[Kanwil | Yakub] “Selamat Menyambut Bulan Suci Ramadhan 1436 H, Marhaban Ya Ramadhan,” isi baliho depan Kanwil, kawasan Taman Sari Banda Aceh, hasil designer staf Subbag Inmas, Ach.
“Puasa merupakan tameng terhadap neraka, seperti tameng salah seorang dari kalian pada peperangan,” kutipan dari HR Imam Ahmad, dalam baliho yang menggantikan baliho KSM itu. Mohon maaf lahir dan batin, selamat syiarkan dan maksimalkan siang-malam puasa.
Insya Allah awal puasa tahun ini sejak Kamis (18/6), sesuai dengan keputusan Pemerintah, setelah sidang itsbat Rabu malam, setelah menerima laporan hasil pemantauan anak bulan (hilal).
Sebelum pemantauan bulan di Observatorium Tgk Chik Kuta Karang Lhoknga (yang Kakanwil dan pakar ilmu falak DR Suhrawardi Ilyas masuk siaran live singkat bersama Metro TV) itu, Kakanwil Kemenag Aceh Drs HM Daud Pakeh dan jajarannya hadiri talkshow Keude Kupi TVRI Aceh (Rabu, 17/6).
Dalam acara talkshow, hadir selain Kakanwil Kemenag Aceh Drs HM Daud Pakeh, Kadis SI Prof DR H Syahrizal MA, Kabid PAI Kanwil Kemenag Aceh Drs H Saifuddin AR, Kepala UPT Kepala UPTD Penyuluhan Agama Islam dan Tenaga Dai Dinas Syariat Islam (DSI) Aceh, Drs H Nasruddin Ibrahim MAg dan jajarannya.
Dalam acara renyah dan sarat ‘interupsi’ ala keude kupi, di studio itu diulangi lagi, bahwa ada potret buram dari sebagian kita yang menggadaikan pahala puasa dengan jalan-jalan dengan bukan mahram, ala pacaran anak masa kini, seusai shubuh.
“Saya melihat ada remaja dan ‘remaji’ Islam yang berdua-duaan usai shubuh, berpegang-pegangan, itu ‘kan dosa, padahal baru saja sahur awali puasa,” keluh Ustadz Nasruddin, pria asal Ulim Pijay itu, dalam acara yang hadir juga Kadis Syariat Islam Aceh.
Drs Nasruddin, Kepala UPTD Penyuluhan Agama Islam dan Tenaga Dai Dinas Syariat Islam (DSI) Aceh, yang juga mantan Kepala MAN Sibreh dan mantan Ketum DPWBKPRMI Aceh itu bilang dan ajak, “Jangan ke pantai, sambut Ramadhan.”
Namanya sambut Ramadhan dengan rasa senang saja sudah untung, apalagi mensyiarkan dan menghidupkan malam-malamnya. “Maka jangan ke pantai sambut Ramadhan,” tegas Drs H Nasruddin MAg, manan Kepala sebuah Madrasah di Kuta Baro Aceh Besar, dalam acara TVRI Aceh, di kawasan Mata Ie Darul Imarah itu.
“Itu baru namanya menghormati dan menghidupkan Ramadhan,” sambung Pak Nas (Drs H Nasruddin MA.
Chairul Saleh SAg dari Penmad Kanwil, salah satu ‘langganan’ keude kupi TVRI Aceh itu, menyahut, “Kami di Kanwil Kemenag bahkan diajak ke pantai, tapi bukan ke pantai di laut, melainkan ke panti.”
“Sebentar lagi pun kami, bersama Dinas Syariat akan ke Pantai Lhoknga memantau hilal,” sahut Kakanwil Kemenag Aceh, dengan sedikit canda, yang juga ikut staf di Bidang PAI, Bidang Penmad, Subbag Umum, Sekuriti itu, selain jajaran Dinas Syariat Islam dan orang warung kopi TVRI itu.
Lanjut Pak Nas, selesai shalat shubuh, jalan-jalan jangan bebas sekali. Jangan pula asmara shubuh, padahal sedang berpuasa, tapi mari banyak-banyak berkata baik, berzikir, belajar, dan lainnya.
“Kami ajak semuanya, juga guru dan walimurid menjaga anak agar tetap belajar, dalam meski puasa, tutup Drs H Saifuddin AR, Kabid PAI yang baru sukseskan Pentas PAI Aceh, di ujung acara.
Namun sebelumnya, sambung Kakanwil Kemenag Aceh, mengajak agar shaimin (yang sedang puasa) tidak berasmara shubuh, “Daripada asmara shubuh, lebih baik asrama shubuh.” Artinya usai shalat shubuh lanjutkan syiar dengan halqah atau kajian seperti biasanya di asrama santri. Jadi, usai shubuh tidak ke mana-mana, tapi lanjutkan dengan amal ikutannya yang berpahala, bukan dosa. Kakanwil juga banyak ulas program dan agenda Ramadhan, sebelum dan sesudahnya.
“Maka senanglah sambut Ramadhan. Songsong bulan penuh ampunan itu dengan ikhlas. Dengan tulus, kita akan muliakan dan beribadah dengan semangat. Marhaban ya Ramadhan itu, artinya senang dan melapangkan jiwa sambut kedatangannya,” ujar DR Tgk H Abdul Gani Isa, MA, Pengasuh rubrik BP4 di Majalah Santunan Kemenag Aceh, di hadapan pirsawan.
“Ramadhan itu bulan lebih, tak ada di dalam bulan lain. Maka Nabi SAW itu sedih jika berpamitan dengan Ramadhan, dan sedih pula karena fadhilahnya tidak ada dalam 11 bulan yang lain, meskipun keutamaan dengan beribadah dalam satu bulan Ramadhan menyamai bulan-bulan lain,” lanjut DR H A Gani, Ketua BP4 Aceh, yang juga penceramah maghrib di Masjid Raya Baiturrahman itu, dalam acara live, jelang pemantauan hilal di Observatorium Lhoknga (16/6) itu.
Ajak Pak Gani (panggilan untuk A Gani Isa), dalam acara Keude Kupi di TVRI Aceh, kawasan Mata Ie, Kecamatan Darusl Imarah Aceh Besar itu, “Masyarakat jangan cuma menghormati, tapi hidupkan siang dan malam.”
Maka saat Ibu Cut (pemirsa) menanyakan tanggapan, bagaimana menyikapi warung kopi yang buka malam bahkan hingga dini hari, atau dara-dara kaya dengan mobilnya yang berjualan sore-sore hari, dan bapak-bapak pun memilih membeli ke sana? DR A Gani menyatakan memang perlu dipadukan antara syariat dan adat, antara usaha dan etika. Maksudnya, jika mau usaha di Aceh, hormati adat Aceh, misalnya membuka warung seusai tarawih.
Jajaran Kanwil juga singgung baiknya kerukunan dan toleransi di Kanwil. “Bahkan ada Pembimas, yang akui ia nyaman dengan berjilbab, juga dengan anak-anaknya pakai jilbab. Selain memang, jika ada kunjungan mereka (nonmuslim) juga ikuti serta, itu atas dasar bahwa kunjungan itu kerja kantor,” ulang Kakanwil yang mengiyakan komentar salah satu Staf di Penmad (Pendidikan Madrasah) Kanwil Chairul Saleh SAg, yang jelaskan fenomena kebersamaan di Kanwil, atas pintaan MC acara yang live tiap Rabu sekitar pukul 16.00 WIB…. []