[Kanwil | Muhammad Yakub Yahya] Ini hari ketiga, dedaunan dari pohon besar di halaman Kanwil itu, berguguran. Daun kuning banyak di depan tempat wudhuk, berserak juga di atas atap mobil plat merah, di depan gedung baru Kanwil, juga siang Selasa (3/3) ini.
Ada beda beringin di halaman tengah, samping Mushalla Al-Ikhlash itu, dengan beringin lainnya, mungkin di Taman Sari? Sama saja, jika ‘musim gugur’, sama-sama gugur. Namun beringin ini beda, karena di tengah perhatian jajaran Kanwil, saat mengobrol ringan (lihat foto ini, putar layar anda).
Apalagi jika dikaitkan dengan fenomena partai berlambang pohon itu. Kenapa daun beringin gugur Bang…?” tanya saya pada Bang Mahdi, staf Subbag Kepegawaian (foto: di bawah pohon beringin pegang kamera). “Mungkin pengurusnya berguguran…” jawabnya asal-asalan, sambil menyebut nama pembaca SK di aula, sejenak lagi.
Ya, beringin gugur, mungkin maknanya juga: adanya dua kepengurusan partai itu, di tingkat pusat yang keduanya mengaku paling legal, konflik ini tinggal menunggu momentum untuk menjalar ke tingkat DPD, jika sudah sampai pada tingkat daerah, maka daun-daun beringin tua ini akan semakin rontok, tidak lagi rindang, dan akan dijauhi oleh siapa pun, kecuali orang yang ingin mencari kayu bakar. Ah…
Itu beringin, lain lagi dengan pohon jati, menggugurkan daunya pada musim kemarau karena pada musim kemarau pohon jati lebih cepat mengalami dehidrasi/kekeringan jadi ini dilakukan bertujuan untuk mengurangi penguapan atau disebut meranggas.
Alkisah, pohon jati menggugurkan daunnya supaya mengurangi penguapan saat musim kemarau. Ah… saat daun beringin masih berguguran, ternyata ada mutasi di Aula Kanwil.
Saat berita ini kami turunkan, pelantikan/pengambilan sumpah Eselon III dan IV di Aula Kanwil belum dimulai. Siapa dimutasi, promosi, dan dilantik ke mana, barangkali, hanya yang pegang SK, dan yang baca SK (Kasubbag Kepegawaian) yang termasuk tahu.
“Kepada karyawan-kayyawati Kanwil, mohon segera naik ke atas, karena acara pelantikan… segera kita mulai,” begitu pengumuman Kasubbag Inmas, H Akhyar MAg, dari mushalla. Lalu, siapa ya…?