Saat membuka Pentas (Pekan Seni dan Kreativitas) PAI ke 1, Kakanwil Kemenag Aceh memastikan para juara yang ikuti cabang-cabang lomba Busana Muslimah, Debat PAI, Seni Nasyid, Kaligrafi, Hifzhul Quran, CC, Ceramah PAI, dan Tilawah, akan diikutsertakanke even Pentas PAI Nasional di Bekasi.
“Anak kami jangan takut, jika juara tak akan diajakke even Nasional. Kita akan cari jalan bisa berangkat terbang semua, ke sana,” isyarat Kakanwil di Aula Utama, di hadapan Gubernur Aceh, unsur Muspida, Kadisdik Aceh, SKPA, offisial, kontinge, dan undangan.
“Kemarin pagi, baru saja kami membuka acara “Uji Publik Draf Standar Nasional Pendidikan” yang dihadiri para Kepala Sekolah dan Madrasah se Aceh. Stantar Pendidikan itu penting, sebab itu bagian dari amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Aturan dalam bidang pendidikan, yang sudah berumur 10 tahun itu, mengamanatkan Pemerataan Pendidikan Nasional melalui Delapan Standar Nasional Pendidikan,” lanjut Kakanwil.
Lanjutnya, setelah Kabid PAIS Drs Saifuddin sampaikan laporannya, “Misalnya, dalam Pasal 35 Ayat (1) UU Sisdiknas disebutkan, bahwa Standar Nasional Pendidikan terdiri atas: Standar Isi, Proses, dan Kompetensi. Kompetensi Standar Nasional Pendidikan terdiri atas 1). Standar Isi, 2). Proses, 3). Kompetensi Kelulusan, 4). Tenaga Kependidikan, 5). Sarana dan Prasarana, 6). Pengelolaan, 7). Pembiayaan, dan 8). Penilaian Pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.”
“Dalam Ayat (2) pasal itu disebutkan, Standar Nasional Pendidikan digunakan sebagai Acuan Pengembangan Kurikulum, Tenaga Kependidikan, Sarana dan Prasarana, Pengelolaan, dan Pembiayaan.Acara hari ini merupakan bagian dari Uji Kompetensi dan dan Penilaian yang diisyaratkan UU itu. Sebetulnya, ada sejumlah problem yang dihadapi PAI saat ini, yaitu; 1). Adanya jurang perbedaan (gap) kualitas lulusan antar siswa; 2). Meluasnya faham radikalisme keagamaan di sekolah; 3). Kuantitas dan kualitas ketenagaan belum memadai; 4). Fasilitas pendidikan agama belum memadai; 5). Mutu organisasi profesi pendidik dan tenaga kependidikan sangat rendah; dan 6). Struktur organiasasi pengelola PAI di daerah yang lama belum fungsional dan yang baru belum ada,” ujar Kakanwil yang katanya sangat baik kerjasama Disdik dan Kemenag selama ini, dan harapan kita bisa dicontohkan oleh Tingkat Dua.
“Standar PAI ke depan, kita harapkan antara lain: 1). pada tingkat Sekolah Dasar (SD), peserta didik harus bisa baca Al-Quran, dapat menjalankan ibadah ritual (shalat), dan memiliki perilaku dan akhlak terpuji. 2). Untuk tingkat SLTP, setiap peserta didik harus bisa baca Al-Quran dengan baik dan memahami sejumlah hadits-hadits yang berkaitan dengan akhlak terpuji. Memahami dan melaksanakan ibadah (ritual) seperti shalat, puasa dan sebagainya dengan baik. 3). Sementara untuk tingkat SLTA, standar ke depan di antaranya memahamai dan mengamalkan Al-Quran dan Hadits, serta ibadah-ibadah ritual lainnya dengan baik dan benar,” katanya.
“Terkait dengan Standar Sarana PAI pada sekolah ini, Kementerian Agama juga telah merancang, ke depan, setiap sekolah harus memiliki tempat ibadat, punya kepustakaan agama, dan memiliki laboratorium agama. Begitu pula dengan kurikulum PAI akan ditata ulang, dengan penekanan pada Kurikulm Tingkat Satuan Pendidikan Berbasis Keimanan, Ketaqwaan dan Akhlak Mulia. Juga pengembangan wawasan PAIrahmatan lil ’alamin. Pengembangan wawasan apresiasi multikultural dan kearifikan lokal. Peningkatan mutu proses pembelajaran yang inovatif, menyenangkan, efisien, dan efektif berbasis ICT (Information Communication and Technology),” lanjutnya.
“Dikaitkan dengan potret dan harapan di atas, tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan keimanan, ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. meningkatkan pemahaman dan penghayatan peserta didik terhadap ajaran Islam sehingga dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari serta memberikan motivasi kepada peserta didik agar lebih bergairah mempelajari dan mencintai Pendidikan Agama Islam,” sambungnya.
“Apalagi diinformasikan, cabang-cabang yang diperlombakan lewat Pentas PAI, antara lain, Cerdas Cermat, Hifzhul Qur’an Surat-Surat Pendek, Kaligrafi, dan MTQ, serta Debat PAI.
Sementara Kadis Pendidikan Aceh Drs H Anas Adam MPd, saat pembukaan menyampaikan persoalan anak didik kita di Aceh, misalnya soal pilihan berganda, ketimpangan antara teori dengan yang dia amalkan dalam keseharian, dan kurangnya krativitas,” lanjutnya.
Sementara Gubernur Aceh yang diwakili Staf Ahli H Ridwan Hasan SH MM sampaikan bahwa, generasi qurani di Aceh mutlak ada. “Pentas PAI (Pekan Keterampilan dan Seni PAI) ke I Provinsi Aceh ini, salah satu jalan dan wadah mulia itu, untuk melahirkan generasi Aceh, yang mampu menciptakan ragam terobosan, seiring dengan pengembangan cita-cita tinggi keilmuan. Termasuk mengembangkan mutu dan kapasitas PAI (Pendidikan Agama Islam) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kususnya Aceh yang merindukan generasi penegak Syariat islam, dengan segenap Keistimewaan dan Kekhususan Aceh ini,” ujar Gubernur.
“PentasPAI ini, kita nilai penting untuk kita gelar dan galakkan dalam rangka memberikan motivasi dan apresiasi kepada siswa yang berprestasi. Di samping itu juga akan memperkokoh aspek Emotional Quotient (EQ) dan aspek Spiritual Quotient (SQ), yang dengan itu kita harapkan akan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Serta anak kita memiliki akhlak mulia, bagus secara Social Quotient (nilai bersosial) dan elok secara personal. Jadi, tidak lagi hanya mengandalkan satu aspek saja, sebagaimana tempo dulu, yang hanya menekankan kecerdasan otak (IQ) anak kita.”
Lanjut Gubernur, yang baru saja melantik Sekda Dermawan, “Kita juga mengharapkan dengan ajang besar ini, dapat menumbuhkembangkan kesadaran dan penghayatan siswa di sekolah baik tingkat SD, SMP dan SMA/SMK dalam pengamalan nilai-nilai ajaran Islam, dan menularkan virus kebaikan pada lingkungannya.”
“Nah, dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya PAI, maka Gubernur Aceh sangat mendukung upaya yang telah dilakukan Kementerian Agama Provinsi Aceh dan Dinas Pendidikan Provinsi Aceh terhadap program Pentas PAI. Semoga jalinan kebersamaan terus berjalan demi memberikan pelayanan terbaik pada Pendidikan Agama Islam di sekolah guna mecapai kehidupan Madani dan Generasi Qurani di Bumi Serambi Mekkah,” katanya.
“Sekali lagi, kami menyambut baik dan mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang telah menunjuk Kementerian Agama Provinsi Aceh sebagai Panitia penyelenggaraaan Pentas PAI. Tahun 2013 yang kita laksanakan sejak tanggal 9 sampai dengan 11 Oktober 2013 di Asrama Haji ini.Harapan kita, peningkatan mutu dan prestasi PAI saat ini harus jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Kita yakin, sebab hari ini semua siswa PAI dari tingkat Kabupaten/Kota telah siap tampil dengan berbagai keahlian, terutama bagi anak kami yang ikut kompetisi atau musabaqa hari ini, maupun rekan kalian, yang sedang menanti hasil Pentas PAI ini di sekolah. Pemerintah Aceh siap mendukung dan membantu baik dalam bentuk moril maupun materil. Kami juga akan ajukan dalam bentuk program anggaran kegiatan Pemerintah Aceh melalui APBA tahun berikutnya,” lanjutnya.
“Kita mengharapkan hasil yang terbaik dari perlombaan perdana di Aceh ini, akan tetap mengharumkan nama Aceh di ajang Pentas PAI Nasional, yang insya Allah akan digelar pada tanggal 21 sampai dengan 25 November 2013 di Asrama Haji Bekasi,” harapnya.
Usai melepasan JCh Kloter 8, Kloter Gabungan yang terakhir dari Aceh, Kakanwil, bersama jajarannya, selama dua hari (9-11 Okt) kembali meramaikan Asrama Haji, bersama utusan tingkat dua, dari siswa sekolah.
Acara perlombaan sendiri, yang kini sedang berlangsung, hingga final besok pagi (11/10) sempat molor hingga satu dua jam, akibat peralatan yang belum siap. Ini antara lain, karena Asrama dan kepanitaian Pentas PAI, juga masih personil yang sama, sehingga belum bisa memaksimalkan persiapan dan kesiapan tempat.
[muhammad yakub yahya, dewn hakim tilawah]