CARI
Rekomendasi Keywords:
  • Azhari
  • Kakanwil
  • Hari Santri
  • Halal
  • Islam
  • Madrasah
  • Pesantren

Ada yang Tahajjud untuk Dapat Umrah; Ada yang Hafal Angka Cantik untuk Raih Kereta

Image Description
Inmas Aceh
  • Penulis
  • Dilihat 308
Kamis, 20 Februari 2014
Featured Image

[Meulaboh| Muhammad Yakub Yahya] Usai shubuh Selasa (19/2), di Meulaboh, calon ‘peraih undian’ berhadiah umrah (hadiahnya hingga ke model sterika dan kain sarung), dari seluruh Aceh, sejak Eselon III, IV, staf, guru, KUA, penyuluh, siswa, dan warga lainnya, sudah siap-siap keluar hotel, atau penginapan. Tamu, kami saksikan, agak susah mencari makan pagi, sebab tidak semua warung ada persiapan, dan harus mencari agak jauh lagi.

Seusai makan, sebelum pukul 07.00 WIB, dengan mengenakan training yang beraneka ragam, beraneka warna, semua menuju ke Lapangan Teuku Umar, sebelum Ujong Kareueng itu. Dalam sesi makan dan jalanan itu, canda pun diutarakan. “Ada yang tadi malam tahajjud, biasanya tidak (jarang), demi hadiah umrah…,” ujar kawan dari Subbag Umum Kanwil yang mengemudi mobil tua plat merah.

“Nomor saya cantik, kayaknya ini nomor umrah…,”  ujar satu Kasubbag di Kanwil Kemenag Aceh, sambil lewati Jalan Teuku Umar dengan keringat membasahi baju. “Saya nomor cantik untuk ambil kereta dari lapangan…,” sambung kawan lain di rute belakang.

Ada juga yang balik dua kali ke barisan, guna untuk mengambil kupon, dari madrasah di Meulaboh, di depan group drumband. Group drumband memang paling ujung belakang, penutup barisan. Nah, kami di depannya, atau di ‘shaf’ paling belakang peserta itu, sambil mengabadikan semua momen.

“Suami saya sudah ada tabungan umrah, tinggal saya, nah kali inilah kesempatan, tahun ini kami umrah….,” sambung satu staf Kanwil lain. “Nah, jika yang menang umrah itu Bapak (namanya disebut dari Pembimas), apa jadinya ya…? tanya lainnya. Inilah buah gerak jalan kerukunan, pluralistik pesertanya, meski hadiah ada yang khusus bagi Muslimin, seperti umrah itu.

Setelah kembali ronbongan, kupon diundi dan peserta di dekat Pak Menteri, di bawah teratak, dan di luar barisan, dag dig dug, sambil melirik nomor di potongan kupon. Siswa dapat umrah, ibu penyuluh dapat kereta. Menteri Agama Dr (Hc) Suryadharma Ali MSi yang didampingi Kakanwil Kemenag Aceh Drs H Ibnu Sa’dan MPd, menyerahkan hadiah. Dan usai itu pamit menuju ke acara lain.

“Semoga kawan Aceh Timur bisa bawa pulang kipas angin,” sms kami pada kawan yang rajin suplai berita ke web dan majalah, setelah berpanas-panas di perjalanan jauh dan singgah di Saree. “Kulkas dan AC juga ya…, “ balasnya.

Sebelum Start

Sebelum jalan santai, atau Gerak Jalan Kerukunan, Menag Suryadharma mengulas, kerukunan bukanlah hiasan bibir karena bagi kehidupan bangsa sangat penting dan harus dipelihara  secara berkelanjutan. Hal ini mengingat masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai etnis dengan segala dinamikanya.“Kerukunan sudah diketahui banyak orang memiliki sifat dinamis, cepat berubah seketika dank arena itu harus dirawat,” kata Menag dalam kesempatan yang agak berawan itu.

Sebelumnya, Menag melepas peserta Gerak Jalan Kerukunan di Lapangan Teuku Umar, Meulaboh yang diikuti ribuan santri, murid madrasah serta umat lintas etnis, organisasi kemasyarakatan (Ormas), dan agama dari berbagai daerah di Aceh.  Sekira 15.000 warga ikut gerak jalan tersebut yang diisi dengan pembagian hadiah motor, sepeda santai, kulkas, perabot dapur dan peralatan ibu rumah tangga.

Ikut mendampingi Menteri Agama, Direktur Pendidikan Islam Dede Rosada,  Sekretaris Ditjen Bimas Islam Muhammad Amin, Kanwil Kemenag Aceh Sa’dan, dan beberapa pejabat Kementerian Agama lainnya.Pada saat bersamaan, Menag juga meresmikan berdirinya grup kosidah dengan nama Kosidah Pembangunan.

Disebut demikian karena pemain musik dan penyanyinya adalah anggota Darma Wanita Pembangunan. Menag menjelaskan, alasan diselenggarakannya gerak jalan kerukunan bukan karena di daerah itu punya masalah. Tetapi alasannya karena kerukunan itu harus dirawat ibarat pohon. Kerukunan yang ada jangan dijadikan sekedar hiasan bibir, tetapi diimplementasikan ke tengah masyarkaat. Jika kerukunan ada, tentu tak akan ada lagi hambatan bicara persatuan dan kesatuan.“Kerukunan dan kesatuan bangsa harus dibaca dalam satu kesatuan,” terang Menag.

Dalam kesempatab gerak jalan kerukunan itu, Menag juga menyempatkan diri masuk ke warung kopi Varia, Meulaboh, milik warga keturunan Tionghoa. Di situ, bersama sejumlah pejabat dengan ditemani Kanwil Kemenag Aceh Ibnu Sa’dan,  Menag menikmati nikmatnya kopi Aceh. Sekitar tiga puluh menit Suryadharma Ali berada di warung kopi tepi jalan yang dilalui peserta gerak jalan. Sekali-sekali Menag diganggu warga yang tiba-tiba masuk dan minta foto bersamanya. Menag pun melayani permintaan warga Meulaboh dengan ramah.

Kerukunan itu, lanjut Menag, adalah kunci bagi kehidupan bangsa. Supaya lebih rukun antarbudaya, antarsuku, sistem nilai yang berbeda, maka gerak jalan menyehatkan itu bisa membawa satu sama lain berkomunikasi sehingga tercipta saling kenal, semakin akrab.Melihat antusiasme warga yang ikut gerak jalan ini, Menag merasa yakin bahwa Provinsi Aceh akan dapat menjadi contoh kerukunan bagi bangsa Indonesia. “Tidak ada lagi sekat, semua berdampingan berjalan,” jelas Menag.  [yyy/lia/amw/akh/kha/kemenag.go.id]

Tags: #
Tentang
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota.
Alamat
Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242
Lainnya
Media Sosial
© 2023 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh
Oleh : Humas Kanwil Aceh