar menjelaskan bahwa kesuksesan tidak dapat diraih dengan bersantai-santai atau bermalas-malasan, melainkan melalui kerja keras dan ketangguhan, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim as. dalam menghadapi berbagai ujian. Nabi Ibrahim tidak mengeluh atau menyerah, melainkan mengubah setiap penderitaan menjadi peluang menuju kesuksesan dan kedekatan dengan Allah SWT.
Khatib juga membagikan resep kesuksesan Nabi Ibrahim as yang dapat diterapkan untuk membangun masyarakat madani di Simeulue. Resep pertama adalah keamanan, ketertiban, dan kedamaian. Resep kedua adalah ekonomi yang stabil, karena keamanan dan ekonomi saling mempengaruhi.
Pelajaran kedua dari Idul Adha adalah semangat al-itsaar (mementingkan orang lain), bahkan dalam kondisi membutuhkan sekalipun. Nabi Ibrahim as. digambarkan sebagai contoh nyata al-itsaar, meskipun beliau sangat kaya, beliau tidak pernah pamer dan menganggap semua hartanya sebagai milik Allah yang sedang ia kelola.
Pelajaran ketiga adalah menjadikan Nabi Ibrahim as. sebagai teladan (Uswatun Hasanah). Nabi Ibrahim as. juga merupakan teladan dalam mendidik anak, mengajarkan dialog dan tidak memaksa, seperti yang tergambar dalam kisahnya dengan Nabi Ismail as.
Ansaruddin berharap agar perayaan Idul Adha tahun ini menjadi momentum untuk merenung dan membenahi diri, serta nilai-nilai agung dari kisah Nabi Ibrahim dan keluarganya dapat menjadi bekal dalam membangun kehidupan yang lebih baik, harmonis, dan penuh keberkahan di Pulau Simeulue Ate Fulawan. Beliau mengajak masyarakat untuk merawat karunia Allah dengan ketakwaan, persatuan, dan semangat kebersamaan, serta menghidupkan makna pengorbanan dalam kehidupan nyata.