[Sigli | Mutasim Jailani] “Darurat” bisa saja terjadi kapan dan dimana saja, apalagi jika memang itulah kondisi yang ada saat ini. Namun, walau kondisi darurat tanggung jawab dan kenerja sesuai dengan agenda yang ditetapkan tetap dinomorsatukan. Itulah pernyataan orang bijak. Begitulah adanya dengan MTsS Beungga sejak berdiri tahun 2011 lalu hingga sekarang masih menggunakan gedung darurat untuk melangsungkan proses pembelajaran.
Begitu juga UN yang berlangsung sejak Senin 5-5-2014 sd Kamis 8-5-204. UN Perdana ini, MTsS Beungga mengikutsertakan 20 siswanya, yang terdiri dari 12 laki-laki dan 8 perempuan.
Madrasah yang dipimpin oleh Baihaqi, salah seorang guru honorer K-2 ini, relatif berjalan tertatih-tataih dengan fasilitas seadanya. Tambah lagi jarak tempuh yang relatif jauh bagi guru —yang 100%-nya honorer— harus menempuh jarak tiap hari antara 20 sd 40 km. Walaupun dadurat proses pembelajaran dan UN Perdana tetap jalan, aman dan lancar.
“Kami tetap menomorsatukan pendidikan agama untuk membentuk karakter anak yang berakhlakul karimah” begitu kepala madrasah menyatakan.
“Walaupun dadurat, proses pembelajaran dijalankan sesuai dengan aganda yang ada dan UN tidak ada kendala”, tambahnya.
Di lain pihak Waka. madrasah yang juga guru di MIS Tgk. Chik Krueng Seukeuk, Muktasim, MA, menambahkan bahwa UN “kondisi darurat tidak menurunkan semangan anak-anak belajar, mereka tetap antusia belajar dengan bimbingan guru”.
Lebih lanjut, Baihaqi menambahkan, “dengan selesainya UN hari ini siswa angkatan perdana ini semoga lulus 100 % dan menjadi contoh untuk angkatan selanjutnya. Dengan gedung yang cenderung darurat dan pernah roboh diterpa angin puting belung, siswa dapat belajar dan menyelesaikan studinya. Ini semangat yang luar biasa dari anak-anak. Semoga semangat yang telah tumbuh ini, akan tetap berkembang dapat melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. [yyy]