[Karang Baru | Muhammad Sofyan]  Ilalang dan semak belukar masih menyelimuti jalan bebatuan yang menurun di belakang rumah penduduk Kampung Aras Sembilan, menuju arena perkemahan Pramuka Gugus Depan (Gudep) Pondok Pesantren Moderen (PPM) Babussalam Tanjung Pura Langkat, Sumut.

Sembilan tenda didirikan di lereng bukit Aras Sembilan di antara pepohonan Sawit dan semak belukar. Teriknya mentari mengalahkan semilir angin di sela dedaunan, membuat para pengunjung berusaha mencari tempat teduh di balik poho sawit yang mulai tumbuh.

Puncak beberapa bukit indah menjulang dengan rimbunan hutan yang masih Asri di kejauhan mengelilingi Kampung Aras Sembilan, memang sangat cocok untuk lokasi perkemahan.

Lokasi yang pernah digunakan sebagai tempat perkemahan akbar Pramuka Se-Aceh dan sudah dicanangkan sebagai Bumi Perkemahan Tamiang oleh Wakil Bupati Tamiang beberapa waktu lalu, kini penuh semak liar dan tak terawat.

Siswa-siswi Anggota Gudep Pramuka PPM Babussalam Tanjung Pura Langkat, ada yang sibuk menyiapkan makan siang, ada pula yang beristirahat di bawah tenda dan ada pula yang hilir mudik.

Mereka baru kembali dari menjelajahi hutan di bukit dekat perkemahan. Beberapa Wali Santri mengeluhkan kondisi alam tempat anaknya berkemah lebih mirip hutan ketimbang lokasi perkemahan.

“Beginen tempat ngko bekemah Kak Ngah (Begini tempat kamu berkemah Kak Ngah),” ujar Nurul Hijah kepada anaknya Fitria Suryani MS yang dipanggil dengan Tuturan Kak Ngah karena ia anak ke-2 dari 3 bersaudara, (dalam penuturan Tamiang anak ke-2 dipanggil Ngah sedangkan anak ke-1 dipanggil Yong atau Long adapun anak ke-3 dipanggil Alang).

Nurul Hijah merasa miris melihat lokasi perkemahan anaknya. “Bekemah kok dalam rimbe (berkemah kenapa dalam hutan), lanjut Nurul Hijah.

“Pramuka ya harus dalam hutan lho mak,” ujar Eka Zulfarida keapada Nurul Hijah dan Nur Ainun yang juga ikut berkunjung ke sana. “Perkamahan ini untuk pelantikan Laksana dan Pandega,” lanjut Eka sebagai salah satu Pembina Pramuka di PPM Babussalam. [y]