[Karang Baru | Salamina/Sofyan] Bupati Aceh Tamiang melaksanakan acara tepung tawar Jamaah Calon Haji (JCH) Aceh Tamiang di Aula Setdakab. Hadir pada acara tersebut Ketua Pengadilan Negeri, Wakil Ketua MPU, Kadis Syariat Islam para kabag dan asisten di lingkungan Setdakab dan para Fromkompimda lainnya.
Di samping peusijuek para jamaah juga diberikan bingkisan dari Bapak Bupati. Kepala Staf Haji Aceh Tamiang dan sekaligus Kakankemenag Tamiang Salamina, MA dalam kata sambutannya menyampaikan JCH Aceh Tamiang akan berangkat ke Banda Aceh tanggal 13 September pukul 20.00 dan akan masuk asrama haji tanggal 14 pukul 09.00, selanjutnya akan berangkat ke tanah suci tanggal 15 September.
Jumlah JCH yang berangkat tahun ini 56 orang bergabung dalam kloter 6 bersama dengan JCH Kota Langsa dan Aceh Timur, Salamina juga meminta maaf atas nama Kepala Kankemenag jika selama ini terdapat pelayanan yang diberikan oleh staf kurang memuaskan baik ucapan maupun sikap.
Sementara itu, dalam arahannya Bupati mengajak JCH untuk meningkatkan amal ibadah menjaga kesehatan serta memperbanyak doa untuk kemajuan Aceh Tamiang.
Acara peusijuek diisi dengan tausiah yang disyarahkan oleh Drs. H. Ibnu Sa`dan, M.Pd. Kepala biro Administrasi Umum Akadamik dan Keuangan IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa yang juga mantan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil Kemenag) Prov. Aceh.
“Panggilan haji ada tiga pertama panggilan Allah, panggilan Nabi ibrahim, dan panggilan syaitan, semoga para dhuyufurrahman Tamiang didorong oleh seruan nabi Ibrahim AS,” ujar Ibnu Sa’dan di awal syarahannya.
Ibnu Sa`dan lebih menekankan pada filosofis yang terkandung dalam Tarbiyah Ibadah Haji bukan pada Fikih Haji. Filosofis dalam ibadah haji yang disampaikannya; Pertama; haji merupakan perjalanan spiritual yang berbeda dengan pergi ke Perancis, Belanda atau mengelilingi dunia makanya dilakukan acara pesijuek.
Kedua; Ibadah haji sebagai tarbiyah menghadapi kematian berpakaian putih, memakai ihram meninggalkan keluarga harta benda di tanah air sebagai simbol suatu saat kita akan meninggalkan dunia ini.
Ketiga; Pakaian ihram yang digunakan oleh jamaah haji adalah sebagi simbol kita peminta minta, persamaan derajat, tidak memiliki apa apa.
Keempat; Kenikmatan lain yang dialami dalam perjalanan ibadah haji ketika berada di Raudhah ziarah makam rasul dan memandang Ka`bah sebagai simbul pemersatu umat, dalam menjalankan shalat kita diwajibkan menghap ke arah kiblat, ketika melaksakan haji Ka`bah yang biasa kita liat di gambar langsung berada di depan kita bahkan ada yang dapat menyentuhnya.
Kelima; Thawwaf sebagai simbol Allah memberikan kesempatan untuk bebas beraktifitas, tetapi juga menjaga batas-batas aturan. Demikian juga kita melakukan tugas sesuai dengan aturan.
Keenam; Sa`i bermakna usaha dan bekerja tidak boleh bermalas malasan. Sai juga melambangkan kasih sayang seorang ibu untuk anak-anaknya. Ketujuh; Wukuf sebagai lambang semua kita akan berkumpul di Padang Mahsyar dan Muhasabah siapa kita.
Kedelapan; Melontar tiga Jumrah sebagai simbol melawan kemungkaran dan kejahatan. Ceramah yang berlangsung lebih kurang satu jam membuat jamaah larut dalam siraman setawar sedingin, terliat sebagian jamaah sesekali menyeka butiran air mata yang tumpah ke pipinya, sesekali Pak Ibnu (demikian sapaan akarab Ibnu Sa`dan) mengajak para jamaah untuk membaca talbiyah yang membuat gemuruh ruangan. [y]