Alumni Ma'had Aly diingatkan agar tidak lupa dua hal. Pertama, jangan pernah lupa dengan orangtua. Kedua, harus menghormati guru.
Hal tersebut disampaikan Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Aceh, Drs H Azhari MSi saat memberi sambutan pada Wisuda Kedua Marhalah Ula (strata satu) Ma'had Aly Raudhatul Ma'arif Cot Trueng, Muara Batu, Aceh Utara, Kamis, 12 Desember 2024.
Azhari mengatakan, alumni Ma'had Aly tidak boleh melupakan dan harus terus berbakti kepada orangtua, "karena keberhasilan yang diperoleh erat kaitannya dengan berbakti kepada orang tua," katanya.
"Hari ini, orang tua anda bisa tersenyum lebar, anak-anaknya telah menyelesaikan meudagang di dayah hingga memperoleh gelar sarjana. Berkah tidaknya hidup yang kita jalani akan selalu berbanding lurus dengan ta’dhim kita kepada kedua orang tua," ujarnya lagi.
Lalu, kata Azhari, para mahasantri wisudawan hari ini harus menghormati guru, "karena itu jalan agar ilmu yang engkau peroleh berkah."
"Hari ini anda diwisuda dengan gelar sarjana, salah seorang figur utama yang mengantarkan anda semua menyelesaikan studi adalah guru. Berkah dan manfaat dari ilmu yang diperoleh akan selalu berbanding lurus dengan khidmah dan ta’dhim kepada guru," katanya melanjutkan.
Azhari juga mengatakan, para teungku wisudawan adalah orang-orang beruntung dan hebat.
Alasannya, kata Azhari, mendapatkan gelar sarjana dan magister dari kampus di luar sana adalah hal biasa, "tetapi anda semua memperoleh gelar dari Ma’had Aly, kampusnya pesantren atau dayah. Gelar yang Anda peroleh diakui legalitasnya oleh Negara."
Kedua, para mahasantri telah sabar dan tetap bertahan dengan segala ujian dan rintangan, hingga sampai pada hari wisuda hari ini. "Padahal belajar dengan kajian turast adalah pelajaran paling sulit, apalagi anda telah menyelesaikan kajian tertinggi dari thabaqat turast yaitu hasyiyah," ujarnya lagi.
Ketiga, kata Azhari, jika lulusan kampus digadang-gadang menjadi intelektual, calon tehnokrat, birokrat dan praktisi. "Anda yang lulus dari Ma’had Aly, tidak hanya disebut sebagai intelektual tetapi juga calon ulama."
Kemudian, isu bahwa alumni dayah tidak memiliki masa depan telah tenggelam oleh beberapa kenyataan. Satu di antaraanya bahwa pemerintah memberikan pengakuan yang sama terhadap alumni dayah. "Tahun ini ijazah Ma’had Aly diperbolehkan mendaftar sebagai Pegawai Negeri Sipil (Panas) di Kementerian Agama. Tidak hanya itu, kini parlemen telah diisi oleh alumni-alumni dayah."
Azhari juga menjelaskan, dalam konteks pendidikan Indonesia, Ma’had Aly memiliki sejumlah kemiripan dengan pendidikan tinggi yang dikelola oleh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Misalnya, keduanya memiliki penjenjangan berupa strata satu untuk tingkat sarjana, strata dua untuk tingkat master dan strata tiga untuk tingkat doktor.
Meski demikian, Ma’had Aly tidak benar-benar sama dengan perguruan tinggi keagamaan Islam yang berada di bawah institusi negeri seperti UIN, IAIN, STAIN, dan sejumlah institusi swasta lainnya.
Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Agama nomor 71 tahun 2015, Ma'had Aly didirikan untuk dua hal. "Pertama, menciptakan lulusan yang ahli dalam bidang ilmu agama Islam (mutafaqqih fiddin). Kedua, mengembangkan ilmu agama Islam berbasis kitab kuning (turast)."
Di Aceh, kata Azhari, terdapat 6 lembaga Ma’had Aly yang tersebar di beberapa kabupaten dan kota. Keenam Ma’had Aly tersebut adalah, Ma’had Aly Mudi Mesra Samalanga, Ma’had Aly Darul Munawwarah Kuta Krueng, Ma’had Aly Syekh Muda Wali Al-Khalidy Darussalam Labuhan Haji, Ma’had Aly Raudhatul Maarif Cot Trueng, Ma’had Aly Malikussaleh Panton Labu dan Ma’had Aly Babussalam Al-Hanafiyyah Matang Kuli.
Mudir Ma'had Aly Raudhatul Ma'arif, Dr Tgk Safriadi SHI MA mengatakan, tahun 2024 ini mewisuda 37 mahasantri marhalah ula, 4 di antaranya dinyatakan lulus dengan predikat mumtaz (istimewa).
Safriadi juga berpesan kepada para wisudawan agar tidak berhenti belajar. Wisuda, katanya, memang akhir dari pada tahapan formal untuk belajar, tetapi bukan akhir daripada kegiatan belajar. "Satu-satunya cara bagi seorang sarjana untuk dapat menjaga dan membangun reputasi kesarjanaannya adalah dengan terus belajar, belajar, dan belajar."
Acara wisuda ini merupakan momentum yang sangat penting sebagai landasan bagi para alumni Ma'had Aly Raudhatul Ma'arif untuk bisa terbang lebih tinggi, mencapai cita-cita yang mulia. "Oleh karena demikian, teruslah belajar dan kembangkan potensi diri agar menjadi sarjana yang unggul, berdaya saing tinggi, dan bermanfaat bagi para umat pencari," ujar Safriadi.
Ma’had Aly Rudhatul Ma’arif Al-Aziziyah resmi menjadi lembaga pendidikan setingkat strata-1 sejak 2019 yang memiliki konsentrasi (takhasus) Fiqh wa Ushuluhu dengan distingsi dalam fikih siyasah walqanun..
Raudhatul Ma'arif merupakan pesantren atau dayah yang terletak di Gampong Cot Trueng, Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara. Dayah ini didirikan pada tahun 1946 dibawah pimpinan Tgk Abu Bakar (Abu Cot Kuta). Setelah sempat vakum beberapa lama, Dayah Raudhatul Ma’arif kembali diresmikan pada tanggal tahun 1993 di bawah pimpinan Tgk Muhammad Amin Daud (Ayah Cot Trueng) yang merupakan cucu Abu Cot Kuta.[]