(Karang Baru|Sofyan) -- "Jangan jadikan puasa kita seperti puasa Ulat tapi jadilakanlah puasa kita seperti puasa Ulat,” ujar Lukmanul Hakim, SHI, Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kota Kualasimpang, pada tausiahnya usai Shalat Zuhur berjamaah di Mushalla Al-Ikhwan Kantor Kemenag Aceh Tamiang pada Kamis (30/3/2023).
Untuk mendukung tausiahnya tersebut, Pak Lukman, demikian sapaan akrabnya menyampaikan sebuah hadits yang artinya, “berapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak ada yang diperolehnya dari puasanya selain lapar dan dahaga (haus).”
“Banyak orang yang berpuasa hanya mampu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa secara syariat, tapi tidak mampu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa secara Hakikat,” ujarnya lebih lanjut.
Ia juga mengajak seluruh jamaah untuk menjaga nilai-nilai puasa secara hakikat, menjaga lisan, mata, telinga, tangan, kaki, dan hati dari segala hal-hal yang dibenci oleh Allah dan Rasulullah SAW.
Kemudian Ia menggambarkan perbedaan puasanya Ular dan Ulat. Ular saat berganti kulit ia berpuasa beberapa hari, namun setelah puasa sifat dan tabiat ular tak pernah berubah, ia tetap sama seperti sebelum berpuasa, sementara Ulat saat bermetamarfosis dari Ulat menjadi Kupu-kupu ada fase menjadi Kempompong dan pada fase ini Ulat juga berpuasa, ia menyadari bahwa orang sangat jijik melihatnya, setelah berpuasa ia berubah menjadi Kupu-kupu yang indah dan semua orang menjadi suka memandangnya bahkan berharap Kupu-kupu mau hinggap di tangannya, dan setelah menjadi Kupu-kupu ia tak pernah mau menjadi ulat Kembali.
“Jadi janganlah kita berpuasa seperti puasanya Ular yang tak pernah berubah walaupun ia telah berpuasa berpuluh kali, tapi berpuasalah seperti puasanya Ulat yang sebelum berpuasa orang jijik melihatnya tapi setelah ia berpuasa orang senang melihatnya,” pungkas Lukmannul Hakim.