CARI
Rekomendasi Keywords:
  • Azhari
  • Kakanwil
  • Hari Santri
  • Halal
  • Islam
  • Madrasah
  • Pesantren

Raihan Iskandar: Wujudkan Pendidikan Islami di Aceh, Ambil Konsep Pendidikan Dayah

Image Description
Inmas Aceh
  • Penulis
  • Dilihat 350
Senin, 4 Maret 2013
Featured Image
Banda Aceh-KemenagNews (4/3/2013) Syari’at Islam di Aceh selama ini masih kurang menyentuh ranah pendidikan. Padahal, membangun pendidikan adalah kunci sukses membangun bangsa. Mengislamisikan pendidikan di Aceh merupakan kunci bagi suksesnya implementasi syari’at Islam, karena orientasi pendidikan adalah untuk mendidik manusia dan membangun karakternya.Terkait hal ini, Redaksi kali ini berkesempatan mewawancarai Raihan Raihan Iskandar, Lc, MM, anggota DPR RI yang berasal dari Dapil Aceh dan saat ini membidangi Komisi Pendidikan di DPR RI.Baginya, kunci sukses membangun pendidikan yang Islami di Aceh terletak pada Guru. Baginya, Guru merupakan unsur paling penting dalam mewujudkan agenda perubahan di Aceh. Hal itu diungkapnnya saat wawancara dengan Redaksi di Dhapu Kupi, Banda Aceh, Minggu (24/2/2103) yang lalu.Menurut Raihan Iskandar, saat kita berbicara tentang pendidikan, maka saat itu kita sedang berbicara tentang perubahan. Dan pendidikan Islam mengarahkan kita lebih mendekati kepada nilai-nilai kemanusiaan, fitrah kemanusiaan.Apa unsur penting untuk Islamisasi pendidikan di Aceh? “Ketika kita berbicara tentang pendidikan dan perubahan maka saat itu kita harus melihat anashir taghyir (unsur-unsur perubahan, red) perubahan yang diagendakan. Unsur perubahan yang paling utama adalah guru”, ujarnya.Caranya?Yang perlu diketahui, bagaimana melahirkan guru-guru yang bisa melakukan perubahan, guru itu sendiri harus sudah memiliki dan merasakan perubahan tersebut dirinya menjadi lebih baik. bagaimana dia memiliki pengalaman. Nah, guru itu perlu merasakan hadirnya perubahan secara spiritual dalam dirinya sendiri sebelum melakukan pembenahan bangsa ini, tandanya Raihan Iskandar.Raihan Iskandar mengutip firman Allah firman Allah Swt dalam Alqur’an surat Asy-Syu’ara ayat 193-195, “Dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan...”Maksudnya?Alqur’an diturunkan dalam konteks ‘ala Qalbika, “ke dalam hatimu”. Ini memperlihatkan bahwa ketika Nabi diharapkan melakukan perubahan, maka hatinya yang disentuh langsung oleh Allah Swt.Realitas hari ini?Realitas hari ini, usaha perubahan dalam pendidikan gagal karena tidak menyentuh hati, tapi sekedar menyentuh akal pikiran, ‘ala ‘aqlika. Sekedar menyentuh akal pikiran ini merupakan filosofi matematika, tidak menyentuh karakter. Padahal semua ilmu itu untuk membentuk karakter. Sebagaimana dalam sejarah Islam, para ulama yang ahli matematika itu merupakan orang-orang yang karakternya telah terbentuk dengan baik dan mulia. “Melakukan perubahan dengan sekedar menyentuh akal tidak akan menghasilkan perubahan yang diharapkan, apalagi jika usaha perubahan cenderung ke “ala jaibika”, atas kantongmu.Ironis sekarang, ilmu ditransfer bukan lewat pendekatan ilmiah dan pendekatan hati, tapi justru guru berposisi seperti buruh. Nah, saat guru berposisi seperti seorang buruh, maka wajar jika anak didik tidak merasakan perubahan karena memang pendekatannya tidak tepat sasaran.Kenapa dahulu Imam Ali mengatakan “siapa saja yang mengajariku aku satu huruf maka aku adalah budak baginya, karena satu huruf yang diajarkan itu langsung menyentuh hatinya, memberikan efek perubahan”.Kalau sekarang, anak-anak diajarkan macam-macam, mereka merasa sudah membayar gurunya, makanya tidak ada perubahan.Seperti seorang yang membeli barang-barang di pasar, tidak ada hubungan si pembeli dengan penjual. Setelah membeli, selesai urusan mereka, terputus karena sudah tunai urusan mereka. “Maka guru itu bukan seorang pedagang, guru adalah seorang pengasuh, murabbi, pendidik.” tegas Raihan Iskandar.Namun kita tidak boleh pesimis, “kita bisa membawa guru di Aceh ke arah itu karena nilai-nilai keislaman guru-guru kita masih kuat. Cuma mengkhawatirkan, apalagi pasca tsunami, interaksi kita dengan beragam pemikiran yang luar biasa masuk ke Aceh sedikit banyak mempengaruhi”, beber Raihan Iskandar.Solusi yang konkrit bagaimana?Maka, Pemerintah daerah, masyarakat dan pemerhati pendidikan harus mengembalikan lagi soko guru yang bisa mentransfer perubahan kepada anak didiknya itu.Di dayah-dayah, pesantren Boarding School, sebenarnya masih ada guru-guru yang seperti itu. Dayah-dayah harus terus diberdayakan. Plot anggaran untuk dayah juga harus maksimal.Terakhir, kita berharap Pemerintah Aceh harus memperkuat visinya. Jangan melupakan unsur penting dalam pembangunan, jangan hanya terjebak pada pembangunan ekonomi, fisik dan melupakan pembangunan substansial, yaitu pembangun bidang pendidikan, tegas Raihan Iskandar. (teuku zulkhairi)
Tentang
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota.
Alamat
Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242
Lainnya
Media Sosial
© 2023 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh
Oleh : Humas Kanwil Aceh