[Darussalam | Ahlul Fikri/Yakub] Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Aceh Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd dalam penyampaian Khutbah Jum’at di Masjid Jami’ Silang Rukoh – Blang Krueng (Kawasan Darussalam, dekat UIN Ar Raniry), menyampaikan materi khutbah tentang keberadaan Ummat Islam yang saat ini banyak melupakan ajaran Agama dengan baik.
Misalnya pelaksanaan shalat berjama’ah yang tidak dilaksanakan oleh Ummat Islam secara baik terutama shalat subuh, sebagaimana yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW.
Padahal ia sebagai kekuatan Ummat Islam dalam menggalang kekuatan, sikap saling acuh dan tidak menghiraukan akan saudara sesama, lebih lebih masyarakat dengan mudahnya terpengaruh dengan hal hal yang justru meruntuhkan iman dan keberadaannya sebagai pribadi muslim yang ta’at.
Kakanwil mengutip Firman Allah SWT dalam Surat Al-A’raf ayat 96 yang artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS: Al-A’raf Ayat: 96).
Setelah Allah menjelaskan sunnah-Nya terhadap umat-umat terdahulu, yaitu ditimpakannya siksaan dan kesengsaraan terhadap mereka setelah mereka mendustakan (ayat-ayat-Nya) dan membangkang.
Kemudian bila umat-umat tersebut belum juga bertaubat dan terus berjibaku dalam kekufuran dan pembangkangannya, Dia akan melimpahkan berbagai kebaikan untuk mereka berupa harta yang banyak dan kondisi ekonomi yang baik, lalu secara tiba-tiba Dia membinasakan mereka sehingga jadilah mereka setelah itu manusia-manusia yang merugi di dunia dan akhirat.
Allah Subhanahu Wa ta’ala membuka pintu taubat dan pengharapan bagi para hamba-Nya seraya berfirman, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri” yakni mereka yang mendustakan (ayat-ayat Allah) seperti orang-orang kafir Makkah, Thaif dan penduduk kota lainnya. “Beriman” yakni kepada Allah dan Rasul-Nya, (beriman) dengan hari pertemuan-Nya, janji dan ancaman-Nya.
“Dan bertakwa” yakni kepada Allah sehingga tidak berbuat syirik, bermaksiat terhadap-Nya dan Rasul-Nya; niscaya Dia Ta’ala akan membukakan bagi mereka pintu-pintu langit berlimpahan rahmat dan berkah. Melimpahkan bagi mereka perbendaharaan bumi dan menganugerahkan mereka rizki yang baik akan tetapi penduduk negeri-negeri terdahulu telah mendustakan (ayat-ayat Allah) sehingga Dia menimpakan azab kepada mereka sebagai balasan atas apa yang mereka perbuat.
Penduduk bumi sekarang ini yang mendustakan (ayat-ayat Allah), hanya dua jalan bagi mereka; mengambil pelajaran dari apa yang menimpa penduduk negeri-negeri terdahulu lalu beriman, bertauhid dan berbuat ta’at.
Atau tetap di atas kesyirikan dan pendustaan lalu ditimpakan atas mereka azab yang dulu pernah ditimpakan kepada orang-orang sebelum mereka, yaitu dimusnahkan secara massal dan disikat habis.
Inilah yang ditunjukkan firman-Nya pada ayat 96 di atas, yaitu firman-Nya, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
Dalam penyampaikan khutbah Jum’at (13/2), Kakanwil Kemenag Aceh mengajak Ummat Islam untuk mewujudkan negeri/perkampungan yang baldatun tayyibatun warabbun ghafur dengan cara beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,niscaya Allah SWT akan memberikan keberkatan bagi penduduk suatu negeri dengan berbagai macam bentuk yang bersumber dari langit dan bumi.
Menurut Kakanwil, Para Ulama menerapkan empat konsep dalam mewujudkan konsep beriman dan bertaqwa:
Pertama,Daarul waasi’ah (negeri yang luas), maksudnya di sini hati yang lapang yang bersih dari segala penyakit hati seperti sombong, takabbur, ujub dan riya. “Dalam praktek keseharian kita, sering kali kita menjadikan diri kita penuh dengan kesombongan dan keangkuhan, seperti dalam pemilihan kepala desa (Keuchik), Bupati/walikota, Gubernur bahkan Pemilihan Presiden, janganlah saling menghasut dan mengadu domba diantara sesama kita, mari kita junjung nilai sportivitas dan nilai nilai keimanan,” sindir Bapak Drs. H.Ibnu Sa’dan kepada para hadirin.
Konsep Kedua ilmu pengetahuan, dengan menguasai ilmu pengetahuan yang baik, setiap pribadi kita akan mampu menjadi pribadi yang shalih.
Agama mempunyai peranan penting dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang berakhlak, maju, mandiri dan sejahtera lahir batin dalam suasana kehidupan yang serba selaras dan berkeseimbangan.
Sejalan dengan itu, pembangunan agama sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional diarahkan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kerukunan kehidupan umat beragama, meningkatkan peran serta umat dalam pembangunan, serta meningkatkan pendidikan agama dan keagamaan pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.
Dalam upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Dalam rangka membina kerukunan hidup antar umat beragama sehingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa yang harmonis, kegiatan musyawarah antar umat beragama terus ditingkatkan.
Kegiatan yang dilakukan meliputi antara lain musyawarah antar umat beragama, musyawarah antara umat berbagai agama, dan musyawarah cendekiawan berbagai agama.
Namun sayangnya, kebanyakan dari kita – termasuk para penuntut ilmu sendiri – sering lalai dan kurang menyadari bahwa ilmu yang dimaksud dalam ayat-ayat Al Qur-an dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut bukanlah sekedar teori belaka, yang hanya terlihat dalam bentuk hapalan yang kuat.
Atau kemampuan yang mengagumkan dalam berceramah dan menyampaikan materi kajian, atau gelar dan titel yang disandang, tanpa adanya wujud nyata dan pengaruh dari kemanfaatan ilmu tersebut bagi orang yang mempelajarinya.
Ketiga adalah kenderaan yang cepat, maksudnya semangat dan kesiapan kita sebagai pemimpin untuk terus meningkatkan kualitas keimanan kita kepada Allah SWT dengan memperbanyak amalan shalih dan mewujudkan dengan nyata benih iman dalam melaksanakan kegiatan keseharian kita, hindari maksiat dan segala hal yang dilarang oleh Allah SWT dan rasulNya.
Keempat, pakaian yang suci,maksudnya kita mampu mewujudkan ruh keimanan kita guna mencerminkan kepribadian kita selaku hamba Allah yang bertaqwa. Keberkahan akan Allah hadirkan kepada penduduk suatu negeri/gampong bila kita mampu menjadikan diri kita sebagai qudwah (teladan) yang selalu menjadi pelopor bagi saudara kita yang lain.
Bila kita memperhatikan apa yang terjadi di negara kita saja, misalnya, dalam beberapa tahun terakhir ini, seakan ayat-ayat di atas berbicara di depan mata kita. Kejadian-kejadian seperti gempa, tanah longsor, banjir dan sebagainya tidak jauh dari waktu-waktu yang disebutkan tersebut.
Demikian pula gempa di Aceh, ada yang di pagi hari dan kejadian lainnya di seluruh pelosok tanah air; semuanya terjadi pada waktu-waktu yang disebutkan ayat-ayat di atas. Ini membuktikan bahwa semua itu hanyalah atas kehendak Allah semata.
Belum lagi bila kita melihat kejadian-kejadian yang menimpa penduduk di luar negeri, seperti di Iran, Bangladesh, Srilanka, Amerika, kuba dan sebagainya. Juga membuktikan bahwa musibah-musibah itu terjadi tidak terlepas dari andil manusia itu sendiri, yaitu perbuatan maksiat kepada Allah dan kerusakan di muka bumi.
Dalam kejadian Tsunami di Aceh, misalnya, timbul juga pertanyaan lain di benak kita; kenapa tidak tampak bangkai-bangkai binatang yang demikian banyak mengapung dan mengambang di permukaan beberapa hari setelah kejadian itu? Bagaimana mereka bisa selamat? Jawabannya simple; itu semata atas kehendak Allah, binatang-binatang itu diberi insting yang tinggi sehingga dapat membaca fenomena alam, sekaligus hal itu merupakan kasih sayang Allah terhadap makhluk-Nya.
Dia menimpakan bencana kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan menyelamatkan siapa yang dikehendaki-Nya pula. Di sisi yang lain, kita menyaksikan kebenaran janji Allah dalam ayat-ayat tersebut untuk menjadikan negeri-negeri yang beriman dan bertakwa sebagai negeri yang sejahtera, aman dan tenteram.
Di antara contohnya yang perlu kita renungkan kembali adalah betapa pada masa Rasulullah, para al-Khulafa` ar-Rasyidin dan generasi tabi’in kondisinya sangat aman, damai dan sejahtera.
Tidak terbetik berita dari nukilan ahli sejarah yang dapat dipercaya mengenai musibah-musibah besar seperti yang terjadi di abad kontemporer ini. Jelas sekali ini menunjukkan bahwa janji Allah itu pasti benar dan terjadiRasanya, dunia sudah semakin gila!
Kebaikan yang sedianya berada mulia di atas, malah dijungkir balik ke bawah. Keburukan yang semestinya direndahkan, malah dipuja-puji bak sesuatu yang istimewa. Lihatlah di sekitar kita, sebagian besar manusia seperti telah dengan sengaja memutus urat malunya sendiri.
Zina antara dua orang malah disebut “bukti cinta”, suap dan korupsi menjadi sumber harta pribadi yang dihalalkan oleh banyak orang, wanita tak segan-segan memamerkan dirinya secara gratis kepada siapa saja, perzinaan pinggir jalan dilokalisasi dalam sebuah kubangan hitam yang terlihat gemerlap, dunia semakin dikejar siang-malam, aturan agama dilemparkan ke belakang karena dianggap tak lagi sesuai perkembangan zaman.
Semoga dengan ini, akan lebih membuka mata hati kita untuk segera dan tidak menunda-nunda lagi bertaubat dan kembali kepada Allah serta berhenti melakukan semua bentuk kemaksiatan. Wallahu a’lam. Terimakasih Bapak Kakanwil.
[Ket Foto: Kakanwil Kemenag Aceh Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd bersama Ketua 1 DPWAGPAII Aceh Ahlul Fikri Hasan, S.Pd.I, M.Pd dalam suatu kegiatan Audiensi di Ruang Kerja Lama Kakanwil Kemenag Aceh]