Banda Aceh-KemenagNews, Sabtu, (14/9/2013) Lewat program obrolan saban Sabtu malam, televisi lokal, Aceh TV sesi 'dialog interaktif' malam Ahad ini (14/9) menampilkan tiga narasumber yang mengupas kiat dan tantangan memakmurkan masjid di Aceh dan dunia Islam. Dipandu oleh host Aceh TV, DR. Mohd Nawar, Drs. H. Ibu Sa'dan, dan Ir. H. Basri A. Bakar, bahani dan mengobrol panjang lebar dengan pemirsa.Mengambil tema "Upaya Memakmurkan Masjid", DR. Mohd. Nawar Arifin Ketua Dewan Pemuda Masjid Malaysa (semacam BKPRMI-nya Malaysia, jaringan JAKIM Malaysia), di akhri obrolan nyatakan sanjungan nan tinggi pada orang Aceh, yang punya kisah mesra masa lalu dan kini dengan Malaya. "Mari kita saling belajar. Kita indahkan perjuangan program kerjasama antar masjid, dengan saling belajar akan kelebihan di satu masjid dengan masjid yang lainnya, baik di Aceh maupun di Malaysia," ajak DR. Nawar, yang tadi siang juga hadir bersilaturrahmi ke TPQ Plus Baiturrahman, di sela-sela pelatihan dan seleksi ustadz/ah baru. "Saya mengutip maksud hadits Nabi Saw, 'Perbaharui iman kamu dengan mendekat ke masjid', jauhkan diri dari perbuatan yang haram, jangan kelamaan di kedai kopi, di sana sungguh banyak godaan yang menjauhkan kita pada Allah," lanjut DR. Nawar lagi, saat menanggapi seorang penanya dan keluhan dari seorang hamba Allah di Kota Jantho."Gampang memakmurkan masjid, caranya ekonomi orang Aceh lakukan dengan cara Islam. Dulu, pesantren di masjid, sekarang pesantren seperti jauh dengan masjid," keluh Tgk. Guna Meurasa, dari Lueng Bata, dalam acara yang lebih satu jam itu (berakhir sampai pukul 23.40 WIB)."Sebenarnya gampang memakmurkan masjid, iman dan kurikulum harus lebih banyak pelajaran Islami. Kita mulai dari TK tentunya. Kita lihat, di Aceh ini memang sedang syariat Islam, tapi sejak SD sampai ke PT, materi Islam kurang," gambar Tgk Ilyas, dari Lambaro.Ditanggapi oleh DR. Nawar, bahwa bagaimana jeleknya hamba yang duduk di warung-warung kopi. Jika di akhir zaman yang serba canggih ini, sebenarnya mudah kita paham halal dan haram, tinggal bagaimana memungut cara dari teknologi itu. Asal jangan kasar dalam mendidik, memperkenalkan halal dan haram itu. Kita ingat, bagaimana Rasulullah Saw menyuap, bahkan menguah dengan mulut yang mulia, untuk kemuadian disuap ke mulut Yahudi yang buta dan tak ada gigi. Padahal dia menghina Nabi di depan beliau sendiri. Jadi, jangan kasar dalam mengajak orang ke jalan Allah, ke jalan masjid.Lanjutnya, "Anak muda jangan diajak dengan kasar, tapi dengan menyahuti keinginannya. Misalnya kita lihat dan buat program bola sepak. Sepak bola antar masjid di daerah, itu cara merangkul anak muda. Mereka main di halaman masjid, usai shalat, dan minta restu dan izin sama Pak Imam. Shalat dulu, baru minta izin imam. Dia akan dekat dengan masjid, dan memakai celana panjang. Yang bagus lagi, mainnya selepas shalat ashar. Itu salah satu cara mendekatinya. Ini cara dan paradigma yang besar dan keterusan. Supaya tujuan agama yang besar, menarik anak muda memakmurkan masjid tercapai."Menanggapi penanya itu dan penanya lainnya, Kakanwil Kemenag Aceh, Drs. H. Ibnu Sa'dan, M.Pd, yang juga Pengurus DPW NU Aceh, sampaikan, bahwa ide penanya semua bagus, juga soal hanya pesantren saja di masjid itu bagus, tapi turnamen semacam futsal juga menarik. Tapi model dan sistem pendidikan yang lokasinya dekat atau jauh dengan masjid, itu saling melengkapi. Ide dan tawaran para penanya ini semua juga baik, tentu perlu kajian selanjutnya. Makanya DKMA misalnya punya program semacam suling (subuh keliling). Kita sadar, kita tak ada kegiatan saat shubuh, kita saling mendukung, kita dukung semua program dan pecahkan untuk jalan keluar atas persoalan kemasjidan secara bersama. Jadi, kiat kembali ke masjid, tidak hanya dengan pengajian di masjid. Olah raga futsal antar Remaja Masjid juga bagus. Kita terus bermujahadah, apa tujuan sesungguhya, nanti jika hasilya sudah tampak, akan didukung oleh elemen lainnya. Kakanwil, H. Ibnu asal Idi Cut, Aceh Timur itu, lanjutkan, "Bahwa potret Ramadhan terakhir misalnya, itu luar biasa. Kalau dulu hanya dilaporkan qiyamullail dan i'tikaf cuma di Al-Furqan Gampong Beurawe, tapi kini ada masjid-masjid lain. Dan yang ambil bagian itu, remaja usia muda. Ini menarik dan pelu kita dorong agar remaja dan tetua cinta pada masjid," jawab Drs. Ibnu Sa'dan, M.Pd lagi, yang Jumat juga membuka orientasi pendidikan guru nonmuslim formal dan informal di Grand Nanggroe.Sungguh aktivis dan pemakmur masjid biasa kian barakah dan sukses hidupnya. "Masjid rumah Allah, jika seseorang dekat dengan masjid, Allah akan membantu kita dalam urusan lain hidupnya," sambung dan motivasi Ir. H. Basri A. Bakar, M.Si, Ketua Umum DKMA (Dewan Kemakmuran Masjid Aceh), menanggapi semangat seserang agar mau kembali ke masjid, dan soal latar belakang seseorang Pengurus Masjid (Pengurus Remaja Masjid yang tidak di usia remaja) dan Pengurus DKMA yang berasal dari latar belakang ilmu umum, semacam Tgk. Basri yang dasarnya ahli pertanian, dan kini menjabat Kepala BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Aceh.Lanjut Basri, mantan Ketua Umum RM (Remaja Masjid) Raya Baiturrahman dan Pemred Gema Baiturrahman, "Mudah memakmurkan masjid, sebab kita ada dukungan dari Pemerintah dan regulasi. Kita harus dukung dan serius. Kita kuatir dengan generasi yang lemah kita tinggalkan di belakang kita. Allah berfirman, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar†(QS. An Nisaa’: 9)." Jadi, kita sesuaikan kondisi dan kebutuhan anak muda dengan zamannya. Bagaimana sekarang kita mendidik dengan komputer di masjid, jangan sampai dianggap, sesuatu yang berbau teknologi haram di masjid, termasuk olah raga, atau semacam turnamen antar masjid. "Bagaimana, jika ada yang rajin ke masjid, tapi kejahatan juga rajin dilakukannya," tanya penelepon. Dan H. Basri A. Bakar, qari dan mantan muazzin Masjid Raya, menjawab, mungkin makna dan hakikat shalat dan kehadirannya ke masjid, belum masuk ke jiwanya yang dalam. Padahal jika seseorang sudah shalat, shalat berjamaah, bukan hanya setor muka, dia akan jauhi kemaksiatan, seperti korupsi. "Dan program kemasjidan, ini strategi, bukan tujuan, yang akhirnya kita ingin bagaiman anak muda cinta masjid, dan kita akan membuat program lanjutan. Misalnya dengan kajian soal thaharah, shalat, akhlaq, dan seterusnya. Sebagaimana semut yang akan mendekat ke sana, jika ada gula," lanjut Basri, imam Masjid Lamgugop, asal Mutiara Pidie, dan alumni IPB Bogor itu.DR. Nawar sambung, soal perbedaan anak muda yang dirangkul dan diizinkan berolah raga di sekitar masjid, dengan anak muda yang tidak dekat dengan masjid. "Apabila berhenti 'pasukan desa' untuk shalat, ada 'pasukan desa' lain yang tidak shalat. Kenapa ini? Ternyata anak yang olah raga dekat masjid, lomba antar masjid, sempat dididik shalat, dan ini peluang. Dibandingkan dengan 'pasukan desa' yang tidak didik dengan tatacara shalat, sebab mereka berolah raga di luar kontrol masjid." Jadi, olah raga tetap olah raga yang sama, tapi dibuat, dari turnamen antar daerah menjadi antar masjid."Lomba antar masjid itu bagus. Itu bagus sekali, antar masjid, sebab pasti pemainnya menutu aurat. Kita kontrol agar anak muda bisa shalat, tapi saat azan berhenti main. Jika di masjid kita kontrol, bahkan anak muda bisa bebas menggunakan komputer dan jaringan di masjid, asal dalam kontrol kita, yang berbeda dengan mereka bermain di kejauhan dari masjid. Kita lihat, jaringan di warung kopi itu tak bisa kita kontrol. Ke depan bagaimana kita ajak agar kita juga bisa kontrol program di warung kopi yang selama ini tak terontrol. Ini tentu butuh kerjasama yang tidak hanya MPU, Kemenag, DKMA, tapi semua kita teribat," lanjut Drs. H. Ibnu Sa'dan, Pengurus DKMA Banda Aceh dan Pengurus DPW BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia) Aceh.Lanjut H. Ibnu Sa'dan, mantan Kakankemang Kota Subulussalam lagi, soal pentingnya kerjasama antar masjid. "Baru-baru ini kita membentuk jaringan antar masjid, jiak ada persolan kemasjidan, kita selesaikan persoalan secara bersama-sama, mungkin soal manajemen dan lainnya."Lalu Basri tambahkan, soalan adanya konflik internal di masjid, mungkin soal insentif, kesejahteraan, dan job yang kabur, "Di DKMA dan masjid-masjis tentu ada Dewan Kemakmuran Masjid, ada idarah, ada imarah, dan ada ri'ayah, ada yang mengurus pembinaan remaja dan pengkaderan, ada yang memenej keuangan, ada job deskripsi, tinggal lagi kita laksanakan atau tidak. Jangan sampai semua itu ada di satu orang, dia yang memikirkan semua hal, dari toilet hingga imam. Jadinya toilet kotor, tak terurus. Sehingga yang mudik kita saksikan, lebih senang ke SPBU untuk shalat dan buang hajat, ketimbang ke masjid. Jadi, berikan jabatan secara baik."Ada satu penanya yang masygul dengan agenda macam-macam di masjid, "Masjid tempat pengajian, bukan disesaki oleh ajang olah raga, jangan sampai keblablasan" kata Pak Mujiono mungkin agak emosi. DR. Nawar menimpali, "Wajar ada yang takut pembaharuan, takut mengurangi kesakralan masjid. Di sini kita memakai prinsip pengobatan. Dalam pengobatan, orang sakit dari mana kita tak tanya, kita obati dulu dia. Anak muda tak mau ke masjid, ini sakit. Maka harus kita kaji, kita komunikasi ke masjid, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di Malaysia. Kita obati penyakit anak muda yang jauh dari masjid." Jadi, masjid bukan hanya didekati manakala ada kematian, pernikahan, tapi kita responsif pada semua keadaan. "Mungkin ada kelebihan di sini dengan masjd di rantau, kita bersilaturrahmi dan berbagi. Penyakit komunitas kita selesai nantinya," harap DR. Mohd Nawar Arifin lagi. Sebagai info tambahan, Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM), di bawah Pimpinan Tuan H. M. Nordin bin Ibrahim, terakhir pada 19 Syawal (26/8) bersilaturrahmi dan mengunjungi Kanwil Kemenag Aceh. [yakub]
Tentang Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota. Alamat Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242