Namun ada yang lain sebelum sebelum rapor dibagikan oleh walikelas pada murid atau wali yang mendampinginya. Anak didik, bersama walimurid dan ustadz berdoa bersama dalam masjid. Sebagain kelas adakan makan bersama di teras dulu. “Kami ajak anak-anak makan-makan dulu,” kata Nurfajriah, Walikelas Mariah Al-Qibthy di jenjang Ta’limul Quran lil Awlad (TQA).
“Mengingat pembagian rapor jelang peringatan renungan tsunami ke 11 tahun, maka kita gunakan waktu sebelum pembagian rapor, untuk doa bersama bagi keluarga besar dan umat Islam, khususnya korban tsunami. Dan sedikit pengarahan setelah doa,” sambung Kabag Pengajaran TPQ Plus, Nadiatul Hikmah SAg, yang juga PAI di SMA 1.
Doa bersama terutama untuk syuhada’ tsunami. “Dari TPQ Plus Baiturrahman, pada Ahad 26 Desember 11 tahun silam kehilangan 70-an persen anak, ustadz, dan wali murid,” jelas pengurus. Sementara di luaran sedang ada pengerjaan proyek Masjid Raya Baiturrahman. Jadilah pembagian rapor dan doa ‘di bawah crane‘, di sela-sela suara alat berat di samping anak yang mengaji.
“Pascatsunami, kegiatan di TPQ vakum hingga tiga bulan. Nyaris tak percaya kita akan bangkit. Mei digelar Mubes, dan di halaman masjid pada Juli 2005 digelar wisuda. Saat itu masjid raya ‘tenggelam’, dan kantor hancur. TNI dan relawan ikut membantu rehab. Alhamdulillah kita bangkit, hingga kini sudah berusia 19 tahun,” jelas Direkur saat memandu doa.
Ujian semesteran untuk mata-mata pelajaran, juga hafalan, shalat, jurusan, dan tadarusan itu, sukses sejak Senin (30 November) hingga 10 hari, sebelumnya. Dan ada ujian susulan bagi yang sakit, dan halangan berat.
Anak yang ikut pengajian/ujian menurut pilihan hari mengaji, TPQ-TQA-TQS tiga hari sepekan. Pengajian dalam Masjid Raya itu, dilakukan santri dalam dua gelombang. Gelombang I (yang mengaji Senin-Rabu-Jumat), sedangkan Gelombang II (Selasa-Kamis-Sabtu). Hanya anak Taman Kanak-kanak Al-Quran (TKQ) usia 5-7 tahun, yang mengaji Senin-Jumat (lima hari).
“Usia anak yang cuma diterima awal tahun ajaran (setahun sekali) itu, dalam jenjang TKQ (5-7 tahun), TPQ (8-12), TQA (13-15), dan TQS (15-18). Jenjang TPQ singkatan dari Taman Pendidikan Al-Quran. Jenjang TQA singkatan dari Ta’limul Quran lil Awlad. Dan jenjang TQS,Ta’limul Quran lis Syabab. Semua ikut ujian setelah jadwal dibagikan,” jelas Sekretaris TPQ Rafiqa Rahmah SPdI, yang juga aktif di toko buku kawasan Darussalam.
“Biasa ujian Semester Ganjil akhir tahun. Kali ini ujian dipercepat, mengingat Jumat-Sabtu (25-26 Desember) pembagian rapor. Libur sepekan, sejak Senin-Sabtu (28 Desember 2015 – 2 Januari 2016). Tahun depan, Senin (4 Januari) awal Semester Genap 2015/2016. Dan dijadwalkan sebelum puasa (yang lebih cepat dari sebelumnya tiap tahun), bisa digelar wisuda, yang biasa tasyakur/wisuda/munaqasyah Juli. Namun beberapa tahun ini, Juli mau atau sudah Idul Fitri. Jadi semua jadwal dimajukan,” sambung Wakabag Akademik/Pengajaran Afdhalil Ilyas SPdI, yang juga pembina pramuka dan guru PAISMA 1.
Hampir 1.000 anak TK hingga mahasiswa, sejak usia 5 hingga 18 tahun penuhi teras dan dalam masjid (biasa bisa di halaman sebelum dibuldozer mesin), jelang senja hari. Peserta didik, sebagian anak jajaran Kemenag, telah mengisi lembaran jawaban soal dengan tenang dan diawasi 105 guru, berburu waktu, bersahutan dengan getaran mesin penanam besi di sekitarnya. Ujian ‘di bawah crane’, belajar di bawahnya.
Anak didik dari Banda Aceh dan Aceh Besar, yang diantar lewat gerbang belakang (karena depan ditutup pagar proyek trilyunan), berdesakan, juga saat menjemputnya. Ditambah lagi dengan pedagang yang memadati badan jalan, parkir, trotoar, dan gerbang depan toko mas itu.
Di TPQ, hingga ujian ini, lebih 1.000 santri TPQ Plus bersama 105 Ustadz/ah isi 34 jumlah kelas. “Ada 30 Ustadz/ah baru usai magang, dan kini resmi jadi dewan pengajar,” jelas Afdhalil.
Sementara saat mengaji, walimurid di bawah binaan TPQ Plus yang April lalu bermilad ke 19 tahun itu, adakan pengajian sore Senin, Rabu, Jumat di teras tengah, bersama kaum ibu-ibu.
TPQ Plus yang bermilad ke 19 April (TPQ lahir 17 Ramadhan 1417 H/14 April 1996) sudah gelar tasyakkur/wisuda TPQ Plus 2015 (ke 19) di AAC Dayan Dawood Darussalam (2 Juni). Beberapa kali acara pewisudaan, sukses di halaman masjid, hingga pascatsunami.
Sejak Juli (28/7), pemancangan tiang, pertanda perluasan dan renovasi Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh dimulai. Alat berat bergantian masuk-keluar masjid. Crane bergerak siang dan malam. Masjid Raya centang perenang, halaman asri hijau, lokasi anak bermain dan ngaji, ludes dimakan beko dan cakaran mesin.
Juga pohon kurma yang nyaris berbuah samping kolam itu, tak ada lagi tertinggal sekarang, bersama bak geulumpang (simbol di sanalah Jenderal Kohler Belanda tewas saat perang dengan orang Aceh dulu), yang juga telah dibuldozer mencincangnya. Pohon dan kelapa muda, yang sesekali kami tunggu buah mudanya, lenyap.
Dua tahun ini, halaman Baiturrahman tak nyaman untuk dimasuki, kecuali jika sudah ke dalam. Apalagi kita yang bawa anak-anak, atau kita yang awasi anak-anak pengajian, sungguh menyesakkan dada.
Untuk ke tempat wudhu’ dan pintu masuk pun, jamaah muta-mutar ke belakang dan selatan. Juga santri yang ingin ke kamar belakang, harus dituntun berbelok-belok berjauhan. “Bagaimana, kita libur saja dua tahun?” canda kami Pengurus, pada walimurid/Ustadz dalam rapat-rapat.
“Beberapa hari lalu, dan entah berapa hari, berapa minggu, dan berapa bulan ke depan alat berat dan crane naik turun cuma dua tiga meter atas kantor TPQ,” lapor Bendahara TPQ Samsul Bahri (sudah pernah jadi staf bendahara masjid, dan bendahara MTs dan MA Darusysyariah).
Sejak itu pula ruang gerak jamaah, turis, juru kodak, dan murid TPQBaiturrahman, terbatas. Pagar proyek bertulis PT Waskita Karya dkk, semula hanya di depan dan samping, jauh sedikit dengan tangga masjid. Namun kini kian dekat, yang menuju ke kantor Baitul Qiradh (Baznas Madani) dan pintu TPQ Plus pun sempit sekali.
“Pekerja mengejar jadwal, istirahat sejenak sebelum dan seusai shalat,” kata Imam Besar Masjid Raya yang juga Pengasuh TPQ Plus, Prof DR Tgk H Azman Ismail MA. Targetnya akhir 2016 atau 2017 rampung tahap pertama: ‘payung’, parkir dalam tanah, basement dan lainnya.
Hampir 1000 santri bersama ustadz/ah dan walimurid yang biasa leluasan mengaji di dalam masjid, teras, dan halaman, terpaksa berdesakan dalam masjid. Juga pengajian ibu-ibu wali murid, di bawah Persatuan Orang Tua Murid (POM) sepekan tiga kali, di teras, saling meujeut-jeut dengan anak-anaknya.
Kenyamanan yang selama ini dirasakan di dalam masjid, karena ada AC, akan dirasakan juga di luar, karena ada payung. Kenyamanan, bukan hanya tamu haji, tapi jamaah dan wisatawan lainnya.
“Dengan pengembangan dan pembangunan tersebut, Masjid Raya Baiturrahman akan lebih indah dan suasana akan semakin nyaman serta menambah khusyu’ dalam beribadah,” jelas Gubernur Aceh dr H Zaini Abdullah, saat meresmikan awal pembangunan, 12 Syawal 1436 H lalu.
Gubernur dr H Zaini Abdullah, menyatakan saat pemancangan yang diiringi kenduri anak yatim itu, bahwa pemasangan 12 unit payung elektrik dalam pembangunan dan infrastruktur MRB Banda Aceh sama seperti dengan Masjid An-Nabawi, Madinah.
“Payung elektrik yang nantinya akan dipasang ini bentuknya persis seperti yang ada di Masjid Nabawi,” katanya pada peletakan batu pertama pengembangan landscape dan infrastruktur Masjid Raya Baiturrahman.
“Pembangunan ini akan berlangsung selama dua tahun yakni sampai Mei 2017,” katanya. Pada tahap awal, pembangunan dimulai dengan pembuatan 12 unit payong lestrek yang bentuknya sama persis dengan Masjid Nabawi.
Kemudian juga dilakukan pembangunan basement tempat parkir kendaraan roda dua dan roda empat, tempat wudhu’, dan pembangunan berbagai sarana lainnya, seperti taman, ruang genset, pengolahan air limbah, drinking water system, dan perbaikan beberapa interior bangunan masjid.
Untuk membuat hal itu, kata dia, Pemerintah Aceh menggunakan dana APBA senilai Rp 488 miliar rupiah. Sedangkan untuk jangka panjang, kata Gubernur Zaini, Pemerintah Aceh juga akan melakukan perluasan area masjid raya hingga mencapai delapan hektare. Pengembangan dilakukan terhadap di empat sisi kawasan masjid. Pada sisi barat akan dibangun gedung pusat pendidikan, seperti Taman Pendidikan Al-Qur`an.
“Kelak anak TPQ Plus Baiturrahman dan Ustadz/ah akan tempati gedung, bukan lagi melantai dalam masjid,” sambung Drs H Hamdan Syamsuddin, disampingi Imam Besar Masjid Raya Prof DR Tgk H Azman Ismail MA, pada kami, sambil menunjuk ke luar masjid yang ada sekarang, ke arah toko-toko yang sibuk itu. Kini, pedagang di Jalan Perdagangan/Tgk Chik Pante Kulu, dan Jalan T A Jalil, T Cut Ali pun, kian masam, karena jalan pun masuk area proyek.
Kawasan selatan akan dijadikan sebagai pusat berbagai aktivitas keislaman, seperti pembangunan guest house dan convention center. Pada timur akan dibangun media center Masjid Raya Baiturrman, departement store.
Sedangkan pada sisi utara akan dibangun pusat percetakan dan galeri. Untuk mengembangkan masjid, katanya, pemerintah telah merinci total dana yang akan dikeluarkan yakni sebanyak Rp 1,4 triliun. Diharapkan, pengembangan Masjid Raya Baiturahman mampu memberikan kenyamanan baru bagi siapa saja yang datang untuk beribadah.
[Foto2: muhammad yakub yahya, direktur tpq plus baiturrahman]