Hadirnya Balai Diklat Keagamaan Aceh menimbulkan berbagai macam persepsi, ada yang merasa senang, ada juga yang mengeluh karena tidak lagi mengikuti Diklat di kota Medan, Sumatera Utara. Seperti yang dikatakan oleh Ainul Mardhiah, guru pada MTsN Simpang Ulim Kab.Aceh Timur.
“Saya senang karena Balai Diklat sudah ada di Aceh, yang merupakan daerah kita sendiri, kedekatan dengan peserta akan lebih terasa karena sama-sama orang Aceh,” ungkap Ainul mardhiah
Guru yang mengajar bidang studi fisika tersebut senang karena dengan hadirnya BDK Aceh dapat menampung lebih banyak peserta dari Aceh, “Kalau dulu kita harus berbagi dengan BDK Medan, dari Aceh 15 peserta dan dari SUMUT 15 peserta, sehingga tidak semua guru bidang studi dapat terpanggil mengikuti diklat,” ujar guru yang asli warga Simpang Ulim itu.
Ibu dari 4 orang anak tersebut mengecap pendidikan diploma fisika di UNSYIAH Banda Aceh dan memperoleh gelar sarjana di IAIN Ar-Raniry jurusan tarbiyah bidang studi fisika pada tahun 2003.
Ainul Mardhiah mengaku pengalaman selama mengikuti di Medan akan berbeda ketika diklat di Aceh, “Dulu kita berbaur dengan peserta dari Sumatera Utara, selain menambah ilmu dan pengalaman, diklat disana akan lebih mengenal corak pendidikan disana, karena kita ada observasi lapangan di madrasah-madrasah atau instansi terkait, sehingga dapat kita bandingkan dengan madrasah di Aceh,” tuturnya lagi.
Ainul menambahkan, mengikuti diklat di Medan maka teman akan bertambah, “Dapat bersilaturahmi dengan peserta dari Sumut yang mayoritas ras dan sukunya berbeda dengan kita akan lebih terasa lain jika dibandingkan berteman dengan peserta dari daerah kita sendiri.” Tutupnya seraya mengharapkan BDK Aceh dapat segera berjalan, “Saya tidak sabaran ingin ikut diklat di Aceh,” harapnya. [Jamaluddin/y]