Banda Aceh (Humas) --- H Juhaimi, S.Ag MAg yang mewakili H.Azhar, MA salah seorang Kasi pada Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah KanwilKemenag Aceh menyampaikan taushiah Ramadhan tentang perlunya pelestariankearifan lokal di Aceh, Kamis (29/04/2021) di Mushalla Kanwil Kemenag Aceh.
Ia memulai taushiah dengan membacakan sebuah tulisan yangjudulnya "Krueng Geuntet ketika Iblis Membawa Angin Syurga" kalimatitu ditulis sangat luar biasa sekali oleh penulisnya. Selanjutnya ia menguraiada 13 kriteria manusia seperti yang ditulis oleh Mukhtar Lubis dalam bukunya yangberjudul "Manusia Indonesia".
Ia ketika menyampaikan taushiah ini tidak membicarakan 13kriteria manusia tersebut, akan tetapi ia menitik beratkan pada salah satukriteria manusia Indonesia yaitu suka hal-hal yang berbau mistik, suka pergi kekuburan, meyakini adanya jin yang diserupai Genteut dll, itu salah satu ciri khasmanusia Indonesia.
Genteut dalam masyarakat Aceh itu identik dengan makhlus halus (jin) yang tinggi, semakin kita lihat ke atas semakin tinggi dia.
Sebuah tradisi dalam masyarakat Aceh yang selalu diingatkan olehorang tua terhadap anaknya agar jangan berkeluyuran ketika tiba waktu magrib,nanti dijambak oleh Genteut (jin).
"Hai aneuk bek kateubit u lua, enteuk dicok lee geuntet" ujar Juhaimi dalam bahasa Aceh yang artinyakira-kira begini. Wahai anakku jangan bermain-main di luar rumah, nantidijambak oleh Jin (Genteut).
Juhaimi mengatakan ini merupakan pesan moral orang tuakepada anak-anak, agar tidak keluar di saat azan Magrib.
Di akhir taushiahnya Juhaimi mengingatkan seluruh jamaah yang hadir untuk melestarikan kembali kearifan lokal Aceh yang pernah ada untuk mengingatkan anak-anak jangan berkeluyuran di saat azan Magrib, karena kearifan lokal Aceh sangatkental dengan budaya Islam.
"Adat bak po teumeurehom hukum bak Syiah Kuala. Qanun bak Putroe Phang reusam bak laksamana" tutup H.Juhaimi.