Banda Aceh-KemenagNews (24/4/2012) Sejumlah 30 orang perwakilan pemuda lintas agama dan 30 orang guru pada madrasah di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh berkumpul di Hotel Kuala Radja Banda Aceh dalam rangka workshop multikultural, 23-26 April 2012.Dalam kegiatan workshop ini baik pemuda maupun pendidik akan sama-sama berdiskusi dan membagi pengalaman dan ide mereka terkait kearifan lokal di daerah masing-masing dalam menyiasati konflik dan perbedaan budaya, bahasa, suku, agama dan pilihan politik.Hasil diskusi ini nantinya akan dituangkan dalan naskah buku yang akan dicetak dan diterbitkan oleh Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, dengan dukungan DIPA Tahun 2012.Sahlan Hanafiah, salah seorang fasilitator dari Pusat Studi Konflik IAIN Ar-Raniry menjelaskan bahwa konflik tidak selamanya selalu bermakna negatif, demikian pula dengan keragaman kultur masyarakat, bisa menjadi suatu kekayaan khazanah peradaban atau justru dapat menjadi pemicu masalah dalam kehidupan masyarakat. "Karenaya, konflik perlu dipelajari. Ilmu manajemen dan resolusi konflik tidak hanya bertujuan memecahkan masalah yang sudah terlancur mencuat ke permukaan, tapi juga untuk mencegah lahirnya persoalan-persoalan baru di dalam masyarakat." papar Sahlan.Fasilitator lainnya, Dr. Inayatillah, MA juga mengangkat pentingnya upaya pembukuan nilai-nilai kearifan lokal yang hidup di tengah masyarakat Aceh hari ini. "Dengan adanya upaya penulisan dan pencatatan, kearifan lokan ini bisa disharing dengan komunitas masyarakat lainnya, sekaligus bisa menjadi warisan yang berharga bagi anak cucu kita di masa mendatang," kata Inayatillah.Secara umum, budaya intelektual dan khazanah kebijaksanaan masyarakat Aceh bersifat oral, dan kadang-kadang berbentuk seni gerak tari atau pantun. Diharapkan melalui workshop ini, sebahgian kearifan tersebut, dan pengalaman para guru dan pemuda dalam kehidupan mereka sehari-hari bisa dianalisis dan dibukukan.Workshop ini dijadwalkan ditutup oleh Kakanwil Kemenag Aceh yang secara simbolis akan menerima draf naskah multikultural ini dari fasilitator dan perwakilan peserta.