Banda Aceh|Muhammad Yakub Yahya| Masih dalam suasana Rabiul Awal 1435 Hijriah, penceramah malam dan shubuh, masih menarik mengupas hal-ihwal Rasulullah SAW. Termasuk Arab pra-Islam, atau masa jahiliah. “Jahiliah dalam makna bodoh sebagaimana yang ramai kita pahami, sebenarnya bukan kebodohan dalam makna bengal, bebal, bangai, atau bodoh. Ini juga arti dari kamus. Namun jahiliah yang dimaksud ialah jahiliah dalam aqidah dan akhlaqnya,” ujar Ustadz Mizaj Iskandar Lc, penceramah suling (shubuh keliling) keluarga besar DKMA (Dewan Kemakmuran Masjid Aceh), bersama jamaah lainnya.
“Ada model jahiliah yang mungkin masih dipraktikkan hingga sekarang, di Indonesia, juga Aceh, yakni hukum jahiliah (hukmul jahiliyyah), anggapan jahiliah (zhannul jahiliyyah), berhias ala jahiliah (tabarujal jahiliyyah), dan kesombongan jahiliah,” lanjut Ustdaz Mizaj Iskandar, yang lama 'meurangkang' di Kairo itu, di hadapan jamaah suling di Masjid Syekh Abdurrauf, Gampong Blang Oi, Kec. Meuraxa, Banda Aceh, shubuh Sabtu (25/1).
“Perangai dan kesombongan jahiliah masih ada sekarang. Hukum rimba di negara kita, masih sama dengan hukum jahiliah di kalangan kita, atau jika yang berbuat jahat orang besar, dijerat dengan pasal ringan saja,” sambung Ustadz dalam taushiah di Masjid baru usai tsunami yang ada di Jalan Iskandar Muda, arah Ulee Lheue itu. Ustadz juga kaitkan jahiliah di Cina (membunuh anak, bahkan anak perempuan disopkan) dan 'jahili' di luar negeri, juga negara Islam (zina kerabat dekat, bagai binatang).
Selanjutnya Ustadz kupas soal jahiliah lagi, “Jahiliah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, ‘bodoh’. Namun dalam bidang ilmu, sastra orang Arab Jahiliyah, nomor satu,” lanjutnya. Profesor bahasa kita saja, juga di Arab kini, tak sanggup tandingi sastra orang erajahiliah.
“Maka orang Arab pun belum sanggup menandingi syair orang Jahiliyah. Sastra diperlombakan dan ditulis dengan tinta emas. Kita saja masih pakai kata ‘tinta emas’, yang sebenarnya itu istilah Arab Jahailiah,” bandingnya.
“Yunani hebat dengan filsafat, Cina dengan keramiknya dan kemampuan meniru apa saja, dan Arab dengan syairnya,” kata satu ahli sejarah Perancis, yang dikutib Ustadz. Lanjutnya, patung juga memuat nilai seni mereka, tak hanya sekadar disembah.
Juga perdagangan mereka, hebat. Di musim dingin ke Yaman mereka, dan kala panas ke Damaskus. Dari sistem ekonomi, sebagian milik mereka kita masih ambil, karena masih cocok. Jadi, jahiliahnya masyarakatnya, bukan pada ilmu pengetahuan, tapi pada tak ada akhlaqnya.
Di awal ceramah, Ustdaz juga sampaikan di hadapan jamaah, termasuk Kakanwil Kemenag Aceh Drs H Ibnu Sa’dan MPd, dan jajarannya, tentang tujuan suling dan silaturrahmi, juga makna ikhlas, “Sungguh shalat shubuh (qur-anul fajri) disaksikan (QS. Al-Isra’). Apalagi kita ini sebagian berbaju putih, Insya Allah ada makhluk putih juga yang tak terlihat di sisi kita (malaikat).” Ini maksud dari ayat, “Aqimish shalaata liduluukisy syamsi ilaa ghasaqil laili, wa qur-anal fajr, inna qur-aanal fajri kaana masyhuudaa”.
“Ada doa malaikat, “Yang Allah berkati umatku di waktu shubuh.” Tapi berkat akan ada, asal syaratnya terpenuhi, yakni bukan membangga-banggakan. Jadi bukan hanya banyak kendaraan di luar. Sebab banyak kendaraan di Banda Aceh, kemungkinan ada dua: ramai mobil yang insannya di warung kopi atau ada pesta,” ajaknya.
Ustadz juga kupas makna ikhlas dalam mengajar. Misalnya keikhlasan Imam Malik ra tersebar hingga ke seluruh dunia, karena tak mau Al-Muwaththa’ dimasukkan kitab pokok negara. Yang menurutnya itu harga murah sekali, dan itu keikhlasannya.
“Misalnya ada guru kami yang tak mau meneken usai mengajar siang malam, tak mengharapkan kata terima kasih pula, namun dia mengepankan ikhlas,” ceritanya soal gurunya. Yang berbeda dengan kita, selalu ada teken-meneken itu.
Jamaah suling DKMA, BBC, dan jamaah lain, sungguh kian ramai, namun terus ditekankan agar tujuannya jangan melenceng, bukan maksud membangga-banggakan (mubahah).
Pada suling Ahad (2/2) depan, insya Allah, kita bersama Ustadz Ir H Faizal Adriansyah, MSi di Masjid Gampong Pineung. Untuk Ahad besok (26/1), ada suling di Lamteh bersama BBC di Masjid Lamteh, di Pagar Air juga ada.
Ustadz Azhar MA (Kasi TPQ di Bidang PD Pontren Kanwil Kemenag Aceh), sekaligs panitia dan Pengurus DKMA sampaikan perkembangan suling di Kota Langsa, Aceh Timur dan lainnya, bahkan pada Ahad (2/2) Kakanwil diundang memberi taushiah ke Kota Langsa ke sulin di 'kota kecap dan terasi' itu. Selamat Pak… []