[Karang Baru | Muhammad Sofyan] “Kita berkumpul hari ini jangan seperti berkumpulnya lalat yang hanya akan menebarkan penyakit pada lingkungannya. Tapi berkumpulnya kita hari ini hendaklah seperti berkumpulnya Lebah yang akan memberikan manfaat yang banyak bagi lingkungannya.”
Pernyataan ini disampaikan oleh Fairil Hanim, S.Pd.I Ketua IGRA Aceh Tamiang pada kegiatan peringatan Isra’-Mi’raj Nabi Muhammad SAW Rabu (3/6) di Aula Al-Ikhwan.
Masih menurut Fairil Hanim bahwa tujuan penyelenggaraan kegiatan tersebut adalah untuk menanamkan rasa kecintaan kepada Rasulullah SAW kepada para Guru RA. Karena menurutnya bahwa semua guru RA mengajarkan kepada muridnya untuk mencintai Rasulullah SAW oleh karena itu sebelum mereka mengajarkan kepada anak murid terlebih dahulu guru tersebut haruslah menanamkan rasa cinta itu kepada dirinya masing-masing.
Semenatara itu Anwar Fadli, S.Ag dalam sambutannya mewakili Kakankemenag Tamiang yang tak sempat menghadiri aca tersebut mengatakan ia angkat salut terhada IGRA Aceh Tamiang, karena hari ini mampu melaksanakan suatu acara secara Mandiri tanpa dukungan dari pihak manapun juga, seluruh biaya kegiatan dikumpulkan dari semua guru-guru RA se-Tamiang.
Beliau juga mengharapkan kegiatan serupa ini kiranya dapat dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya demikian juga dengan acara-acara lain yang pernah sukses yang dilaksanakan oleh IGRA Tamiang seperti pelatihan Manasik Haji bagi murid-murid RA “Kegiatan yang semacam itu kiranya dapat dilanjutkan,” ujarnya.
Peringata peristiwa Isra’-Mi’rajnya Nabi Muhammad SAW acara puncaknya menghadirkan pendakwah dari pedalaman Aceh Tamiang yaitu dari Sunting yang bernama Ustadz Mansyur, alumni Podok Pesantren Mustafawiyah Purba Baru Mandailing Natal. Kendati masih muda bahkan belum berkeluarga ustadz Mansyur bisa tampil memukau semua hadirin.
Dalam Dakwahnya Ustadz Mansyur antara lain mengatakan bahwa semua peristiwa di dunia ini terbagi dalam dua proses yaitu “Kauniyah” (sebab akibat) dan peristiwa “Rabbaniyah” Kehendak Allah. Peristiwa-peristiwa Qauniyah dapat dinalar dengan akal fikiran dan dilogiskan secara ilmiah sebagai contoh beliau merujuk peristiwa lahirnya seorang anak merupakan sebab akibat adanya perkawinan antara ayah dan ibu, munculnya asap karena adanya api. Ujarnya semua peristiwa itu dapat dijelaskan secara akal (logika) dan Ilmiah.
Peristiwa seperti selamatnya Nabi Ibrahim AS dari apinya Namrud dan penciptaan Nabi Adam AS serta lahirnya Nabi Isa AS adalah peristiwa “Rabbaniyah” yakni peristiwa-peristiwa di luar nalar akal manusia, semuanya itu terjadi atas kehendak Allah peristiwa-peristiwa itu tidak dapat dijelaskan secara Ilmiah hanya akan diterima oleh ‘aqal orang-orang yang beriman, hanya dapat dijelaskan secara keimanan.
Demikian juga peristiwa Isra’-Mi’rajnya Nabi Muhammad SAW adalah peristiwa “Rabbaniyah” karena tak mungkin dapat dijelaskan dengan logika akal dan ilmiah bagaimana Rasulullah melakukan perjalanan Makkah–Palestina ditambah perjalanan keluar angkasa yang mencapai langit ke tujuh dalam waktu 1/3 malam (1/3 X 12 = 4 jam, padahal di masa itu belum ada pesawat supersonik, belum ada roket dengan kecepatan tinggi, berapa kecepatannya yang harus digunakan, bila melihat jarak tempuhnya yang begitu jauh, mampukah Rasulullah bertahan dengan kecepatan tersebut?
Semuanya tak dapat dijelaskan secara ilmiah. Semua itu hanya bisa dijelaskan secara keimanan bahwa peristiwa tersebut atas kehendak Allah Sang Maha Pencipta dan Maha Berkehendak. [yyy]