Sebelum melanjutkan perjalanan menuju Banda Aceh, Menteri Agama Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi dipeusijuek oleh Kakankemenag Bireuen Zulkifli Idris di Pendopo Bupati Bireuen, Sabtu, 12 Desember 2020. Selain itu, Menag juga dikalungi kain khas Bireuen dan dihadiahi kopiah bermotif Aceh.
Peusijuek adalah sebuah prosesi adat dalam budaya masyarakat Aceh yang masih dipraktikan hingga saat ini. Tradisi peusijuek ini dilakukan pada hampir semua kegiatan adat dalam kehidupan masyarakat di Aceh. Misalnya ketika memulai sebuah usaha, menyelesaikan persengketaan, terlepas atau selesai dari musibah, menempati rumah baru, merayakan kelulusan, memberangkatkan dan menyambut kedatangan haji, kembalinya keluarga dari perantauan dan masih banyak lagi.
Dalam kunjungan ke Pendopo Bupati Bireuen, Menag disambut Bupati Bireuen Muzakar A Gani, serta pejabat dalam lingkungan Sektariat Kabupaten Bireuen. Usai peusijuek, Menag juga ikut melihat ruangan bersejarah Ir Soekarno.
Muzakar A Gani mengatakan, pihaknya menyambut baik kedatangan Menag ke kabupaten berjuluk Kota Santri tersebut.
"Tadi kami peusijuek (tepung tawar, red) dalam rangka Menteri Agama woe gampong sebagai putra Aceh yang sangat membanggakan," katanya.
Muzakar mengatakan, Bireuen merupakan pusat konsentrasi pendidikan agama Islam yang kaya dengan pondok pesantrennya.
Namun sejauh ini, kata Muzakar, Bireuen belum memiliki madrasah terpadu dalam bentuk boarding school. Ia berharap Kementerian Agama dapat menghadirkan madrasah terpadu agar dapat menunjang daya saing siswa.
"Kita belum ada MIN Terpadu, MTsN Terpadu, dan MAN terpadu. Mungkin ada satu sehingga bisa mendongkrak anak kita ketika akhir semester atau ujian akhir," katanya.
Menjawab permintaan Muzakkar, Menag menyampaikan pihaknya mendukung untuk menghadirkan madrasah terpadu sebagaimana yang disampaikan bupati.
"Saat ini kami sedang mengembangkan MAN Insan Cendikia. Jadi kalau ada keinginan untuk mengembangkan MAN IC atau sejenisnya kami akan mendukung atas yang kita harapkan bersama," ujarnya.
Sementara itu Kakanwil Kemenag Aceh, Dr Iqbal S.Ag, M.Ag menyampaikan, sebagai pusat pembelajaran ilmu agama, maka Kementerian Agama dan pemerintah Aceh menetapkan Bireuen sebagai Kota Santri pada peringatan Hari Santri ke-6, 22 Oktober lalu.
"Ada lebih 50 ribu santri yang belajar di dayah-dayah yang ada di Bireuen baik santri dalam negeri maupun luar negeri. Santri yang menuntut ilmu di sini juga telah banyak berkiprah untuk pengembangan ilmu keagamaan dan kemajuan negara. Oleh sebab itu, Bireuen ditetapkan sebagai Kota Santri," ujarnya.
Sebelum bertolak ke Banda Aceh Menag juga menyambangi Dayah Mudi Mesra usai temu ramah di Pendopo Bupati Bireuen.