[Karang Baru │ Muhammad Sofyan] "Islam itu agama rahmat, segala lika-liku yang ditata dalam Islam itu pasti ada rahmat di dalamnya," ujar Tgk. Attailah mengawali Khutbahnya di Masjid Al-Jihad Sungai Iyu pada Jum`at (5/2). Hal itu Allah tegaskan dalam Al-Qur-an, "Wama arsal naka illa rahmatal lill 'alamin (tidaklah aku utus engka (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh `alam).”
Menurutnya, fakatanya sekarang ini banyak terjadi secara umum didunia Islam di beberapa tempat secara khusus, umat Islam mempersempit makna rahmat menjadi `adawah (permusuhan), saling menyalahkan satu sama lain, terlalu mudah mengatakan kelompok lain itu melakukan Bid`ah. Berdasarkan dalil yang masyhur di dunia Islam yakni sebuah hadits yang mengakan semua Bid`ah itu sesat dan akan ditempatkan dalam neraka.
Attailah melanjutkan dengan membacakan sebuah hadits yang artinya, "Barang Siapa yang membuat sunnah baru dalam Islam, maka pahalanya bagi orang tersebut dan diikuti oleh orang sesudahnya maka dapat pahala orang yang mengikuti itu dan yang membuat sunnah itu tanpa mengurangi pahala orang yang mengikuti itu. Sebaliknya barang Siapa yang membuat sunnah yang buruk dan keluar dari bingkai Islam, maka baginya dosanya dan bagi orang yang mengikutinya sesudahnya dan yang membuat sunnah yang buruk tersebut mendapat dosa seperti dosa pengikutnya tanpa mengurangi dosa orang yang mengikuti itu."
Menurut Tgk. Attailah, dari dua hadits itu, yang dimaksud bid`ah dhalalah adalah bid`ah yang telah keluar dari bingkai Islam, kalau belum (tidak) keluar dari bingkai Islam, bid`ahnya hasanah, tidak termasuk dalam bid`ah yang masuk neraka. Kemudian Attailah menguti dari beberapa kitab hadits memberikan 5 contoh terkait perkara yang belum pernah dicontohkan Rasulullah SAW pernah dilakukan para Shahabat di masa Rasulullah;
Pertama: Peristiwa Bilal Bin Rabbah yang selalu berwudhu` setiap berhadats dan mengerjakan Shalat Sunat 2 rakaat setiap selesai wudhu`, hal itu tidak pernah ada perintah dari Rasulullah, shabat yang lain melaporkannya kepada Rasulullah SAW, dan Bilal pun dipanggil oleh Rasul, setelah bilal datang Rasul berkata sambil tersenyum "Engkau telah mendahuluiku ke surga." Nabi tidak pernah membid`ahkan perbuatan Bilal.
Kedua: Peristiwa Hudai bin `Adi dari Kaum Anshar, ketika ia ditangkap orang Kafir dalam peperangan saat akan dibunuh ia meminta izin untuk melakukan shalat sunat 2 rakaat, peristiwa ini diketahui sahabat yang lain dan diikuti dan dan menjadi tradisi di kalangan shabat kala itu. Ini dilakukan para sahabat agar sebelum mereka mati (dihukum mati) menutup hidupnya dengan ibadah yang sangat baik (yakni shalat). Akhirnya kebiasaan ini sampai kepada Rasulullah dan Rasul tidak menyalahkannya (tidak membid`ahkannya).
Ketiga: Seorang shahabat dari kaum Anshar diperintahkan nabi menjadi imam di Masjid Quba, setiap ia menjadi imam, setelah selesai membaca Fatihah lalu ia membaca suratul Ikhlas baru membaca surat yang lain, begitu dilakukanya setiap kali menjadi imam, jamaah protes tapi shabat tadi bersikukuh dengan kebiasaannya, lalu disampaikanlah kepada Rasul dan Rasul pun bertanya kepadanya apa yang menghalanginya mengikuti keinginan jamaah, ia menjawab aku sangat mencintai suratul Ikhlash (ada hadits yang menyatakan suratul ikhlas itu nilainya sama dengan sepertiga Al-Qur-an) lalu nabi mengatakan apa yang engkau cintai itu akan membawamu ke surga (Nabi tidak membid`ahkan perbuatan sahabat ini).
Keempat: Qatadah bin Nu`man dalam shalat malamnya di sepertiga malam terakhir selalu membaca Suratul Ikhlas setelah Fatihah pada setiap rakaatnya (ini di luar kebiasaan pada masa itu dan tidak ada petunjuk dari Nabi), sampailah berita ini kepada Rasulullah, lalu ia dipanggil. Rasul bukan memarahinya dan membid`ahkannya, tetapi Raul malah bersabda yang artinya, "Sesungguhnya, demi Zat yang jiwaku di tangannya (Allah), surat Al-Ikhlash itu sebanding dengan sepertiga Al-Qur-an."
Kelima: Pada masa Rasulullah, para sahabat yang masbuq (jamaah terlambat), mereka mengejar ketertinggalan rakaat mereka sehingga mereka bisa salam bersama-sama Rasul (saat rasul selesai shalat). Suatu hari datanglah Mu`az bin Jabal (masbuq), ia sangat mencintai Rasulullah dan apa yang dikerjakan Rasulullah, tak tega ia berbeda dengan perbuatan Rasul sehingga ia pun takbir dan mengerjakan apa yang dilakukan Nabi (Nabi Ruku' ia pun Ruku', kalau Nabi Sujud ia pun Sujud), setelah Nabi Salam (mengakhiri Shalat) beliau menambah berapa rakaat yang tertinggal (yang kurang). Sahabat terkejut karena apa yang dilakukan Mu`az tidak sama dengan kebiasaan saat itu, lalu dilaporkan kepada Nabi, Nabi bersabda yang artinya “sesungguhnya Mu`az telah berbuat suatu sunnah yang baik maka mulai sekarang ikutlah seperti apa yang Mu`az lakukan."
Menurut Tgk. Attailah masih banyak contoh-contoh yang lain yang tak mungkin disebutkannya dalam khutbah itu karena terlalu panjang. Ia mengajak semua jamaah untuk tidak menyalahkan ibadah orang lain kalau kita belum ada ilmu tentang itu, jangan sedikit-sedikit bid`ah, sedikit-sedikit bid`ah. Di akhir Khutbahnya Tgk. Attailah kembali mengingatkan bahwa agama Islam Itu agama rahmat, setiap liku-likunya ada rahmat (rahmatal lil `alamin). [y]