[Magelang | Muhammad Yakub Yahya] Perkampungan Aceh (siswi/putri) diapit oleh Perkemahan Pramuka Madrasah asal Papua, Sulsel, dan Klaten-Bayolali (Jateng). “Daerah yang galak melawan ka dipeusapat di sini…,” canda Fauziah Usman SAg, yang bermakna ‘daerah yang suka melawan kumpul di sini’.
Jika jam makan, dengan menu ala pramuka, kangkung, kerupuk, telur, dan ikan, putra/siswa dan pendamping kumpul di tenda siswa. Kebersamaan dan kebersahajaan tampak saat jam makan, atau setelahnya.
Soalnya, pendampinh terus masak, yang telah masak, terus habis disantap. “Maklum lelah Kak…,” bisik Said dari MAN Model Meulaboh, sambil menyuduh teh dan Milo.
"Pajoh (makan) telur, bulat pikiran; makan dadar, wawasan luas dan mantap; dan makan telur setengan matang pikiran labil...," canda saya, admin.
Di sini ada juga menu malam berupa susu, kacang hijau, dan jagung rebus, untuk malamnya. Mi atau anek mie panjang (bukan mie) juga ada, meski dilarang sering makan sama Kakak Pembina.
Selasa siang dan malam (12/5), makan siang terasa nikmat, ada Kakanwil Kemenag Aceh Drs HM Daud Pakeh pula. Makan siang Rabu (13/5) terasa sejuk, dalam hujan. Sesekali air yang menumpuk di atas turun sendiri ke piring nasi.
Makan malam diawali dengan kerupuk kecil dan sedang. “Sudah ada nasik?, makan terus malam nanti tinggal ‘Temu Tokoh’ dan acara ‘Bhineka Tunggal Ika’...,” ajak Ketua Panitia Khairul Azhar SAg, mantan Kepala RIAB itu.
Tapi ini pukul 17.00 WIB, tapi untuk suasana Magelang, sudah gelap (sama suasananya dengan pukul 18.00 WIB di Banda Aceh), jelang maghrib.
Kontingen Aceh puas, makan bersama, kenduri bersama, usai tapilan Hymne, Paskibra, dan Yel-yel. Malamnya telah sukses dengan Likok Pulo dan Ratoh Jaroe.
Kegiatan seni budaya lainnya, meliputi gelar seni budaya nusantara dan festival permainan rakyat serta malam Bhineka Tunggal Ika dan Karnaval Nusantara.
Selain itu, kegiatan prestasi meliputi lomba pentas seni budaya, lomba K3 tenda dan lingkungan, lomba Pakibra Madrasah, lomba yel yel madrasah, lomba mars dan hymne madrasah dan festival dolanan (permainan) tradisional edukatif Islam.
Perkemahan Pramuka Madrasah Nasional (PPMN) I, juga diisi dengan wisata sejarah dan budaya ke Candi Borobudur (Kamis, 14/5), serta kegiatan petualang melalui outbound. Juga lomba ekspos teknologi terbarukan.
PPMN dibuka di Lapangan Akmil Magelang Jawa Tengah, Selasa (12/5). PPMN tersebut diikuti oleh ribuan siswa-siswi Madrasah Aliyah dari perwakilan setiap provinsi di Indonesia. Perkemahan ini diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian RI. Dalam acara yang dibuka oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin ini, PPMN I ini akan berlangsung dari 11- 15 Mei mendatang. Kegiatan yang baru pertama kali ini diikuti 1.290 pramuka madrasah penegak dari seluruh provinsi di tanah air.
PPMN antara lain bertujuan menumbuhkan nilai-nilai dan semangat nasionalisme, patriotisme dan bela negara di kalangan pramuka madrasah. Selain itu sebagai sarana silaturahmi dan meneguhkan ukhuwah islamiyah, wathaniyah dan basyariah dalam memperkuat gerakan pramuka di madrasah, serta menumbuhkan kesadaran disiplin hidup dan kepedulian sosial di lingkungan masyarakat.Selaku pembina upacara, Menag membakar semangat para peserta untuk menjadikan PPMN sebagai moment kebangkitan madrasah. “Kementerian Agama, secara khusus dan Pemerintah pada umumnya, sangat bersyukur bahwa eksistensi dan citra madrasah sekarang semakin membaik di mata publik. Hal ini terlihat dari animo masyarakat, khususnya orang tua untuk menyekolahkan anaknya di madrasah, semakin meningkat pesat. Inilah menjadi awal kebangkitan madrasah,” pekiknya, di hapan semua Kakanwil.
“Banyak sekali informasi dari madrasah-madrasah yang menolak calon siswa ketika mereka membuka pendaftaran, karena animo masyarakat jauh lebih besar dibandingkan kemampuan daya tampung madrasah itu sendiri,” tambahnya.Menurut Menag, hal ini perlu disyukuri dan sekaligus menjadi tantangan bagi Kementerian Agama untuk melayani besarnya animo masyarakat tersebut melalui madrasah-madrasah baik negeri maupun swasta. Bertolak dari tantangan inilah, madrasah harus bangkit kembali dengan cara berusaha dengan keras untuk memperbesar biaya anggaran pendidikan madrasah.“Tidak ada pilihan lagi untuk mengembangkan madrasah kecuali dengan memperbesar biaya anggaran untuk madrasah. Karena madrasah-madrasah sekarang sangat butuh sekali bangunan-bangunan kelas untuk menampung jumlah peserta didik,” jelas Menteri Agama dengan semangat. [Yakub/Charul Azhar/Mulkan S/Chairul Saleh/Taufik T]