Banda Aceh-KemenagNews (28/7/2013) Beberapa penanya lewat telepon atau sms, misalnya ada Nisa dari Calang, Ajirna dari Aceh Besar, dan Adi Barih yang tak menyebut alamatnya, menanyakan ‘bagaimana kiat melanggengkan rumah tangga’ dan ‘bekal apa yang mesti dimiliki pasangan yang mau nikah, agar bahteranya langgeng?’ “Usai tsunami memang angka perceraian menurut catatan MS (Mahkamah Syar’iyah) di Aceh meningkat. Kabarnya faktor ekonomi mendominasi, ternyata ada gejala lain di balik itu, yakni keroposnya iman, malas komunikasi dengan Allah dan kurang musyawarah dengan keluarga, komitmen pasangan pada janji manis dulu retak, dan integritas hidup rapuh. Sakisikanlah sesiapa yang sedang disidangkan di MS? Ternyata orang pintar, berada, dan sudah beputra-putri pula yang lagi di madrasah. Angka gugat cerai dari istri tinggi. Jadikan kasus perceraian untuk pelajaran, jangan untuk dicontohi. Mari belajar dari keluarga yang sukses,†jawab Muhammad Yakub Yahya, staf Humas Kanwil Kemenag Aceh dalam Dialog Ramadhan, program rutin tahunan, pukul 17.00 – 18.00 WIB, di Pro 3 RRI.“Kiat agar langgeng rumah tangga banyak, dan ini bagian khutbah dan pembimbingan nikah tentunya, di antaranya, jika baru menikah, pasangan sering diajak ke swalayan, pantai, dan keramaian, maka usai nikah dan sudah ada putra dan putri, juga perbaharui kebiasaan kemesraan ini. Wanita (istri) juga ingin minum kopi, dan kayak suami, mau angin segar di luar, tak di rumah sepanjang miggu. Bagaimana istri tahan jika suami pulang dari nonton dan cafe, dari keluyuran sering tengah malam, hak dimintai dan kewajiban diabaikan. Bagaimana bisa segar, bagaimana bisa betah selalu dirumah, jika posisi alat rumah tangga tidak di-refresh-kan. Selain itu pahami juga ayat-ayat dalam QS. Ar-Tum 21, sebelum dan sesudahnya," ajak Yakub, suami Yuliana, ayah dua putra dan dua putri (alm. Raudhatul Ulya Syariati, Ulya Alifah Syariati, Yusuf Syariati, dan Harun Ar-Rasyid Syariati).“Kita sering membaca dari surat undangan atau mendengar dalam acara walimah dan aqad nikah, QS. Ar-Rum ayat 21, ‘wa min aayaatihii ankhalaqa lakum min anfusikum azwaajaa litaskunuu ilayhaa, wa ja’ala bainakum mawaddataw warahmah, inna fii dzaalika la-aayatil liqawmiy yatafakkaruun,’ (di antara tanda-tanda kebesaran Allah bahwa Ia menjadikan bagi kamu dari jenismu pasangan, untuk merasakan ketenangan dengannya, menjadikan di antaranya sakinah, mawaddah dan rahmat, sungguh pada yang demikian itu menjadi bukti bagi kita yang berpikir). Ini ayat yang sering kita ulang dan bahas, mestinya sering juga kita kupas ayat sebelum (QS. Ar-Rum ayat 17-20) dan sesudahnya (QS. Ar-Rum yat 22-27). Ini perlu, agar dalam mengayuh biduk perahu rumah tangga, selalu mengaitkan hidup dan hanya menjadkan Allah tempat mengeluh (lewat shalat lima waktu), yang rajin melihat keajaiban siang dan malam (juga ada kehidupan dari kematian dan sebalknya), melihat asal usul diri yang memang berbeda (semua dari tanah dan saripati tanah), saling memahami (sebab berbeda komunikasi, ras, dan rasa), mengakaui kekurangan diri dan menghormati kelebihan pasangan, kerjas keras dan lekas bangung (bukan lama tidur), tahan banting bahkan halilintar dan guruh pun itu mesti dihadapi, dan renungkan lagi cakrawala di langit itu, serta siapkan diri untuk hari ditiup sangkakala,†jawab Muhammad Yakun Yaya, Mag, Direktur TPQ Plus Baiturrahman, yang menjadi salah satu narasumber dalam Dialog Ramadhan di RRI Banda Aceh (2/7).Prof Dr. Yusny Saby, MA, Guru Besar IAIN Ar-Raniry, narasumber lainnya, melanjutkan, “Sebelum menikah, pastikan calon pasangan kita itu dari keturunan, ayah ibu yang sukses sebagai pemimpin rumah tangga juga. Pastikan dia siap jadi komandan dan pemimpin nanti. Jangan sampai ada, memimpin diri sendiri saja belum bisa, bagaimana memimpin orang lain; untuk menyayangi dirinya saja belum bisa, bagaimana dia aka menyayangi pasangannya; bagaimana memberi teladan pada anak, diri sendiri saja belum bisa meneladani ayah ibunya; bagaimana anak tidak batat, jika makanannya dari sogokan dan sumber haram dan haram zatnya (pengawet, pewarna, penyedap, dan pemutih misalnya). Jadi bekal dan training untuk menjadikan ibu dan ayah yang profesionalnya yang layak diberi sertifiksi catin (calon pengantin) atau calinda (calon linto baro). Tentu bekal di KUA belum memadai, jika tidak dia terus belajar dan membekali diri dengan ilmu. Terutama ibu, yang jadi awal sekolah bagi anak,“ jawab Prof Tgk Yusny Saby, yang juga mantan Rektor IAIN dan mantan Direktur Program Pascasarajana (PPs) IAIN, sekaligus menjawab pertanyaan dan menanggapi respon dari Ayah di Sabang, Zoel di Pidie, Rita di Subulussalam, dan ijol dari Blang Paseh Sigli.Penyanya, Ijoel juga, menanyakan ‘kenapa ada anak disanjun di sekolah, padahal di rumahnya membangkang, dan ada anak yang patuh di rumah, tapi di sekolah batat dan pengganggu nomor satu’. “Itulah jika sanjungan dan pujian hanya diberikan untuk aspek intelektual saja, sedangkan aspek emosi, dan sosial diabaikan. Itulah jika antara rumah, jalanan (lingkungan), masyarakat, dan sekolah tidak singkron dalam meneladankan sikap baik pada anak. Akhirnya kadang rangking 1 untuk pencuri celngan masijid, karena andalan IQ-nyam†tanggap Yakub lagi, dalam acara yang riutin Senin-Jumat, yang juga program ini dilangsunggakan di Radio Baiturrahman 98.00 FM, selain Senin-Jumat, pukul yang sama. “Makanya adat dan adab menjadi pilar berumah tangga. Jadikan syariat dan akhlaq sebagai dasar membina rumah tangga agar langgeng,†jawab Yusny, menanggapi tanyaan Mas di Sinabang, dan T. Safari di Lageun Aceh Jaya, yang menyakan hukum risywah (makanan anak dari sogokan). “Keluarga sebagai miniatur negara, di bawah itu ada pribadi; suami dan istri mestinya juga jadikan diri bagaikan miniatur negara itu, ada dasar, tiang, dan kerangka, serta misi dan visi. Jika awalnya diniatkan ibadah, maka akan tahan banting dan selalu ada jalan keluar dan barakah insya Allah,†tambah Yakub, manta pembimbing nikah dan pelaksana nikah di KUA Krueng Raya (Mesjid Raya), sejak 2005-2011, dalam dilalog bertema “Pembinaan Keluarga yang Islami, sebagai Tulang Punggung Pendidkan Masyarakat “ yang dipandu Cut Zahrita (mantan penyiar Duta Kencana/Geurubak Meuh sebelum tsunami) itu. [citra/juanda]
Tentang Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota. Alamat Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242