[Kota Langsa | Yakub] “Malam ini lailatul qadar,” canda kami, tapi serius, sama Kabag TU Kanwil H Habib Badaruddin SSos, saat singgah di satu mushalla SPBU, jelang shubuh. Sungguh malam qadar lebih baik dari seribu bulan (khairum min alfi syahr).
Kami menyakininya ini malam qadar, karena Sabtu malam, malam Ahad, ialah malam ke 25 Ramadhan (malam ganjil), dan bulannya di langit Aceh Utara, dan sepanjang pantai utara-timur, redup. Serta bus kijang milik pemerintah, yang kami naiki pun, larinya lancar sekali, tak ada hambatan, tak ada ular, tikus, dan babi misalnya, di jalan.
Malam yang kami sedang di jalan sebagai musafir, usai pimpin tarawih dan witir di Banda Aceh itu, memang lain dari kemarin-kemarinnya. Sunyi tak ada gonggongan anjing, meski ada petasan anak-anak kurang kerjaan, saat rekannya di meunasah sedang tadarusan.
Dan yang menarik, siangnya mentari tak panas sekali, dan tidak hujan pula. Ini isyarat hadits, beberapa tanda lahiriah, untuk menebak, ini malam mulia, yang saat semalam dalam setahun itu, turun malaikat dan pimpinan malaikan (Jibril as) ke langit dunia, wallahu a’lam, dengan izin Allah. Salamun, hingga fajar….
“Jika benar ini malam qadar, maka saya ini menyetir sama dengan, atau lebih baik, daridapa saya nyetir 1.000 bulan ya,” timpal Izhanuddin, sopir dari Kabag TU.
“Ya, jika ini malam qadar, berarti kita yang salurkan bantuan, sama dengan, atau lebih baik, daripada 1.000 bulan menyalurkan bantuan pengungsi,” balas saya.
Jangan batasi amal manusia, misalnya sebagian penceramah kaku yang berkata, hanya yang muamalah tertentu dan ibadah sakral misalnya ngaji, shalat, dan i’tikaf, serta khuruj, yang diberi pahala begini dan segitu, sementara ribuan kerja hamba Allah lain, demi umat, tidak diberi pahala malam itu. Sementara dalil sebuah amal, yang disebut itu ibadah, sangatlah umum.
Menurut saya, padahal, jika securuty, polisi, tentara, petugas menara bandara, piket kantor dst. Ikhlas jaga keamanan dii malam qadar itu, maka sungguh ia sama dengan, atau lebih baik, daripada ia berbakti 1.000 bulan.
Malam qadar, jika ibu bangun dan ke dapur mencincang sayur, atau ku u dan ramah santan, ikhlas, itu sama dengan, atau lebih baik, daripada ia mencincang sayur, atau ku u atau ramah santan, 1.000 bulan.
Bapak anak-anak, bangun bantu ibu anak-anak, buat susu anaknya, ikhlas di malam qadar, sama dengan, atau lebih baik, daripada ia membikin susu 1.000 bulan. Jika ibu penyapu jalan, menyapu jalan malam itu (misalnya yang kami lihat dini hari di depan pendopo Bireuen), maka sama dengan, atau lebih baik daripada sapuan 1.000 bulan.
Jika politisi, aparatur, ormas, dan panitia, masih rapat malam demi umat, malam qadar, maka ia seperti sedang merancang demi umat, sama dengan atau lebih baik daripada aksi 1.000 bulan… dst. Termasuk kerja jajaran Kemenag di mana pun.
Tim Kanwil memang ke pantai utara dan timur, salurkan bantuan untuk muslim Rohingya (asal Bangladesh dan Myanmar), siang dan malam, moga malam qadar, yang ditentukan.
Pertama, ke Kabupaten Aceh Utara di bawah pimpinan Kakanwil Drs HM Daud Pakeh. Berangkat Sabtu pagi (11/7). Tim kedua, di bawah koordinasi Kabag TU H Habib Badaruddin SSos bergerak ke Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Timur Sabtu malam (11/7).
Total dana Rp 82.876.200, yang dibagi untuk tiga titik itu, dari yang terkumpul dari beberapa Kankemenag se Aceh.
Selain tiga titik yang Kanwil/Kemenag salurkan bantuan, ada lagi titik-titik pengungsian di Aceh Tamiang dan Aceh Utara.
Berdasarkan data, jumlah pengungsi Rohingya dan Bangladesh berjumlah 1.759 jiwa. Ada sebanyak 564 jiwa di Punteut Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe. Sejumlah 672 jiwa ditampung di Pelabuhan Kuala Langsa, Kota Langsa, 476 jiwa di Bireun Bayeun, Kecamatan Rantau Selamat, Kabupaten Aceh Timur, dan sebanyak 47 jiwa di gedung milik Pemda Kabupaten Aceh Tamiang. Subhaanallaah…[]