[Banda Aceh | Yakub]  “Menangkal jauh lebih mudah dan murah, daripada mengobati, maka saya upayakan setiap rapat PAKEM saya langsung mau ikut, agar laporan tersampaikan pada saya,” jelas Kadisdik, mantan Sekda Agara, sambil menjelaskan sejumlah penyakit masyarakat, termasuk narkoba.

“Jika telah terjangkit pada anak muda, kita pernah tahu, anak-anak kita akan memilih yang mudah-mudah, shalat sekali saja sehari semalam, puasa tida, zakat pun tidak,” sambung Kadisdik, di hadapan Kakanwil yang diwakili Kabid Urais Binsyar, Kodam, Binda, MPU, DSI, dan FKUB, serta Kesbangpol Linmas Aceh dalam rakor Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (PAKEM).

Kata Kadis, macam-macam memang sekaran, ada yang mereka tidak percaya pada Tuhan, percaya tapi tidak mengamalkan, mempercayai nabi palsu. Di sini berkembang juga soal aneka baju yang berbahasa Arab, tapi ajakan ikut missionaris.

“Ketika umat beragama, tapi tak tunduk pada ajaran Nabi. Nabi dipalsukan, ajaran diselewengkan, syariat dipermainkan, maka di sini kita mesti fokuskan,” ajak Kadisdik Aceh, H Hasanuddin, mantan Kaban Arpus Aceh, yang juga katanya kita kuatir jika ada guru yang terlibat.

Insya Allah, usai Rakor di Kanwil beberapa bulan lalu, kami memantau belum ada lembaga sesat yang masuk ke sekolah. Demikian kabarnya.

Soal ateis dikupas sekilas, kata Kadisdik, “Kita tahu ada 10 negara besar dan kecil, yang paling ateis di dunia. Kita kuatir anak didik tidak disusupi di dalamnya.”

Akhirnya, Kadis harapkan, “Kita perlu memperluaskan forum ini, bahkan jika mungkin bisa masukkan PBM juga ke dalam, yang mereka punya akses ke pedesaan dan dusun.” 

Di sini peran pimpinan dayah dan tokoh kembali diharapkan lebih maksimal. “Kami tidak ingin ada informasi yang terlambat kami terima,” mintanya, yang katany rakor seperti ini memberi yang besar bagi dunia pendidikan kita.

Saat yang sama dengan berlangsung juga bimtek qanun jinayat bersma DSI Aceh. []