[Kanwil | Muhammad Yakub Yahya] Setelah membaca rukun dua al-khutbah, Kakanwil Kemenag Aceh, Drs H Ibnu sa’dan MPd, sambung dengan ayat-ayat Ramadhan, misalnya QS Al-Baqarah 183, “.... la’allakum tattaqun.”
Taqwa itu juga dinilai dari senang dan ikhlas membaca dan mengamalkan Al-Quran. Ayat-ayat Ramadhan – taqwa itu juga dilantunkan Imam Shalat Jumat (Ihsan), hingga ayat ke 187 Surat Al-Baqarah.
Sehingga di akhir khutbah, Kakanwil juga sampaikan soal pembaca Al-Quran, yang tak masuk surga, bersama pejuang dan penyedekah, karena riya’ itu. Ini ada hubungan tentu dengan penyerahan Al-quran pada BPK (Badan Pelayanan Kesehatan) RSUZA itu. Sebab, setelah khutbah, Kakanwil serahkan bantuan Al-Quran pada piak RSUZA Banda Aceh, yang diterima Direkturnya, dr H Syahrul.
Soal puasa besok atau lusa, lanjut Kakanwil dalam khutbah Jumat, di Masjid Ibnu Sina Komplek RSUZA, kawasan Lampriet, Banda Aceh, bahwa, “Ada beberapa titik di Indonesia, termasuk kita di Aceh. Jelang maghrib beberapa jam lagi tim Badan Rukyah Hisab Aceh akan ke Observatorium Lhoknga.”
“Lantaran agungnya Ramadhan, maka mari pasang nawaitu kita untuk sukeskan Ramadhan, juga nawaitu untuk i’tikaf. Juga untuk berbagi, berbagi perasaan sesama. Kita hanya dituntut puasa sebulan, dan hanya beberapa jam. Sebab ada yang berpuasa sepanjang tahun, ada yang sepanjang hayat, seperti ‘manusia gerobak’ yang disiarkan sebuah media televisi,” lanjut Kakanwil yang juga singgung makna puasa dan shalat, disertai dengan filosofi dari “salam”.
“Dari salam itu ada makna filosofis, bahwa kita tak hanya berhubungan dengan Allah secara vertikal, tapi juga dengan manusia secara horizontal. Memang saat salam,assalamu’alaikum, yang disamping tak wajib jawab, dan tak menjawab, ini sama amsalnya dengan salam kita saat masuki kuburan. Apa yang terjadi pada kita, jika usai kita beri salam, yang ‘di sana’ membalasnya?” tanya Kakanwil, yang disambut senyum dikulum sebagian jamaah, di Masjid Ibnu Sina (nama tabib dan filosof besar Islam), di sisi Ruang IGD RS itu.
Agungnya penghulu bulan itu, hingga Allah namakan sampai 10 nama, antara lain, Syahrul Barakah (Bulan Barakah), Syahrul Maghfirah (Bulan Pengampunan), Syahrul Karim (Bulan Mulia/Suci), dan Sayyidus Syuhur (Penghulu Bulan).
Terkait dengan ikhlas, bukan ikut-ikutan, Kakanwil yang beralamat di Gampong Beurawe (tetangga Masjid Ibnu Sina) itu, uraikan di akhir taushiah, soal Mujahidin (orang yang berjihad), pembaca Al-Quran, dan pemberi sedekah, yang na’udzubillah, dimasukkan ke neraka, karena riya’, dan karena pamer.
Maka, “Siapa yang sambut dan amalkan puasa dengan iman dan tulus, akan diampuni dosa yang lalu...,” tutupnya. [faisal]