[Kanwil| Yakub] Mari kita buka mata lebar-lebar, mengamati fenomena terakhir, soal pergaualan anak-anak kita. Gerakan Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) sedang mencari legalitas diri. Untuk mengantisipasi gerakan itu, agar tidak masuk ke keluarga, lingkungan, lembaga pendidikan, dan lingkungan kita, mari kita lebih peduli dan ikuti sunnah Nabi Muhammad SAW, dalam mendidik putra-puti sejak dini.
Untuk itu, mari pisahkan tidur anak sejak kecil, pisahkah tidur putra dengan putri. Selanjutnya, awasi pakaian dan pola pengasuhannya. Lebih sering kita evaluasi tatacara penanganan anak kita oleh pelayan anak di rumah, saat kita ke kantor. Jadikan lelaki tetap sebagai laki-laki yang sejati. Jadikan perempuan, tetap sebagai perempuan yang sejati. Dan mari ajak anak kita ke shalat berjamaah sejak kecil.
Memang pola berpakaian yang keliru, misalnya anak perempuan dikenakan celana sejak TK dan di rumah jarang pakai rok itu, tentu bisa mempengaruhi gaya dan masa depannya. Juga dengan siapa dia bergaul, misalnya anak perempuan yang dominan kawannya itu laki-laki akan berpengaruh pada gaya dan bawaannya di masa depan. Juga sebaliknya.
Memang ada banyak penyebab lainnya, sehingga timbulnya gejala itu, termasuk kurikulum pendidikan agama di lembaga umum yang sedikit jamnya, dan kebijakan itu berlangsung sangat lama sebelum era sekarang. Hasil kurikulum yang sedikit jam agama model lama itu, bisa kita lihat hasilnya hari ini. Pun demikian, tidak ada yang perlu disalahkan, tapi mari kita semua introspeksi dan wasapada, demi masa depan anak kita.
Demikian di antara pesan Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Bimbingan Syariah (Urais Binyar) Kanwil Kemenag Aceh, Drs H Hamdan MA dalam apel Senin (22/2), di halaman tengah Kanwil. []
[Kabid Urais Binsyar Drs H Hamdan MA dan Kasubbag Inmas H Juniazi MPd sedang diskusi dengan Komnas HAM di ruang Kakanwil, bulan lalu]