[Banda Aceh | Muhammad Yakub Yahya] Semua kita menyesal, yang jahat menyesal kenapa ia tidak baik dulu; yang baik menyesal kenapa ia tidak lebih baik. Kita yang sedakah 1000 rupiah menyesal, kenapa tidak 10000 rupiah. Anak durhaka menyesal, kenapa tidak berbakti; yang berbakti menyesal, kenapa tidak lebih bakti…
Dan penyesalan sering datang terlambat. Supaya tidak terlalu menyesal nanti, mari ‘balas jasa’ orang tua dengan berbuat baik, dan sangat baik. Berbakti pada keduanya, jika masih hidup, dengan melayani, membantu, dan mendoakannya serta mempergaulkannya secara mulia dan santun.
Anak shalih/shaliah dicirikan dengan cara ‘menggauli’ istri/suami, mempergaulkan manusia, dan memperlakukannya secara baik. Juga mengingat akan jasa almarhum-almarhumah, baik orang lain, maupun ibu-bapak.
Jika salah satu atau berdua sudah tiada, doa anak, doa kita jua yang dinantikannya, bukan transfer pulsa dan dana. Juga dengan menjaga hubungan baik dengan ‘mantan kerabat’ orang tua. Di samping terus lanjutkan perjuangan dan amalan yang sampai pahala ke padanya.
Kita disebut durhaka, jika malas mendoakannya. Apalagi sampai melupakan dan menghardiknya. Karena besar kita, baik besar fisik mental maupun jabatan dan karir, karena bunda (juga ayahanda).
Siapa pun yang sekarang besar, pasti di belakang itu, ada peran ibunya. Ibunya dan ibunya yang paling menentukan karir kita, juga kita yang laki-laki dan perempuan di Kemenag.
Presiden Jokowi bisa besar seperti hari ini, karena doa dan usaha ibu, karena jasa bundanya, yang konon asal Solo, Jateng. Oh ya….
“Allahummaghfirlahum warhamhum…,” doa yang diamini jamaah ta’ziah, yang dipandu salah satu Kasi di PD Pontren Drs Rusdy Hamzah, dalam ta’ziah siang ini.
Hal di atas itu, di antara taushiah akhir bulan, siang Kamis (30/10), di kediaman Pak Radhi (Drs Radhiuddin), salah satu Kasi di Bidang PD Pontren Kanwil Kemenag Aceh, kawasan Geuceu Komplek, Jalan BLK, Banda Raya, Banda Aceh.
Taushiah yang disampaikan oleh Staf Penais Zawa, Al-Ghazali MA itu, dalam rangka telah meninggal dunianya, ibunda mertua Pak Radhi, peka lalu (20/10). Dan hari ini hari ke 10, yang secara tradisi kita Aceh ada alaqadar kenduri.
Jajaran Kanwil memang sedikit yang datang sebab baaaaanyak sekali kesibukan, di Kanwil, Hotel (workshop dan pelatihan), termasuk sedang Asrama Haji dan di Bandara.
Rabu kemarin (29/10) jajaran Kakanwil kunjungi kediaman Jamaluddin SE juga dalam rangka ta’ziah ibundanya, di kawasan Pante Riek Lueng Bata….[juanda/ahsan/kahirul]