CARI
Rekomendasi Keywords:
  • Azhari
  • Kakanwil
  • Hari Santri
  • Halal
  • Islam
  • Madrasah
  • Pesantren

Sulok di Dayah, Sarana untuk Penyucian Jiwa

Image Description
Inmas Aceh
  • Penulis
  • Dilihat 2321
Kamis, 18 Juni 2015
Featured Image

[Ulim-Jeunieb | Teuku Zulkhairi]  Jika hari-hari biasa dayah-dayah di Aceh sibuk dengan rutinitas pengajian kitab kuning, maka di bulan Ramadhan kesibukan dayah sedikit berbeda. Santri sudah liburan selama sebulan lebih. Di bulan Ramadhan, dayah-dayah di Aceh menyelenggarakan Sulok bagi masyarakat yang datang dari berbagai daerah.

Sulok adalah salah satu metode penyucian jiwa dalam Tariqat Tasawuf yang telah berkembang sejak lama di Aceh. Peserta Sulok di dayah-dayah ini umumnya adalah masyarakat Aceh, namun ada juga beberapa warga negeri jiran Malaysia.

Bersama Badaruddin dari Badan Dayah Aceh, penulis singgah di beberapa dayah yang selenggarakan Sulok Ramadhan ini, seperti Dayah Daruzzahidin Desa Bidok Kec. Ulim dan Dayah Darul Munawwarah Kuta Krueng, Ulee Glee Kab. Pidie Jaya, dan Dayah Riadhusshalihin Al-Aziziyah Cot Geulumpang Baroh Kec. Jeunieb Kab. Bireuen, Rabu (17 Juni 2015).

Ratusan masyarakat Aceh mendatangi dayah ini untuk melakukan Sulok yang diantar oleh sanak family mereka.

Selain dayah-dayah di atas, terdapat banyak dayah lainnya yang selenggarakan Sulok, misalnya Dayah Babussalam Alue Bili Aceh Utara, Dayah Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan, Dayah Asasun Najah Aceh Besar dan sebagainya.

Tgk Razali, seorang peserta Sulok di Dayah Riadhusshalihin Jeunieb yang sudah lanjut usia mengatakan, ia telah tiga kali melakukan Sulok. Ia mengkui, banyak perubahan yang ia dapatkan setelah setiap kali ia melakukan Sulok.

Lalu apa yang dilakukan saat Sulok ini? Menurut Tgk Razali yang kami jumpai setelah shalat tarawih, pihak pemimpin Tariqat membimbing mereka untuk membaca Zikir-zikir dengan jumlah yang sangat banyak. Misalnya Tahlih sebanyak 100 ribu kali, surat al-Ikhlas 70 ribu kali dan sebagainya.

Rincian peruntukan zikir-zikir itu, kata Tgk Razali adalah untuk dirinya sendirinya, kemudian untuk guru, untuk orang tua dan seterusnya.

Dalam Sulok ini, kata Tgk Razali, mereka juga senantiasa melakukan muhasabah. Khalifah pembimbing Sulok ini menjelaskan hura-hara kiamat pada waktu yang telah ditentukan, misalnya selepas shalat Tarawih. Juga diceritakan siksa-siksa di neraka.

“Saat para jamaah Sulok ini mendengar tentang hura hara dan azab neraka, sekeras apapun hati seseorang ia pasti akan menangis sejadi-jadinya,“ kata Tgk Razali.

Selain kewajiban berzikir dan mengingat dosa-dosa, mereka juga dilarang memakan makanan berdarah seperti daging dan ikan, tujuannya agar hilang nafsu syahwat dunia saat mereka melaksanakan Sulok ini. Mie dalam bentuk apapun juga dilarang. Jadi mereka hanya memakan makanan seperti nasi putih dan sayur.

Sementara itu, waktu Sulok pun bis disesuaikan. Sulok bisa dari awal Ramadhan (30 hari penuh), bisa juga dari 10 Ramadhan (20 hari) dan bisa jug di 10 terakhir Ramadhan (hanya 10 hari).

“Tradisi” ini, meski jarang terekspos, namun telah berjalan secara rutin setiap bulan Ramadhan, entah sejak kapan. Saya berfikir, metode inilah yang selama ini telah melahirkan manusia-manusia berjiwa aulia di Aceh.

Hanya saja, “tradisi” ini di perkotaan belum membudaya. Ditambah lagi, beberapa kajian tasawuf pun cenderung diplintir  beberapa peneliti menjadi ber-citarasakan sekuler. Padahal, tasawuf tentu tidak sekuler. Tasawuf adalah salah satu kunci kebangkitan ummat. Dengan tasawuf akan menyucikan hati, lalu kemudian menjadi kekuatan besar untuk membangun negeri yang bersih dan beradab.

Saya ingat cerita saat di Istanbul bulan lalu, Tariqat-Tariqat Sufi di Turki, seperti Jamaah Iskandar Pasha yang Naqsyabandi menurut beberapa orang Turki telah memiliki andil besar dalam membangun Turki modern sehingga sedikit demi sedikit Turki telah keluar dari sistem sekuler.

Lalu kapan kita akan ikot Sulok di tengah realitas hati kita yang mungkin jarang kita sucikan? Semoga Ramadhan kali ini, minimal di 10 terakhir Ramadhan nanti. Amiin [yyy]

Tags: #
Tentang
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota.
Alamat
Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242
Lainnya
Media Sosial
© 2023 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh
Oleh : Humas Kanwil Aceh