Sinabang-KemenagNews. Dana Bantuan untuk Siswa Miskin atau yang lebih popular BSM pada tahun 2013 sudah masuk ke DIPA masing-masing Satker termasuk Satker-satker di bawah Kemenag Kab. Simeulue.
“Setelah sekian lama menunggu, Alhamdulillah dana BSM untuk siswa miskin di Madrasah kita telah masuk ke dalam DIPA Madrasah, setelah dilakukan revisi ke Kanwil DJPB di Banda Aceh oleh bendahara kita, kita terpaksa mengirim bendahara madrasah ke Banda Aceh agar uang BSM tersebut bisa dimasukkan ke DIPA Madrasah,” ujar seorang Kepala Madrasah di Kampung Aie baru-baru ini, yang tidak mau disebutkan namanya.
Namun sistem pencairan dana BSM tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kalau tahun-tahun sebelumnya bagi Satker Negeri maupun Madrasah Swasta langsung masuk ke rekening madrasah masing-masing. Lantas Madrasah dapat menarik uang BSM tersebut dari Bank, setelah ada perintah penarikan yang kemudian langsung membagikan kepada siswa penerima BSM di madrasah masing-masing. Penarikan itu dilakukan oleh kepala dan berdahara madrasah setelah ada rekomendasi dari kemenag kabupaten. Tetapi BSM untuk tahun ini berbeda. Setelah dana BSM masuk ke dalam DIPA Madrasah, siswa penerima BSM diwajibkan membuka buku rekening Bank di BRI Unit Sinabang.
Hal inilah yang membuat para siswa dan orang tua siswa kalang kabut karena mereka harus mengurus pembukaan rekening Bank. mereka keberatan karena banyak siswa yang tinggal jauh dari ibu kota kabupaten. Para orang tua merasa berat dengan aturan ini karena jika mereka ke Sinabang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. “Kalau dari desa kita ini, Pak, butuh uang Rp 150 hingga Rp 200 ribu ke Sinabang, itupun belum tentu bisa selesai dalam satu hari mengingat banyaknya para nasabah yang mengantri,” keluhnya.
“Belum lagi kita harus memberikan uang pangkal dalam buku rekening minimal 50 ribu. Dari mana kami ambil uang tersebut?” keluh salah seoarang wali murid kepada kepala madrasah tersebut.
Sistem seperti ini sangat menyulitkan siswa untuk memperoleh uang BSM. “Di sisi lain pihak madrasah juga sangat kerepotan karena mereka harus membuat keterangan aktif kepada masing-masing siswa dalam waktu dua atau tiga hari sebagai salah satu syarat untuk membuka rekening di Bank. Kalau bagi madrasah yang sedikit siswanya mungkin tidak begitu sibuk, tetapi bayangkan bagi madrasah-madrasah yang mempunyai 200 hingga 250 an siswa penerima BSM, tidak terbayangkan kesibukan mereka,” ungkap salah seorang kepala madrasah swasta di Sibigo.
Masih syukur bagi madrasah-madrasah yang berdekatan dengan ibu kota kabupaten para siswa masih dapat lebih mudah membuka buku rekening, tetapi kalau bagi siswa yang berada di kecamatan Alafan, Simeulue Barat, dan Salang, dengan adanya peraturan seperti ini sungguh sangat menyulitkan.
“Tetapi, Alhamdulilah karena madrasah kita masih swasta kabarnya rekening siswa kita sudah dibuat dari Kanwil. Kalau anak-anak harus ke Sinabang mengurus rekening uang BSM itu tidak cukup untuk biaya pulang pergi mereka,” tuturnya.
Masih menurut Kepala Madrasah di Kampung Aie, “Sistem pencairan Dana BSM tahun ini benar-benar tidak bijak meskipun tujuannya sebenarnya baik agar dana bantuan tersebut langsung ke rekening siswa. Tapi dari segi pemamfaatannya kurang efesien, sekiranya uang ini sudah masuk ke rekening tentunya siswa akan menariknya dan dia harus pergi ke Sinabang, sehingga uang BSM ini telah habis digunakan untuk transportasi dan akomodasi pulang pergi dua kali ke Sinabang, bahkan mungkin minus. Sementara kebutuhan pendidikannya seperti pengadaan buku, pakaian dan lain-lain untuk menunjang prestasinya tidak dapat dipenuhi, karena uang BSM-nya telah habis.
Oleh karena itu kami sangat berharap kiranya pihak Kemenag dalam hal ini, Bidang PAIS dapat menyampaikan keluhan kami ini untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan, dan alangkah lebih baiknya demi meringankan anak-anak.T api bila tidak dapat dirubah lagi apa boleh buat. Namun uang yang begitu banyak dikucurkan pemerintah tidak dapat dimamfaatkan dengan maksimal oleh anak-anak miskin di Simeulue. Tentu ini sangat disayangkan bukan…. ?
[liputan MARHADIN, jurnalis Kankemenag Kab. Simeulue, alumni workshop jurnalistik Kemenag Simeulue, 20-22 November/y]